Macam-macam Terjemahan Al-Qur’ân

4. Macam-macam Terjemahan Al-Qur’ân

Al-Shabuni menjelaskan, mengalihkan al-Qur’ân kepada bahasa asing selain bahasa Arab dan terjemahan, dicetak dengan tujuan agar dapat dikaji oleh mereka yang tidak menguasai bahasa Arab sehingga dapat mengerti maksud dari firman Allah dengan bantuan terjemahan tadi, sehingga ia bisa memahami maksud al-Qur’ân dengan perantara terjemah. 44 Sedangkan Muhammad mansur mengelompokkan penerjemahan al-Qur’ân menjadi tiga bagian, yaitu: a. Terjemahan harfiah , yaitu kata kedua ditempatkan ditempat kata pertama bahasa sumber dan terjemahan ini disebut pula terjemah lafdziyah b. Terjemahan tafsiriah , yakni peniruan bahasa sumber dalam susunan dan tertib kata-katanya tidak diperlihatkan. Hal yang paling penting adalah baik dan sempurnanya gambaran makna serta tujuan kalimat bahasa sumber. c. Terjemah maknawiyah , yaitu pengertian kata dan tujuan di dalamnya sudah jelas, sehingga disebut juga terjemahan tafsiriyah. Menerjemahkan al-Qur’ân adalah tugas suci ilmiah yang sangat berat, karena yang diterjemahkan adalah al-Qur’ân. Oleh karena itu, wajar apabila sebagian ulama menghindari menerjemahkan al-Qur’ân. Kekhawatiran mereka itu sebenarnya sikap kehati-hatian dan rasa tanggung jawab terhadap Kitab Sucinya dari penyelewengan yang tidak diinginkan. Karena redaksi al-Qur’ân tidak dapat dijangkau secara pasti, kecuali Allah sendiri. Hal ini menghasilkan 44 Muhammad Ali al-Shabuni, al Tibyan fi Ulum al Qur’ân, Beirut, Alam al Kutub, 1985, h. 205 keanekaragaman penerjemah maupun penafsir. Bahkan para sahabat Nabi pun sering berbeda pendapat dalam menerjemahkan dan menafsirkan serta menangkap maksud firman-firman Allah Swt. 45

B. Sinonim dalam Bahasa Arab

Dalam bahasa Arab terdapat banyak kosa kata yang mempunyai makna yang sama. Kata yang mempunyai makna yang sama dalam ilmu bahasa lingustik disebut sinonim atau al-Tar duf. Para ahli bahasa Arab memberikan definisi yang berbeda mengenai al-Tar duf, seperti Fakhru al-Razi yang mendefinisikan tar duf dengan kata yang memepunyai makna yang sama. 46 Emil Badi Ya’kub mendefinisikan tar duf dengan dua buah kata atau lebih yang berbeda lafalnya, tetapi mempunyai makna yang sama. Seperti kata AB3 C DE3 C F.EA3 dan BG3 yang mempunyai makna yang sama. 47 Al-Ashfani juga mengatakan bahwa al-Tar duf al-Haqiqi hanya terdapat pada kata-kata yang berada pada satu dialek atau lahjah. Sedangkan kata-kata yang tidak satu lahjah bagaimanapun terdapat tar duf. 48 Kemudian Abu Hilal al-Askari, seorang kritikus sastra yang menolak adanya tar duf cenderung untuk membedakan kata-kata yang dianggap tar duf. Bahwa perbedaan pada ungkapan dan nama mengakibatkan perbedaan pula pada makna. Apabila sebuah kata menunjukkan sebuah makna tertentu, maka tidak tepat bila kata tersebut ditunjukkan pada makna yang lain. Menurutnya, bahasa 45 M. Quaraish Shihab, Membumikan al Qur’ n, Bandung: Mizan, 1997, H. 75 46 Mukhtar Umar, Ilmu ad Dal lah, Kuwait: Maktabah Dar Urubah, 1982, cet. Ke-1, h. 215 47 Emil Badi Ya’kub, Fiqh al-Lughah al-Arabiyah wa Khashaishuha, Beirut: Dar al-Tsaq fah al-Islamiyah, tt, cet. ke-4, h. 173 48 Umar, h. 216-218 mempunyai kata-kata yang jelas maknanya, sehingga kata-kata tersebut sudah menunjukkan satu makna, sedangkan makna lain yang dimilikinya sudah tidak tepat lagi, walaupun hanya makna tambahan saja. Oleh karena itu, ia menyatakan tidak benar apabila ada sebuah kata yang mempunyai dua makna atau lebih, begitu juga sebaliknya. 49

C. Sinonim dalam Bahasa Indonesia

1. Pengertian Sinonim