Pengertian Da’i RUANG LINGKUP TENTANG DA’I

13

BAB II RUANG LINGKUP TENTANG DA’I

A. Pengertian Da’i

Di dalam Al- Qur‟an kata”Ulama” secara eksplisit dinyatakan di dalam dua ayat, pertama dalam surat As- Syu‟ara‟ ayat 197, dan kedua di dalam surat surat Fathir ayat 28. Ayat pertama meskipun berkaitan dengan Bani Israel, menunjukkan bahwa seseorang itu dikatakan ulama apabila memiliki keluasan dan kedalaman ilmu-ilmu agama, tempat orang bertanya dan meminta fatwa. Ayat kedua menunjukkan bahwa seseorang dikatakan ulama, apabila memiliki khasysyah ’ takut dan cinta yang tinggi kepada Allah SWT, senantiasa memelihara hubungan dengan-Nya. Fatwa dan Ilmu yang disampaikan kepada masyarakat, mencerminkan takwanya kepada Allah SWT. Bahwasanya kata- kata ulama, kiayi, da‟i dan lain sebagainya itu semua hanya sebutan saja bukan sebagai nama, dimana da‟i adalah orang yang melakukan atau melaksanakan dakwah baik lisan, tulisan dan perbuatan secara individu, kelompok, organisasi atau lembaga. da‟i sering disebut juga mubaligh orang yang menyampaikan ajaran Islam. Pada dasarnya semua pribadi muslim itu berperan secara otomatis, sebagai mubaligh atau da‟i dalam bahasa komunikasi disebut sebagai komunikator. Untuk itu dalam komunikasi dakwah yang berperan sebagai da‟i atau mubaligh adalah: a Secara umum adalah setiap muslim atau muslimat yang mukallaf dewasa di mana bagi mereka adalah kewajiban. b Secara khusus adalah mereka yang mengambil keahlian mutakhasis dalam bidang agama Islam yang dikenal dengan panggilan ulama, kiayi ataupun da‟i. Profil da‟i yang dimaksud di sini adalah tentang karakteristik da‟i yang harus memiliki seperti sikap, kepribadian, pengetahuan, dan lainnya untuk melakukan dakwah. 1 karena da‟i merupakan salah satu unsur penting dalam proses dakwah. Sebagai pelaku dan penggerak kegiatan dakwah, d a‟i menjadi salah satu faktor penentu keberhasilan atau kegagalan dakwah. 2 D a‟i pada dasarnya adalah penyeru kejalan Allah, pengibar panji-panji Islam, dan pejuang mujahid yang mengupayakan terwujudnya sistem Islam dalam realitas kehidupan umat manusia. Sebagai penyeru kejalan Allah, da‟i tidak bisa tidak, harus memilki pemahaman yang luas mengenai Islam sehingga ia dapat menjelaskan ajaran Islam kepada masyarakat dengan baik dan benar. Ia juga harus memiliki semangat dan gairah keislaman yang tinggi yang menyebabkan ia setiap saat dapat menyeru manusia kepada kebaikan dan mencegah mereka dari kejahatan, meskipun untuk itu ia harus menghadapi tantangan yang berat Bahkan da‟i adalah identik dengan dakwah itu sendiri. 3 Dikatakan demikian, karena seorang da‟i harus menjadi teladan dan panutan yang baik di tengah-tengah masyarakat. Menurut Abd al-Badi Saqar, tidak dapat membedakan antara da‟i dan dakwah. Diantara keduanya, tidak boleh ada kontradiksi. Bagi Saqar, da‟i adalah arsitek muhandis, pembina dan 1 M. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, Jakarta : kencana 2002 , cet. Ke-1, hal.79 2 „Abd al-Badi Saqar, op.cit., h. 6-7 3 Abd al-Badi saqar, op. cit., h. 10-13 pengembang masyarakat banna. da‟i bukan hanya aktor atau pemain sandiwara yang hanya mencari tepuk tangan penonton, dan bukan juga seniman yang hanya mencari penghargaan. Sebagai arsitek dan pengembang sosial, da‟i harus melakukan rekayasa sosial dan melakukan perubahan, khususnya perubahan mental manusia taghyir al-nafs al-insaniyah dengan metode yang tepat. Dengan perubahan ini, diharapkan masyarakat, bahkan umat manusia mencapai kesempurnaan dan kemajuan. Jika demikian sungguh keliru menurut Saqar, orang yang berpendapat bahwa dia telah menyampaikan pidato, ia merasa telah berdakwah. da‟i harus melakukan perubahan dan gerakan di tengah- tengah masyarakat. Untuk itu da‟i harus memiliki sifat-sifat yang terpuji atau akhlak yang mulia. Keluhuran budi pekerti ini menjadi salah satu pendorong yang memungkinkan masyarakat mad’u dapat mengikuti jalan kebenaran yang diserukan sang da‟i. Sifat-sifat yang mulia itu adalah sifat yang harus dimiliki semua kaum muslim. Namun bagi seorang da‟i sifat- sifat itu haruslah memiliki nilai lebih. Dengan perkataan lain sifat-sifat yang mulia itu bagi seorang da‟i harus tampak lebih mantap, lebih sempurna, dan lebih menonjol, sehingga ia dapat menjadi dakwah yang hidup dan menjadi teladan yang bergerak.

B. Sifat Asasi da’i Rabbani