lebih  kecil  dibandingkan  dengan  anak-anak  dan  bayi,  akan  tetapi  KVP  pada orang dewasa lebih besar dibanding anak-anak dan bayi. Dalam kondisi tertentu
hal  tersebut  akan  berubah  misalnya  akibat  dari  suatu  penyakit,  pernapasan  bisa bertambah  cepat  dan  sebaliknya  Syaifudin,  1997.  Dalam  penelitian  Siti  M
2006,  semakin  bertambah  usia  maka  akan  dapat  menurunkan  kapasitas  vital paru  seseorang.  Begitupun  hasil  penelitian  yang  dilakukan  Adi  2007  pada
pabrik  genteng  menunjukan  tidak  ada  hubungan  yang  bermakna  antara  umur seseorang dengan kapasitas vital paru.
2. Jenis kelamin
Menurut  Guyton  1997  volume  dan  kapasitas  seluruh  paru  pada  wanita kira-kira 20 sampai 25 persen lebih kecil dari pada pria, dan lebih besar lagi pada
atletis  dan  orang  yang  bertubuh  besar  daripada  orang  yang  bertubuh  kecil  dan astenis. Menurut Tambayong 2001 disebutkan bahwa kapasitas paru pada pria
lebih besar yaitu 4,8 L dibandingkan pada wanita yaitu 3,1 L.
3. Riwayat penyakit
Kondisi  kesehatan  dapat  mempengaruhi  kapasitas  vital  paru  seseorang. Kekuatan  otot-otot  pernapasan  dapat  berkurang  akibat  sakit  Ganong,  2002.
Seperti  asma,  pasca  Tb,  PPOK  Penyakit  Paru  Obstruktif  Kronik,  penyakit sistemik.  Terdapat  riwayat  pekerjaan
yang  menghadapi  debu  akan mengakibatkan  pneumunokiosis  dan  salah  satu  pencegahannya  dapat  dilakukan
dengan  menghindari  diri  dari  debu  dengan  cara  memakai  masker  saat  bekerja Suma’mur, 1996. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Adi 2007 pada
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010
SKRIPSI
Oleh: Dian Rawar Prasetyo
106101003313
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H2010 M
pabrik  genteng, menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara riwayat  penyakit pernafasan dengan kapasitas vital paru.
4. Riwayat pekerjaan
Riwayat  pekerjaan  dapat  digunakan  untuk  mendiagnosis  penyakit  akibat kerja. Riwayat pekerjaan yang menghadapi debu berbahaya dapat menyebabkan
gangguan paru Suma’mur, 1996 seperti debu hasil penggerindaan, pemotongan, dan  pengampelasan  pada  proses  pengelasan.  Hubungan  antara  penyakit  dengan
pekerjaan  dapat  diduga  dengan  adanya  riwayat  perbaikan  keluhan  pada  akhir minggu  atau  hari  libur  diikuti  peningkatan  keluhan  untuk  kembali  bekerja,
setelah bekerja di tempat yang baru atau setelah digunakan bahan baru di tempat kerja. Riwayat pekerjaan dapat menggambarkan apakah pekerja pernah terpapar
dengan  pekerjaan  berdebu,  hobi,  pekerjaan  pertama,  pekerjaan  pada  musim- musim tertentu, dan lain-lain Ikhsan, 2002.
5. Kebiasaan merokok