Sedangkan Muhammad ibn Shalih menyebutkan bahwa terjemah adalah “menerangkan suatu pembicaraan dengan menggunakan bahasa yang lain”.
35
2. Jenis-jenis Penerjemahan
Para ahli membagi kegiatan penerjemahan berbeda-beda, seperti Nida dan Taber membagi terjemahan menjadi terjemahan harfiah dan dinamis, larson
membaginya menjadi terjemahan yang berdasarkan makna meaning-based translation dan terjemahan yang berdasarkan bentuk form-based translation.
Sedangkan Maurits Simatupang membagi dalam dua bagian besar, yaitu terjemahan harfiah literal translation dan terjemahan yang tidak harfiah
terjemahan bebas non-literal translationfree translation.
36
Dalam metode penerjemahan Newmark membagi menjadi delapan bagian, yaitu:
1. Penerjemahan kata demi kataword for word
2. Penerjemahan harfiah literal translation
3. Penerjemahan setia faithful translation
4. Penerjemahan semantik semantic translation
5. Saduran adaptation
6. Penerjemahan bebas free translation
7. Penerjemahan idiomatik idiomatic translation
8. Penerjemahan komunikasi comunicative translation
35
Muhammad ibn Shalih al Ashimaini, Ushul fî al Tafsîr, Kairo: Dar ibn al Qayyim, 1989, cet. ke-1, h.31
36
Maurits Simatupang, Pengantar Teori Terjemahan, Jakarta: Dirjen Dikti Depdiknas, 1999, h.2
Namun dari delapan metode ini Penulis hanya membatasi tentang bahasan nomor empat saja, yaitu penerjemahan semantik yang paling berkaitan dekat dengan
judul ini. Penerjemahan semantik berupaya menghasilkan makna kontekstual Bsu yang luwes dan tepat.
37
3. Pergeseran Padanan dalam Penerjemahan
Macam terjamah secara sederhana terbagi dua yaitu terjemah lisan dan tulisan.
38
Dalam penerjemahan, padanan merupakan unsur yang terpenting kedua setelah makna. Padanan adalah kata atau frase yang sama atau bersamaan dalam bahasa
lain.
39
Nida dan Taber menyebutkan padanan terjemah sebagai padanan dinamis. Padanan terjemahan juga harus diungkapkan secara wajar di dalam bahasa sasaran
dengan tetap memperhatikan kaidah-kaidah bahasa terjemahan, sehingga yang membaca terjemahan itu dapat menikmati bacaannya dan melupakan sejenak
bahwa yang ia baca itu sebenarnya adalah terjemahan.
40
Namun, padanan terjemahan sangatlah penting dalam suatu terjemahan. Menurut Zenner, padanan merupakan kriteria yang mendasar bagi suatu
terjemahan. Padanan bukanlah sinonim secara utuh. Kata sepadan itu bukan berarti identik, disebabkan responsinya tidak sama. Hal ini disebabkan adanya
perbedaan budaya, sejarah, dan situasinya. Sulit kita pungkiri, bahwa terjemahan hendaklah melahirkan responsi yang sepadan.
41
37
Hidayatullah, h. 15-16
38
Ibid., h. 46
39
Kridalaksana, h. 152
40
Yusuf, h. 9
41
Nurachman Hanafi, Teori dan Seni Menerjemahkan, Ende Flores: Nusa Indah, 1985, cet. ke-1, h. 55
M. Tata Taufik menyebutkan dalam Diktat Teori dan Permasalahan Terjemah bahwa bahasa Arab dan bahasa Indonesia memiliki perbedaan dalam
karekternya, perbedaan itu bisa dilihat dari segi usia bahasa, kekayaan bahasa, juga ditambahkan segi kultur yang membentuk kedua bahasa itu.
42
Pergeseran padanan dalam terjemahan sering terjadi pada beberapa terjemahan. Pada pembahasan ini Benny H. Hoed membagi pergeseran menjadi
dua bagian, yaitu pergeseran bentuk dan pergeseran makna. Pergeseran bentuk itu sendiri terdiri dari dua, yakni:
a. Pergeseran tataran
, yaitu pergeseran yang menghasilkan unsur bahasa sasaran yang berbeda tatarannya, yaitu fonologi, morfologi, gramatikal,
atau leksikal. b.
Pergeseran kategori , yakni bila pergeseran menghasilkan unsur bahasa
sasaran yang berbeda dari segi struktur, kelas kata, dan kait sistemnya. Begitu juga pergeseran makna dibagi menjadi dua, yaitu:
a. Pergeseran sudut pandang
, yaitu bila pergeseran menghasilkan bahasa sasaran yang berupa unsur dengan sudut pandang semantis yang
berbeda. b.
Pergeseran medan makna , yakni bila pergeseran itu menghasilkan unsur
bahasa yang medan maknanya lebih luas atau lebih sempit.
43
42
Hidayatullah, h. 40
43
Benny H. Hoed, Prosedur Penerjemahan dan Akibatnya: dalam lintas Bahasa Media Komunikasi Penerjemah 2,
1995, h. 4
4. Macam-macam Terjemahan Al-Qur’ân