Asumsi-asumsi yang Digunakan Parameter Kinerja Sistem Tahapan Simulasi

31

3.2 Asumsi-asumsi yang Digunakan

1. Modulasi yang digunakan modulasi BPSK dan QPSK 2. Pengkodean menggunakan Alamouti code 3. Noise yang digunakan adalah AWGN, yaitu noise yang terdapat pada semua spektrum frekuensi dan merupakan noise thermal yang sifatnya menjumlah.

3.3 Parameter Kinerja Sistem

Parameter lainnya sistem yang akan dilibatkan dalam simulasi mencekup: a. Jumlah bit per simbol b. Rentang E b N yang dipakai c. Channel order d. Perioda Bit e. Bit pilot

3.4 Pembangkitan Bilangan Acak

Pembangkitan bilangan acak digunakan untuk menghasilkan deretan angka- angka sebagai hasil perhitungan, yang diketahui distribusinya sehingga angka-angka tersebut muncul secara acak.

3.4.1 Pembangkita Bilangan Acak Dengan Distribusi Uniform

Distribusi ini memiliki kepadatan probabilitas yang sama untuk semua besaran yang diambil yang terletak antara 0 dan 1. Fungsi kepadatan probabilitas dinyatakan dengan persamaan[9]: 32 b x a a b x f ≤ ≤ − = , 1 Dan fungsi distribusi kumulatif dinyatakan dengan persamaan[9]: b x a a b a x x F ≤ ≤ − − = , Dengan nilai: Rata-rata mean = 2 a b + Variansi = 12 2 a b − Salah satu cara untuk membangkitkan bilangan acak dengan distribusi Uniform adalah dengan menggunakan metode Linear Coongruent Method LCM. Linear Coongruent Method LCM sangat banyak dipakai untuk membangkitkan bilangan acak r 1 , r 2, ...,r n yang bernilai [0,m] dengan memanfaatkan nilai sebelumnya, untuk membangkitkan bilangan acak ke n+1 r n +1 dengan LCM didefenisikan sebagai[9]: m c n ar n r mod 1 + = + m n r n U = Dimana: a, c, da, m adalah nilai pembangkitan dan r..adalah bilangan acak ke –n Ui adalah bilangan acak dalam bilangan interval [0,1] Agar didapat bilangan yang lebih acak periode bilangan acaknya besar perlu diperhatikan syarat-syarat sebagai berikut: a. Konstanta a harus lebih besar dari m. Biasanya dinyatakan dengan syarat: m a m m atau m m a m + − 100 100 b. Untuk konstanta c harus berangka ganjil, apabila m bernilai pangkat dua. 33 c. Untuk modulo m harus bilangan prima atau bilangan tak terbagikan. d. Untuk pertama r..harus merupakan angka integer dan juga ganjil dan cukup besar.

3.4.2 Pembangkitan Bilangan Acak Dengan Distribusi Rayleigh

Pada kanal komunikasi bergerak, distribusi Rayleigh umumnya digunakan untuk menjelaskan kondisi lingkungan yang berubah terhadap waktu secara statistik yang menyebabkan terjadinya fading pada sisi penerima. Distribusi Rayleigh dengan parameter skala b memiliki fungsi kerapatan probabilitas sesuai dengan persamaan[9]: , 2 2 2 exp 2         − = b x b x b x x f Sedangkan fungsi distribusi kumulatifnya diberikan oleh persaman[9]: , 2 2 2 exp 1         − − = b x b x x F Rata-rata dan variansi dari distribusi rayleigh diberikan oleh persamaan Rata-rata = b b 2533 , 1 2 = π Variansi = 2 4292 , 2 2 2 b b =       −π Bilangan acak berdistribusi rayleigh dapat dibangkitkan dengan invers transformasi. Untuk setiap nilai yang diberikan, bangkitkan U dengan distribusi uniform 0,1. Kemudian set[9] ln 2 U b x − = 34 X merupakan bilangan acak dengan distribusi rayleigh dengan parameter b.

3.4.3 Pembangkitan Bilangan Acak Dengan Distribusi Normal

Distribusi ini memiliki kepadatan propabilitas yang simetris dan berbentuk seperti lonceng, dan fungsi kepadatannya dinyatakan dengan[9]. 2 2 1 exp 2 1         − − = σ µ π σ x x f Dimana : µ = rata-rata x σ = standar deviasi x = nilai data π = 3,14 Persamaan di atas merupakan fungsi kerapatan probilitas untuk distribusi standart normal. Proses pembangkitan ini mula-mula membangkitkan sebuah variabel Z dengan persamaan[9]: Dimana Ui dan U2 adalah bilangan acak antara 0 sampai 1 yang berdistribusi Uniform. Nilai distribusi normal, X didapat dari persamaan.

3.5 Algoritma Sistem Diversitas Alamouti

3.5.1 Algoritma Sistem Diversitas Alamouti Menggunakan Estiamsi Kanal LMS

Algoritma untuk simulasi sistem diversitas Alamouti menggunakan teknik estimasi kanal LMS dapat dilihat pada Gambar 3.3. 35 Gambar 3.3 Algoritma Simulasi Menggunakan Teknik Estimasi Kanal LMS

3.5.2 Algoritma Sistem Diversitas Alamouti Tanpa Estimasi Kanal

Algoritma untuk simulasi sistem diversitas Alamouti menggunakan teknik estimasi kanal LMS dapat dilihat pada Gambar 3.4. Penentuan Parameter Awal bit, bitpilot, rentang EbN0 Channel order, perioda bit Proses Modulasi START Proses Alamouti Code Pembangkitan Kanal ayleigh Fading Pembangkitan Noise Pembangkitan Channel Estimator Perhitungan banyak bit error Combining Maximum Likelihood Detector Perhitungan BER per EbN0 FINISH Semua EbN0 selesai? belum sudah 36 Gambar 3.4 Algoritma Simulasi tanpa Teknik Estimasi Kanal

3.6 Tahapan Simulasi

Adapun tahapan simulasi dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain sebagai berikut: Penentuan Parameter Awal bit, rentang EbN0 Proses Modulasi START Proses Alamouti Code Pembangkitan Kanal ayleigh Fading Pembangkitan Noise Perhitungan banyak bit error Combining Maximum Likelihood Detector Perhitungan BER per EbN0 FINISH Semua EbN0 selesai? belum sudah 37

1. Membangkitkan bit transmisi

Parameter yang akan digunakan adalah meliputi: Jumlah simbol sebanyak sepuluh ribu, rentang E b N yang dipakai 1 sampai dengan 100, panjang equalizer, bit pilot, jumlah bit per simbol sesuai dengan jumlah modulasi, channel order, interation step size.

2. Pembangkitan modulasi sinyal

Pembangkitan modulasi sinyal dengan menggunakan mudulator PSK Phase Shift Keying menggunakan perintah: 1. Untuk BPSK ip = rand1,N0.5; generating 0,1 with equal probability s = 2ip-1; BPSK modulation 0 - -1; 1 - 00 2. Untuk QPSK fungsi modulasi qpsk 1 user datas=randint1,D; jml_kelompok_bit=lengthdatas2; user=1; kelompok_bit-1; if datas1,2n+1:2n+2==[1 1]; mapuser,n+1=-1-j; elseif datas1,2n+1:2n+2==[1 0]; mapuser,n+1=-1+j; elseif datas 1,2n+1:2n+2==[0 0]; map user,n+1=1+j; elseif datas1,2n+1:2n+2==[0 1]; mapuser,n+1=1-j; end end

3. Proses Alamouti Code

Proses encoding yang dilakukan pada sistem alamouti adalah: Alamouti sCode = zeros2,F; sCode:,1:2:end = 1sqrt2reshapemap,2,F8; 38 [x1 x2 ...] sCode:,2:2:end = 1sqrt2kronones1,F2,[- 1;1].flipudreshapeconjmap,2,F2; [-x2 x1 ....]

4. Pembangkitan kanal transmisi

Kanal transmisi yang digunakan adalah kanal Rayleigh Fading. Bentuk simulasinya sebagai berikut: h = 1sqrt2[randn1,F + jrandn1,F]; Rayleigh channel

5. Pembangkitan noise

Noise yang digunakan adalah AWGN, yaitu noise yang terdapat pada semua spektrum frekuensi dan merupakan noise thermal yang sifatnya menjumlah. Pada simulasi dituliskan sebagai berikut: xx = 1sqrt2[randn1,F + jrandn1,F]; white gaussian noise, 0dB variance

6. Pembangkitan kanal LMS

y = sumhMod.sCode,1 + 10-Eb_N0_dBii20xx; d = realy; x = sumsCode;x=x; w = zerosnumTaps+1,1; for n = numTaps+1 : numPoints select part of training input in = xn : -1 : n-numTaps ; y2n = win; sinyal pada kanal LMS

7. Pengurangan sinyal kanal transmisi dan noise dengan sinyal LMS

compute error en = dn-y2n; error

8. Sinyal pada reciver

Receiver yMod = kronreshapey,2,F2,ones1,2; [y1 y1 ... ; y2 y2 ...] for zz = 1:50 39 yMod1,zz-110+1:zz10=yMod1,zz- 110+1:zz10.en; yMod2,zz-110+1:zz10=yMod2,zz- 110+1:zz10.en; end

9. Proses combiner dan pengambilan keputusan

hEq = zeros2,N; hEq:,[1:2:end] = reshapeh,2,N2; [h1 0 ... ; h2 0...] hEq:,[2:2:end] = kronones1,N2,[1;- 1].flipudreshapeh,2,N2; [h1 h2 ... ; h2 -h1 ...] hEq1,: = conjhEq1,:; [h1 h2 ... ; h2 -h1 ...] hEqPower = sumhEq.conjhEq,1;

10. Proses decoding

decod = sumhEq.yMod,1.hEqPower; [h1y1 + h2y2, h2y1 -h1y2, ... ] decod2:2:end = conjyHat2:2:end; for b=1:lengthdecod; if -piangledecod1,bangledecod1,b-pi2; demap1,1+b-12:2+b-12=[1 1]; elseif -pi2angledecod1,bangledecod1,b0; demap1,1+b-12:2+b-12=[0 1]; elseif piangledecod1,bangledecod1,bpi2; demap1,1+b-12:2+b-12=[1 0]; elseif pi2angledecod1,bangledecod1,b0; demap1,1+b-12:2+b-12=[0 0]; end

11. Perhitungan BER

simBer = nErrN; simulated ber for nn=1:ii if nn == 1 continue ; else simBernn=simBernn-1-simBernn-1nn4e-2; end

3.7 Sistem Diversitas Alamouti Tanpa Estimasi Kanal