Pengertian Makna Pernerjemahan sinonim istilah tauhid

makna yang ada pada lambang tersebut, kepada lawan bicaranya dalam komunikasi lisan atau pembacanya dalam komunikasi tulis. Jadi, pengetahuan akan adanya hubungan antara lambang atau satuan bahasa, dengan maknanya sangat diperlukan dalam berkomunikasi dengan bahasa itu. 76

1. Pengertian Makna

Sudah disebutkan pada sub bab yang lalu bahwa objek studi semantik adalah makna; atau dengan lebih tepat makna yang terdapat dalam satuan-satuan ujaran seperti kata, klausa, dan kalimat. 77 Aristoteles 384-322 SM seorang sarjana bangsa Yunani sudah menggunakan istilah makna, yaitu ketika dia mendifinisikan mengenai kata. Menurutnya, kata adalah satuan terkecil yang mengandung makna. 78 Makna dalam kamus linguistik adalah hubungan dalam arti kesepadanan atau ketidaksepadanan antara bahasa dan alam di luar bahasa, atau antara ujaran dan semua hal yang ditujunya. 79 Sedangkan Verhaar mendifinisikan makna dengan sesuatu yang berada di dalam ujaran itu sendiri, atau makna adalah gejala dalam ujaran. 80 Palmer dan Lyons membedakan pengertian makna dan arti. Makna adalah pertautan yang ada di antara unsur-unsur bahasa itu sendiri terutama kata-kata. Menurut Palmer makna hanya menyangkut intra bahasa. Lyons menyebutkan bahwa mengkaji atau memberikan makna suatu kata ialah memahami kajian kata tersebut yang berkenaan dengan hubungan-hubungan makna yang membuat kata 76 Chaer, Pengantar Semantik Bahasa Indonesia, h. 2 77 Ibid., h. 27 78 Ibid., h. 13 79 Kridalaksana, h. 132 80 Verhaar, Pengantar Linguistik, h. 127 tersebut berbeda dari kata-kata lain. Arti dalam hal ini menyangkut makna leksikal dari kata-kata itu sendiri, yang cenderung terdapat di dalam kamus sebagai leksem. 81 Kemudian hakikat makna itu sendiri telah banyak dikemukakan orang. Menurut pandangan Ferdinand de Saussure dengan teori tanda linguistiknya, setiap tanda linguistik atau tanda bahasa terdiri dari dua komponen, yaitu komponen signifian atau “yang mengartikan” yang wujudnya berupa runtunan bunyi, dan komponen signifie atau “yang diartikan” yang wujudnya berupa pengertian atau konsep yang dimiliki oleh signifian. 82 Mengenai makna kata biasanya dibedakan bermacam-macam makna, maka pertama-tama harus diketahui dasar-dasar mengenai pengertian makna. Di sekitar kita terdapat bermacam-macam peristiwa atau hal yang dapat diserap panca indra kita yang secara tradisional kita kenal sebagai rumah, binatang, bulan, tanah, batu, dan pohon. Kata-kata semacam itu merupakan lambang bunyi ujaran untuk mengacu pada benda-benda yang ada di alam itu. Masyarakat bahasa yang lain akan melambangkan barang-barang itu dengan lambang bunyi ujaran yang lain. Bila orang Indonesia menyebut rumah dan langsung menghubungkannya dengan gejala: tempat tinggal yang ada atap, dinding, pintu, dan jendela, maka timbullah suatu hubungan yang disebut arti. 83 81 Sudarma, h. 5 82 Chaer, Linguistik Umum, h. 285-286 83 Gorys keraf, Tata bahasa Ruhukan Bahasa Indonesia: untuk Tingkat Pendidikan Menengah, , Jakarta: Grasindo, 1991, h. 159-160 Jika kita telah menyepakati salah stu teori tentang makna atau penggabungan antara teori refrensial kontekstual, maka sekarang timbul masalah bagaimana makna-makna itu dianalisis. 84 Berikut ini adalah sebuah tabel yang menerangkan tentang hubungan makna: Makna denotasi dan konotasi Makna dalam konteks Hubungan makna dengan kebudayaan Perubahan makna Bentuk-bentuk makna daripada hubungan semantik denotasi ialah makna tersurat Denotasi juga dikenali sebagai makna kamus, makna kognitif, makna rujukan, makna konseptual dan makna ideasional Contoh: Ayam tambatan : Ayam yang ditambat atau diikat dengan tali atau lain-lain alat pengikat. Makna sesuatu perkataan yang diujarkan boleh diketahui dengan melihat konteks penggunaannya. Contoh: 1. Awak betul-betul hati batu hati membawa maksud degil, tetap pendirian 2. Sedap betul makan hati dengan nasi beriyani. Hati membawa maksud Penggunaan dan pemilihan perkataan juga berhubungan dengan kebudayaan sesuatu masyarakat. Contoh: Engkaukau: digunakan dalam hubungan yang rapat yang tidak formal dan untuk menimbulkan kemesraan. Awakanda: Digunakan dalam hubungan biasa anda Makna sesuatu perkataan itu akan berubah mengikut perubahan masa, teknologi dan hubungan sosial masyarakat. Contoh: rawat: Makna umum menjaga dan mengobati orang sakit, tetapi makna baru meliputi merawat sisa kumbahan, pokok nurseri. Bentuk-bentuk makna kata yang timbul daripada hubungan semantik ialah sinonim, antonim, hiponim, polisemi, homonim, hiponim dan homograf. Sinonim - kata yang mempunyai makna yang sama atau hampir sama. Contoh: sang surya = matahari hangat = panas 84 J. D Parera, Teori Semantik , Jakarta: Erlangga, 2004, Ed. Ke-2, h. 51 85 http:www.tutor.com.mystpmsemantiksemantik.htm Konotasi pula ialah makna tambahan, atau makna tersirat. Contoh: Ayam tambatan: Orang harapanpenting di dalam satu kumpulan, pasukan. Istilah lain untuk konotasi ialah emotif atau makna evaluatif Terdapat kata-kata sinonim seperti yang mempunyai makna denotasi yang sama, tetapi makna konotasi yang berbeda. Contoh: Kata wafat, mati, meninggal dunia, mampus membawa maksud denotasi yang sama yaitu jasad organ hewan yang menjadi hidangan yang menyelerakan 3. Berhati-hati di jalan raya. Hati bermaksud berwaspada di jalan raya bagi mengelakkan kemalangan. lebih rasmi. Tuanku: Digunakan oleh orang biasa untuk merendah diri apabila berhubung dengan golongan raja. Antonim-lawan kata Misalnya tinggi- rendah, besar-kecil Hiponim- hubungan dalam semantik antara makna spesifik dan generik Contoh: kucing, kambing, kambing Polisemi- pemakaian bentuk bahasa seperti kata, frasa dsb dengan makna yang berbeda. Contoh: Sumber 1. sumur 2. asal 3. tempat sesuatu yang banyak. Homonim- hubungan antara kata yang ditulis dilafalkan dengan cara yang sama dan roh terpisah. Tetapi dari segi denotasi, wafat untuk tokoh-tokoh ulama terhormat dan disegani, meninggal dunia untuk sebutan yang sopan, mati untuk sebutan umum dan mampus untuk sebutan yang lebih kasar. 85 dengan kata lain, tetapi tidak punya hubungan makna. Misalnya: Keranjang dan ke ranjang. Homofon- kata yang berhomofon dengaan kata lain. Misalnya: bang dan bank. Homograf- kata yang berhomograf dengaan kata lain. Misalnya: tahu 1. makanan 2. paham 2. Jenis-jenis Makna Dari jenis makna yang ada dari berbagai pendapat para ahli, Penulis hanya akan membahas jenis makna yang paling tepat pada pembahasan ini. a. Makna Leksikal dan Makna Gramatikal Makna leksikal adalah makna yang dimiliki atau ada pada leksem meski tanpa konteks apapun. 86 Sedangkan di buku lain yaitu Pengantar Semantik Bahasa Indonesia, Abdul Chaer menerangkan leksikal adalah bentuk ajektif yang diturunkan dan bentuk nomina leksikon vocabuler, kosa kata, perbendaharaan kata. Satuan dari leksikon adalah leksem, yaitu satuan bentuk bahasa yang bermakna. Kalau leksikon kita samakan dengan kosakata atau perbendaharaan kata, maka leksem dapat kita persamakan dengan kata. 87 Makna leksikal dipunyai unsur-unsur bahasa lepas dari penggunaannya atau konteksnya. Hal ini berarti bahwa makna leksikal suatu kata terdapat dalam kata yang berdiri sendiri-sendiri. Sebab makna sebuah kata dapat berubah apabila kata tersebut berada di dalam kalimat. 88 Makna gramatikal adalah makna yang terbentuk akibat susunan kata-kata dalam frase, klausa, atau kalimat, 89 misalnya, dalam proses afiksasi prefiks ber- dengan dasar baju melahirkan makna gramatikal “mengenakan atau memakai baju”. b. Makna Referensial dan Non-referensial Makna refrensial adalah makna yang langsung berhubungan dengan acuan yang ditunjukoleh kata. 90 Acuan yang ditunjuk oleh kata tersebut bisa berupa benda, gejala, peristiwa, proses, sifat dan sebagainya. Contohnya kata meja. Makna yang diacu adalah benda, yaitu wujud atau bentuk meja, seperti kalimat, meja itu terbuat dari kayu jati. 86 Chaer, Linguistik Umum, h. 289 87 Chaer, Pengantar Semantik Bahasa Indonesia, h. 60 88 Mansur Pateda, Semantik leksikal, Jakarta: Rineka Cipta, 2001, cet. Ke-1, h.119 89 Machali, h.24 90 Ibid., h. 125 c. Makna Denotatif dan Makna Konotatif Makna denotatif adalah makna asli, makna asal, atau makna sebenarnya yang dimiliki oleh sebuah leksem. Jadi makna denotatif ini sebenarnya sama dengan makna leksikal. 91 Makna denotatif sifatnya objektif. Contohnya, pada kalimat ia membeli amplop di warung itu. Leksem amplop dimaknai sebagai ‘tempat atau alat pembungkus surat’. Makna denotatif bukan makna kiasan atau perumpamaan. Makna konotatif adalah makna lain yang ‘ditambahkan’ pada makna denotatif yang berhubungan dengan nilai rasa dari orang atau kelompok orang yang menggunakan kata tersebut. 92 Misalnya berilah ia amplop agar urusanmu cepat selesai. Leksem amplop bermakna konotatif uang yang diisi di dalam amplop atau biasa disebut uang sogok atau pelicin. d. Makna Konseptual Makna konseptual adalah makna yang sesuai dengan konsepnya dan makna yang bebas dari asosiasi atau hubungan apapun. Jadi, sebenarnya makna konseptual ini sama dengan makna refrensial, makna leksikal, dan makna denotatif. 93 e. Makna Idiomatikal Makna idiomatikal adalah makna sebuah satuan bahasa entah kata frase, atau kalimat yang “menyimpang” dari makna leksikal atau makna gramatikal unsur- unsur pembentukya. Untuk mengetahui makna idiom sebuah kata frase atau kalimat tidak ada jalan lain selain mencarinya di dalam kamus, contoh raja siang matahari. 94 91 Ibid., h. 98 92 Chaer, linguistik Umum, h. 292 93 Chaer, Pengantar Semantik Bahasa Indonesia, h. 72 94 Ibid., h. 75 f. Makna Kias Semua bentuk bahasa baik kata, frase, maupun kalimat yang tidak merujuk pada arti sebenarnya arti leksikal, arti konsptual, atau arti denotatif mempunyai arti kiasan. Bentuk-bentuk seperti putri malam dalam arti bulan, pencakar langit dalam arti gedung bertingkat, semuanya mempunyai arti kiasan. g. Makna Kognitif Makna ini yang ditunjukkan acuannya, makna unsur bahasa yang sangat dekat hubungannya dengan dunia luar bahasa, abjek atau gagasan, dan dapat dijelaskan berdasarkan analisis komponennya. Kata pohon bermakna tumbuhan yang berbatang keras dan besar. Jika orang berkata pohon, terbayang pada kita bahwa pohon yang selama ini kita kenal, makna kognitifnya lebih banyak berhubungan dengan otak dan pemikiran kita tentang sesuatu. 95 h. Makna Emotif Makna emotif adalah makna yang timbul akibat adanya reaksi pembicara atau sikap pembicara terhadap apa yang difikirkan atau dirasakan. Misalnya, kata meninggal, mati, tewas, mampus, yang memiliki makna kognitif tidak bernyawa lagi, sedangkan kata-kata ini mengandung makna emotif yang berbeda. 96 Salah satu unsur penerjemah adalah semantik, karena semantik mempunyai manfaat yang sangat besar dalam menerjemahkan. Penguasaan seorang penerjemah terhadap bahasa Arab BSU dan BSA adalah syarat utama yang harus dimiliki. Namun, apabila penerjemah tidak mempunyai keterampilan dan kreativitas di dalam merangkai kata dalam kalimat teks terjemahan, maka hasil 95 Pateda, h. 109 96 Ibid., h. 101 terjemahan akan terlihat kaku akibatnya pembaca akan merasa jenuh dan tidak tertarik untuk membacanya.

E. Ketauhidan

1. Konsekuansi Tauhid