26
2.8 Konsep Modulasi
Modulasi adalah suatu proses untuk merubah parameter gelombang pembawa carrier sebagai fungsi dari sinyal informasi . Kegunaan dari modulasi adalah untuk
memudahkan radiasi, multiplexing, mengatasi kerterbatasan peralatan, pembagian frekuensi dan mengurangi noise dan interferensi. Sistem modulasi dibagi menjadi 2
yaitu antara lain: 1.
Modulasi Analog Yaitu teknik modulasi dimana gelombang pembawanya carrier
merupakan gelombang analog kontinyu. Meliputi anatara lain: a.
Modulasi Amplitudo AM b.
Modulasi Frekuensi FM c.
Modulasi Phase PM 2.
Modulasi Digital Yaitu teknik modulasi dimana gelombang pembawanya carrier adalah
merupakan gelombang pulsa, meliputi antara lain: a.
Amplitudo-Shitf KeyingASK
Disebut juga dengan On-Off Keying OOK. Karena periode sinyalnya tergantung pada on-off sinyal. Digit “1” berarti ada
sinyal, sedangkan digit “0” berarti tidak ada sinyal. Misal sinyal informasi 0010110010, seperti ditunjukkan pada gambar 2.13
berikut ini.
27 Gambar 2.13 Sinyal Binari ASK OOK
b. Frekuensi-Shift Keying FSK
FSK merupakan konversi sinyal digital 1 atau 0 menjadi sinyal kontinyu yang mempunyai frekuensi yang berlawanan, seperti
ditunjukkan pada gambar 2.14 di bawah. Untuk logika “1” dikonversi menjadi frekuensi “mark” f1 sedangkan untuk logika
“0” dikonversi menjadi frekuensi “space” f2.
{
........ 2
sin 1
....... 2
sin
1 2
forbit t
f forbit
t f
t FSK
π π
=
2.38 Dimana
1
f lebih besar dari
2
f .
Gambar 2.14 Sinyal Binari FSK c.
Phase-Shift Keying PSK PSK digunakan untuk mengkonversi sinyal digital “0” atau “1”
menjadi suatu simbol dalam bentuk sinyal kontinyu yang mempunyai
28 perbedaan fase tergantung dari input sinyal digital tersebut.
Pada Tugas Akhir ini menggunakan modulator PSK yang meliputi BPSK Binary Phase Shift Keying dan QPSK Quadrature Phase
Shift Keying. 2.8.1. BPSK Binari Phase Shift Keying
BPSK Binari Phase Shift Keying adalah konversi sinyal digital “0” atau “1” menjadi suatu symbol berupa sinyal kontinyu yang mempunyai 2 fase yang berbeda.
Untuk logika “0” mempunyai pergeseran fase 0. Untuk logika “1” mempunyai pergeseran fase 180. Untuk mendapatkan simbolnya menggunakan persamaan
sebagai berikut:
simbol1 2.39
simbol2 Dimana:
Es = Energi sinyal T = waktu pengiriman
Dengan asumsi nilai dari 1
2 =
T E
s
dan
c
f =1 maka didapatkan simbol 1 bernilai 1 dan simbol 2 bernilai -1, seperti ditunjukkan dengan diagram konstelasi
pada Gambar 2.15 berikut:
=
+ +
2 cos
2 2
cos 2
t f
T E
t f
T E
c s
c s
t s
π π
π
29 Gambar 2.15 Diagram Konstelasi BPSK
2.8.2. QPSK Quaternary Phase Shift Keying QPSK Quaternary Phase Shift Keying adalah konversi sinyal digital
00,01,10,11 menjadi suatu simbol berupa sinyal kontinyu yang mempunyai 4 fase yang berbeda. Digunakan untuk memicu suatu gelombang sinus frekuensi-tinggi
dengan empat phasa yang mungkin, satu untuk setiap pasangan biner. Jelaslah ini adalah perluasan keempat phasa transmisi PSK biner, yang dibahas di seksi
sebelumnya. Sinyal ke-i, dari keempat yang mungkin , dapat ditulis sebagai: cos
i c
i
t t
s θ
ω + =
4 ,
3 ,
2 ,
1 =
i
2 2
T t
T ≤
≤ −
2.40 Untuk mudahnya dengan penggadaian pembentukan empat persegi panjang.
Jadi ini memperluas representasi PSK biner 4-6. Dua pilihan yang mungkin untuk sudut-sudut phasa adalah:
π π
θ
, 2
, ±
=
i
2.41
4 3
, 4
π π
θ
± ±
=
i
2.42 Dalam kedua kasus phasa-phasa dispasi sejauh
2
π radian. Sinyal type ini dinamakan sinyal-sinyal PSK berempat atau kuatener. Mereka adalah suatu kasus
istimewa sinyal-sinyal multi PSK MPSK.
30
BAB III MODEL SISTEM DIVERSITAS ALAMOUTI DAN
TEKNIK ESTIMASI KANAL 3.1
Umum
Secara umum, pemodelan dari sistem pengiriman data dengan sistem Alamouti secara keseluruhan dapat dilihat pada Gambar 3.1, mula-mula bit
dikirimkan kemudian bit tersebut dimodulasi dengan modulasi BPSK dan QPSK setelah bit-bit tersebut dimodulasi kemudian dikodekan menggunakan Alamouti
code, sistem Alamouti code dapat mengirimkan dua simbol yang berbeda dalam satu waktu, untuk simbol ganjil masuk ke dalam antena pertama dan untuk simbol genap
masuk ke antena kedua, pada pengiriman simbol-simbol tersebut diasumsikan terkena fading dan noise sehingga simbol-simbol yang diterima reciever sebahagian
menjadi error, dengan adanya channel estimator simbol-simbol yang error dapat meminimalkan selisih antara keluaran yang dikehendaki dengan keluaran sistem
adaptif, kemudian simbol dari combiner akan masuk ke Maximum Likelihood Detector untuk melakukan proses pengambilan keputusan, dimana diharapkan
simbol yang didapatkan adalah sama dengan input, yaitu s
dan s
1.
Gambar 3.1 Bagan Sistem Alamouti Secara Keseluruhan
Bit Generator
Antena
Antena Alamouti
Code Channel
Estimator Combiner
ML Reciever
Proses Demodulasi
Fading
Fading Poses
Modulasi +
+
Bit Result
AWGN
AWGN
Transmitter Channel
Reciever