Konsep Tuhan Menurut Islam

di dunia dan keselamatan di akherat. Kadar keselamatan manusia di akherat berbanding lurus dengan kadar keyakinan dalam bertauhid. Begitu pula halnya dengan keridhaan Allah di dunia dan di akhirat. Dunia adalah tempat pengujian dan akhirat adalah tempat pembalasan. 102 Bertolak dari sini, tauhid di dunia ini tidak tampak dengan wajah yang sesungguhnya sebagai parameter final dan pasti diterima atau ditolaknya semua amal perbuatan manusia. Namun, di akherat kelak mereka ini tidak mempunyai timbangan amal kebaikan sedikit pun; usaha mereka di dunia ini tidak bernilai sama sekali. Penolakan atas tauhid menjadikan semua amal kebaikan di dunia tidak memiliki nilai dan harga. Bahkan, amal-amal kebaikan itu justru akan memberikan aib bagi para pelakunya jika mereka tidak mentauhidkan Allah. 103

2. Konsep Tuhan Menurut Islam

Dalam agama Islam konsep Tuhan bermakna bahwa di dunia hanya ada satu Tuhan, yaitu Allah Swt. Tidak ada yang disebut Tuhan, dianggap sebagai Tuhan, atau dinobatkan sebagai Tuhan, selain Allah Swt. Jadi yang ada di alam semesta ini, adalah makhluk belaka. Tidak ada yang boleh menyelinap dalam hati, bahwa selain-Nya ada yang pantas atau patut dipertuhankan. Jika masih ada sedikit kepercayaan selain-Nya, maka harus segera dikikis habis. 104 Allah adalah nama dzat yang Maha Sempurna dan yang Maha Agung. Dzat nya adalah tunggal, tidak terdiri dari unsur-unsur, bagian-bagian dan tidak ada suatu apapun yang serupa dengannya. Dan karena itu manusia dilarang 102 Ahmad Bahjat, Akulah Tuhanmu; Mengenal Allah Risalah Baru Tauhid, Bandung, Pustaka Hidayah, 2005, cet. Ke-4, h. 13 103 Ahmad Bahjat, Akulah Tuhanmu; Mengenal Allah Risalah Baru Tauhid, h. 13 104 Muhammad bin Abdul Wahab, h. 25 berfikir tentang dzat Allah karena tidak dapat mengetahuinya. Manusia dipanggil untuk menggunakan akalnya bagi memikirkan alam ini dan segala isinya, tidak untuk memikirkan dzat Allah yang gaib itu dan tidak ada yang serupa dengan- Nya. 105 Seorang hamba mengetahui bahwa adanya Allah Swt adalah Maha Esa yang menciptakan segala sesuatu, Allah dengan sifat ke-Esaan-Nya memiliki kerajaan yang telah diciptakan dan dengan sifat ke-Esaan-Nya pula dia mengatur segala sesuatu yang telah di ciptakan, dalam semua urusan itu Allah tak memiliki sekutu bahkan dalam penciptaan benda yang amat terkecil sekalipun, pernyataan tauhid Ketuhanan semacam ini adalah sebab yang paling utama untuk menghadirkan sikap tawakal, maka jika pengenalan Allah yang serupa telah ada pada diri seseorang, maka pada saat itu pula akan memberi pengaruh kepada hati, ia tidak lagi menemukan jalan selain harus menyandarkan hatinya kepada yang Maha Esa, percaya kepada-Nya merasa tenang hanya dihadapan-Nya, karena orang itu telah mengetahui bahwa segala kebutuhannya, segala kepentingannya serta seluruh kebaikannya berada ditangan Allah yang Esa dan tidak ada ditangan selain-Nya. Setelah seserang mengetahui hal ini, kepada siapa seseorang menyerahkan hatinya untuk bertawakal? Jadi tawakal seseorang kepada Allah bila memiliki keimanan yang sempurna berupa pengetahuan tentang ketauhidan Tuhan, dan mengetahui kesempurnaan Allah yang meliputi penguasaan segala sesuatu. 106 105 Dr. Ahmad Daudy, Kuliah Akidah Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1997, cet. pertama, h.70 106 Dr. Abdullah bin Umar ad-Dumaiji, Rahasia Twakal; dan Sebab Akibat, Jakarta: Pustaka Azzam, 2000, cet. pertama, h. 37-38 Islam tergolong sebagai agama monoteistik 107 Tauhid. Pemeluknya mengimani Keesaan Tuhan. Konsep ini oleh Islam disebut Tauhid. Untuk mengenal Tuhannya Islam, maka kita harus mengenal ciptaan-Nya. Pencipta dikenal melalui ciptaannya, karena Tuhan Maha Pencipta, maka untuk mengenal Tuhan, kita mengenal ciptaan-Nya. 108 Ibn Abbas 109 mengatakan, bahwa suatu hari seorang Badui datang kepada Rasulullah Saw. Badui itu berkata, ”Wahai Rasulullah Ajari aku pengetahuan yang paling luar biasa” Rasul bertanya, ”Manfaat apa yang dapat engkau petik dari puncak pengetahuan sehingga engkau kini menanyakan pengetahuan yang luar biasa?” si Badui bertanya, ”Wahai Rasullullah Apa itu puncak pengetahuan? Rasul Saw menjawab, ”Puncak pengetahuan adalah mengenal Allah sebagaimana Dia patut dikenal sebagaimana semestinya?” Rasulullah Saw menjawab, ”Yaitu engkau mengenal bahwa tak ada contoh, bandingan, dan lawan untuk-Nya bahwa Dia satu: Dia nyata sekaligus gaib, pertama sekaligus terakhir; inilah sebenar- benar pengetahuan tentang Dia.” 110 Sifat-sifat Tuhan pun dijelaskannya dengan berbagai redaksi. Memang pada wahyu pertama, al-Qur’ân belum menggunakan nama ”Allah” untuk menunjuk Sang Maha Pencipta itu, tetapi menggunakan ”Rabbuka Tuhanmu” wahai 107 Kepercayaan bahwa Allah hanya satu 108 Yasin T. Al-Jibouri, Konsep Tuhan Menurut Islam, Jakarta: Lentera Basritama, 2003, cet. Pertama, h.17 109 Ibn Abbas adalah salah seorang saudara sepupu Nabi Muhammad Saw. Nama lengkapnya adalah Abdullah ibn Abbas ibn Abdul Mutholib. Dia dari Bani Hasyim. Dari suku Qurays. Hadis yang diriwayatkannya digolongkan oleh Bukhori dan Muslim sebagai Hadis-hadis yang shahih akurat dan otentik. 110 Yasin T. Al-Jibouri, Konsep Tuhan Menurut Islam, Jakarta: Lentera Basritama, 2003, cet. Pertama, h.34 Muhammad. 111 Setelah berkali-kali al-Quran menggunakan kata itu, kaum musrikin meminta kepada Nabi Muhammad Saw. Untuk menjelaskan sifat-sifat Tuhannya. Maka turunlah penjelasan rinci dan tegas melalui wahyu : ﺡ Y 6Z . Selanjutnya berdatangan wahyu-wahyu yang lebih merinci nama- nama dan sifat tersebut. Sedemikian rincinya al-Qur’ân sehingga sementara ulama berpendapat bahwa tidak dibenarkan memberi nama sifat kepada-Nya kecuali yang disebut oleh Yang Maha Esa itu dalam al-Qur’ân dan yang diajarkan oleh Rasul Saw. 112 Maka mengenal Allah dengan sebenar-benarnya merupakan pilar penyangga segenap bangunan Islam. 113

3. Konsep Al-Qur’ân Tentang Tauhid