Pengertian Sinonim Pernerjemahan sinonim istilah tauhid

mempunyai kata-kata yang jelas maknanya, sehingga kata-kata tersebut sudah menunjukkan satu makna, sedangkan makna lain yang dimilikinya sudah tidak tepat lagi, walaupun hanya makna tambahan saja. Oleh karena itu, ia menyatakan tidak benar apabila ada sebuah kata yang mempunyai dua makna atau lebih, begitu juga sebaliknya. 49

C. Sinonim dalam Bahasa Indonesia

1. Pengertian Sinonim

Kata sinonim terdiri dari sin “sama” atau serupa” dan akar kata onim “nama” yang bermakna “sebuah kata yang dikelompokkan dengan kata-kata lain di dalam klasifikasi yang sama berdasarkan makna umum. Dengan kata lain: sinonim adalah kata-kata yang mengandung arti pusat yang sama tetapi berbeda dalam nilai kata. Atau secara singkat: sinonim adalah kata-kata yang mempunyai denotasi yang sama tetapi berbeda konotasi. 50 Contohnya: a. Mati, meninggal dunia, berpulang ke rahmatullah, menutup mata buat selama-lamanya, wafat, mampus b. Cantik, molek, indah, permai, bagus c. Bodoh, tolol, dungu, goblok, otak udang. Pada definisi Abdul Chaer mengatakan bahwa sinonim adalah: hubungan semantik yang meyatakan adanya kesamaan makna antara satu ujaran dengan satuan ujaran lainnya. 51 Sedangkan Verhaar mengatakan, “maknaya kurang lebih sama” ini berarti , dua buah kata yang bersinonim itu kesamaannya tidak seratus persen, hanya 49 Ibid, h. 35-36 50 Henry Guntur Tarigan, Pengajaran Kosakata, Bandung: Angkasa, 1993, h. 78 51 Abdul Chaer, Linguistik Umum, Jakarta: Rineka Cipta, 1995, cet. Ke-1, h. 297 kurang lebih saja, kesamaannya tidak bersifat mutlak. Karena berdasarkan prinsip umum semantik, apabila bentuk berbeda maka maknanya pun tidak persis sama. 52 Dalam ilmu bahasa yang murni, kata sinonim tidak diakui. Tiap kata mempunyai makna atau nuansa makna yang berlainan, walaupun ada ketumpangtindihan antara satu kata dengan kata yang lain. Ketumpang tindihan makna inilah yang membuat orang menerima konsep sinonim. Disamping itu, konsep ini juga diterima untuk tujuan praktis guna mempercepat pemahaman makna sebuah kata yang baru, yang dikaitkan dengan kata-kata lama yang sudah dikenal. 53 Masalahnya ialah setiap pemakai bahasa harus tahu betul bagaimana menggunakan kata-kata sinonim itu karena ada kata sinonim yang dapat saja saling menggantikan bersubstitusi, tetapi ada juga yang tidak. 54 Namun kesibstusian di masalah ini adalah pada pemakaian kalimat. Contoh: 1. Setelah sekulah usai, murid-murid kelas enam mengadakan rapat 2. Ketika kami tiba di lapangan itu, pertandingan telah usai. Permasalahan ini tidak dibahas jauh, karena Penulis hanya membatasi dengan sinonim dari segi semantis saja. Pendefinisian sinonim Mansur Pateda berpendapat dengan tiga batasan yaitu, pertama, kata-kata dengan acuan ekstra linguistik yang sama, mislnya kata mati dan mampus, kedua, kata-kata yang mengandung makna yang sama, misalnya kata memberitahukan dan kata menyampaikan, dan ketiga, kata-kata yang dapat disubstitusikan dalam konteks yang sama, misalnya “kami berusaha 52 Chaer, Pengantar Semantik bahasa Indonesia, Jakarta: Rineka Cipta, 1995, h. 83 53 Gorys Keraf, Diksi dan Gaya Bahasa, Jakarta: Gramedia, 1990, cet. Ke-6, h. 34 54 J.S. Badudu, Inilah Bahasa Indonesia Yang Benar II, Jakarta, Gramedia, 1994, cet. Ke- 5, h. 72 agar pembangunan berjalan terus”, “kami berupaya agar pembangunan berjalan terus”. 55 Sinonim ini dipergunakan untuk mengalih-alihkan permakaian kata pada tempat tertentu sehingga kalimat itu tidak membosankan. Dalam pemakaiannya bentuk-bentuk kata yang bersinonim akan menghidupkan bahasa seseorang dan mengkongkretkan bahasa seseorang sehingga kejelasan komunikasi lewat bahasa itu akan terwujud. Dalam hal ini paemakai bahasa dapat memilih bentuk kata mana yang paling tepat untuk dipergunakannya, sesuai dengan kebutuhan dan situasi yang dihadapinya. 56 Namun T. Fatimah Djajasudarma mengatakan bahwa kesamaan makna sinonim dapat ditentukan dengan tiga cara, yaitu: 1. Substitusi penyulihan , hal ini dapat terjadi bila kata dalam konteks tertentu dapat disulih dengan kata yang lain dan makna konteks tidak berubah, maka kedua kata itu disebut sinonim. Lyons mengemukakan bila dua kalimat memiliki struktur yang sama, makna yang sama, dan hanya berbeda karena dalam kalimat yang satu terdapat kata ‘Y’, maka ‘X’ sinonim dengan ‘Y’, misalnya Amir anak pandai dengan Amir anak pintar . 2. Pertentangan , sejumlah kata dapat dipertentangkan dengan kata lain dan dapat menghasilkan sinonim. Misalnya, kata berat bertentangan dengan ringan dan enteng. 3. Penentuan konotasi , jika terdapat perangkat kata yang memiliki makna kognitifnya sama, tetapi makna emotifnya berbeda, maka kat-kata itu 55 Mansur Pateda, Semantik Leksikal, Jakarta: Rineka Cipta, 2001, cet. ke-2, h. 222-223 56 Zaenal Arifin dan S. Amran Tasai, Cermat Berbahasa Indonesia: untuk Perguruan Tinggi, Jakarta , Akademika Pressindo, 2004, h. 29 tergolong sinonim, misalnya: kamar kecil, kakus, jamban, dan WC, mengacu ke acuan yang sama, tetapi konotasinya berbeda. 57 Makna sebuah kata bergantung pada konteks. Sebuah kata terkadang berbeda maknanya di dalam berbagai konteks. Misalnya pada kalimat “Ayah naik mobil ke kantor” , kata naik tidak sama dengan ‘memanjat’, tetapi mengendarai. Jadi naik bersinonim dengan mengendarai. Oleh karena itu, analisa komponen makna diperlukan juga untuk menentukan kesinoniman, meskipun kata tersebut sudah ditempatkan di dalam konteks. 58

2. Sifat-sifat Sinonim