melalui perbuatan yang dapat dilihat oleh Allah, Rasulullah SAW dan kaum muslimin.
14
Bagi seorang da‟i tuntutan kerja keras ini makin tinggi. Hal ini karena seorang da‟i pada dasarnya tidak tidak bekerja dan tidak hidup
untuk dirinya sendiri, tetapi untuk kepentingan orang lain, umat. Oleh karena itu, ia harus mampuh mengatur waktunya secara efisien bagi
kepentingan dakwah dan harus menghindarkan diri dari perbuatan yang tidak bermakna dan sia-sia.
C. Perjuangan Da’i
Dakwah sebagai usaha membangun sistem Islam pada dasarnya merupakan suatu proses perjuangan yang amat panjang. Dalam proses ini da‟i
tidak saja memerlukan berbagai bekal seperti telah dijelaskan, tetapi juga membutuhkan komitmen perjuangan yang amat tinggi. Hal ini karena dakwah
pada dasarnya identik dengan perjuangan itu sendiri. Dalam kaitan ini, cukup beralasan bila Sayyid Quthub mem
posisikan da‟i sebagai pejuang mujahid. Sebagai mujahid, da‟i tentu harus bekerja keras dan berjuang tanpa kenal lelah
sepanjang hayatnya. Dalam pemikiran Sayyid Quthub, perjuangan da‟i dapat dilihat, antara
lain, dari tiga bentuk, pertama, dari kesaksian komitmen yang ia tunjukkan kepada Islam. Kedua, dari pengorbanan dan kesanggupan menghadapi
berbagai ujian dan cobaan. Ketiga, perjuangan itu pada akhirnya harus
14
Sayyid Quthub, Fi Zhillal, op.cit., jilid III, H. 1709.
mencapai kemenangan, tentu dengan izin pertolongan Allah SWT. Berikut disajikan tiga bentuk perjuangan itu secara berurutan.
1. Kesaksian Da‟i Kesaksian syahadah sebagai ungkapan keimanan kepada Allah dan
Rasul, ini merupakan ajaran yang paling dasar dalam Islam. Semua bangunan Islam yang mel
iputi ibadah, syariah dan mu‟amalah. Dalam pengertian ini syahadat bukan kesaksian yang bersifat verbalistik semata,
melainkan sebuah komitmen dari setiap orang yang beriman kepada Allah dan Rasul untuk secara sungguh-sungguh dan konsisten mengembangkan
sistem hidup Islam.
15
Kesaksian sebagai bagian tak terpisahkan dari proses dakwah itu sendiri, memiliki tahapan-tahapanya sendiri. Kesaksian itu harus dimulai
dari diri sendiri, keluarga dan sanak famili atau kerabat. Semua ini harus menunjukkan sistem Islam dan menjadi terjemah yang baik dari Islam.
Selanjutnya, dengan mengajak orang lain atau umat agar mewujudkan Islam dari berbagi segi kehidupan baik menyangkut masalah pribadi,
kemasyarakatan, ekonomi maupun politik. Lalu tahapan terakhir, kesaksian itu ditunjukkan dengan perjuangan atau jihad untuk
menghilangkan berbagai hambatan yang memfitnah dan menyesatkan manusia. Jika seseorang gugur di jalan ini, ia baru dinamai ”pahlawan”
syahid, artinya ia telah memenuhi kesaksian kepada agama Nya dan menghadap Tuhan Nya.
15
Fi Zhilal, Jilid IV, h. 2446
2. Ujian dan Coba‟an Da‟i Sebagai pejuang yang berusaha mengkokohkan sistem Islam, tentu
da‟i akan menghadapi berbagai coba‟an dan ujian. Ujian dan coba‟an itu beraneka ragam dari yang ringan dan yang paling berat. Ujian dan
cobaa‟an ini dapat dipandang sebagai konsekwensi logis dari iman. Dikatakan demikian, karena iman sesungguhnya bukan hanya kata-kata,
tetapi kesanggupan seorang melaksanakan tugas-tugas agama yang timbul dari iman, serta sabar menghadapi berbagai kesulitan dijalan iman itu.
16
Ujian dan coba‟an itu sendiri beraneka ragam baik jenis maupun bentuknya. Menurut Sayyid Quthub, perangkat-perangkat ujian itu terus
berkembang sesuai dengan perkembangan zaman. Namun secara umum ada enam bentuk ujian yang biasa dihadapi para da‟i dan pejuang Islam.
Pertama, ancaman dan siksaan fisik, dalam menghadapi ancaman ini biasanya da‟i berjuang sendiri, tidak ada orang lain yang
membantunya. Ia sendiri tidak dapat mencegahnya dan tidak ada kekuatan yang dapat digunakan untuk melawan kesewenangan ini, dan ini
merupakan ujian yang umum yang dialami oleh para da‟i.
17
Kedua, ujian dari keluarga dan orang-orang terdekat, pihak keluarga bisa mendapat musibah atau kesulitan karena sang da‟i. Menurut
kelazimannya, pihak keluarga akan meminta sang da‟i melakukan berbagi
16
Fi Zhilal, jilid V, h. 2720
17
Fi Zhilal, jilid V, h. 2720.
kompromi dengan pihak yang memusuhi atau kalau perlu berhenti berdakwah demi keselamatan dan keamanan keluarga.
18
Ketiga, ujian kekayaan dan kemewahan duniawi, para pendukung kejahatan, musuh-
musuh da‟i justru merupakan orang-orang yang memiliki kekayaan yang berlimpah-limpah. Masyarakat memandang
mereka sebagai orang-orang yang berhasil dan sukses. Mereka mendapat ujian, dihormati dari masyarakat, sebaliknya sang da‟i tidak memiliki apa-
apa dan sama sekali kurang diperhitungkan ia berjuang sendiri, tidak ada orang lain yang membelanya. Juga tidak ada yang memberi apresiasi
terhadap nilai kebenaran yang ia bawa, kecuali segelintir orang dari mereka seperjuangan, yaitu orang-orang yang tidak memiliki apa-apa
dalam urusan dunia.
19
Keempat, ujian keterasingan, seorang da ‟i pasti merasa terasing
ketika ia melihat lingkungan dan orang-orang disekitarnya tenggelam dalam gelombang kesesatan yang amat dalam. Dia menjadi gelisah dan
bingung sendiri, menjadi orang asing di tengah-tengah lingkungannya sendiri.
20
Kelima, ujian modernisasi, ujian ini tampak jelas pada masa sekarang ini. Di satu pihak, orang mukmin melihat umat dan bangsa-
bangsa lain tenggelam dalam kehinaan. Namun di pihak lain, kehidupan sosial mereka tampak maju dan berbudaya. Dalam kehidupan mereka ada
penghargaan dan perlindungan yang tinggi terhadap hak-hak asasi
18
Ibid., h. 2723.
19
Ibid., Fi Zhilal, jilid VI, h. 3288.
20
Ibid
manusia. Mereka juga kaya dan kuat. Namun mereka melawan dan memerangi agama dan Tuhan.
21
Keenam , ujian dan goda‟an nafsu, ini merupakan ujian yang paling
besar dan paling berat, melebihi ujian-ujian yang lain. Godaan nafsu dapat berwujud konsumerisme, kecintaan yang berlebihan pada tahta dan harta,
serta pola hidup yang berorientasi pada kesenangan dan kenikmatan. Godaan nafsu dapat pula berubah kesulitan membangun sikap hidup
istiqamah di jalan iman ditambah lagi dengan hambatan baik dari diri sendiri, orang lain, lingkungan, masyarakat, maupun dalam pemikiran dan
gagasan. Ujian ini sungguh berat, tidak banyak orang yang dapat bertahan dengan ujian ini, kecuali sedikit orang yang mendapat perlindungan dari
Allah SWT.
22
Inilah berbagi macam dan bentuk ujian yang biasa dihadapi oleh para da‟i mulai dari yang paling ringan hingga yang paling berat, serta
ringannya ujian sangat bergantung kepada da‟i tersebut bisa dilihat dari kualitas iman seseorang, karena makin tinggi kualitas iman seseorang,
makin berat pula ujiannya. Pengemban amanah ini tidak bisa tidak, memerlukan latihan dan
pembekalan, baik berupa kesulitan hidup, kemampuan mengendalikan hawa nafs, maupun kesabaran atas duka dan derita. Mereka harus tetap
yakin terhadap pahala dan pertolongan Allah, meskipun ujian dan coba‟an itu tidak kunjung berakhir, malahan kadang-kadang dalam waktu yang
21
Ibid
22
Ibid. h. 2721
cukup lama. Pada waktunya, sesuai dengan kebijaksanaan Tuhan, para da‟i yang berjuang dijalan Allah akan memetik kemenangan dengan izin dan
pertolongan-Nya. 3. Kemenangan da‟i
Dalam Al- Qur‟an terdapat sekian banyak ayat yang menjanjikan
kemenangan bagi orang-orang yang menolong Allah SWT. Keterangan mengenai hal ini dapat dibaca, antara lain, dalam surah Muhammad:7,
Ghafir:51 dan surah al-Hajj: 40-41. dalam ayat-ayat tersebut kemenangan yang dijanjikan Tuhan dikaitkan dengan perjuangan menolong Allah SWT
sehingga timbul pertanyaan bagaiman cara manusia menolong Allah SWT? Menurut Sayyid Quthub, menolong Allah SWT bermakna
menolong agama-Nya. Menolong agama Allah berarti menerima kebenaran agama itu dan
mewujudkan dalam kehidupan yang nyata. Untuk keperluan ini, ada dua jalan yang harus dilakukan. Pertama, menolong Allah dengan menolong
dirinya sendiri. Kedua, menolong Allah dengan menolong orang lain umat dengan mewujudkan sistem atau syariatnya.
23
Proses yang pertama menolong diri sendiri harus dilakukan dengan memperkuat iman, yaitu iman yang benar-benar bersih dari unsur-unsur
kemusrikan baik kemusrikan yang nyata jali maupun yang samar khafi
24
.
23
Ibid., Fi Zhilal jilid VI, h. 3288.
24
Ibid
Sedangkan proses yang kedua menolong orang lain harus dilakukan dengan membangun dan mewujudkan sistem Islam dalam
realitas kehidupan baik dalam tataran individu, keluarga, masyarakat dan umat. Kemashlahatan dan kebaikan yang akan timbul dari tegaknya sistem
dan syariat Islam, tentu tidak lagi bersifat personal, melainkan berwujud kebaikan umum yang akan dirasakan oleh setiap orang.
25
Dalam surah al-Hajj yang dikutip di atas, Allah memperlihatkan contoh dari orang-orang yang telah menolong agama-Nya, yaitu orang-
orang yang mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan melakukan amr ma‟ruf dan nahi mungkar. Ketiganya merupakan prinsip-prinsip Islam
yang amat penting. Orang-orang yang dalam hidupnya telah berjuang untuk dapat menegakkan ketiganya, mereka diidentifikasi sebagai
penolong agama Allah SWT.
26
Para da‟i yang berjuang untuk mewujudkan sistem Islam, tentu merupakan pertolongan agama Allah SWT. Mereka dengan sendirinya
berhak mendapat
kemenangan sebagaimana
dijanjikan. Namun
kemenangan ini bukanlah hadiah gratis yang dapat dicapai begitu saja. Untuk menggapainya diperlukan proses perjuangan yang agak panjang dan
melelahkan jalan kemenangan itu meliputi iman, jihad, ujian dan coba‟an,
sabar dan tahan uji, serta orientasi menuju tuhan semata, lalu setelah itu datang kemenangan dan kenikmatan.
27
25
Ibid.
26
Ibid, Fi Zhillah, jilid IV, H. 2427.
27
Ibid., Fi Zhillah, jilid I, h. 219
31
BAB III TINJAUAN ANALISIS TAFSIR AL-MISBAH