Padanan Aksara Vokal Kata Sandang

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN PEDOMAN TRANSLITERASI Skripsi ini menggunakan transliterasi yang bersumber pada buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Skripsi, Tesis, dan Disertasi yang diterbitkan oleh CeQDA.

1. Padanan Aksara

Berikut adalah daftar aksara Arab dan padanannya dalam aksara latin: No. Lambang Bunyi Transliterasi Keterangan 1 Tidak dilambangkan 2 b be 3 t te 4 ts te dan es 5 j je 6 h h dengan garis bawah 7 kh ka dan ha 8 d de 9 dz de dan zet 10 r er 11 z zet 12 s es 13 sy es dan ye 14 s es dengan garis di bawah 15 d de dengan garis di bawah No. Lambang Bunyi Transliterasi Keterangan 17 z zet dengan garis di bawah 16 t te dengan garis di bawah 18 ‘ koma terbalik di atas hadap kanan 19 gh ge dan ha 20 f ef 21 q ki 22 k ka 23 l el 24 m em 25 n en 26 w we 27 h ha 28 ` apostrof 29 y ye

2. Vokal

Vokal dalam bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri dari vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong.

a. Vokal Tunggal

Untuk vokal tunggal, ketentuan alih aksaranya adalah sebagai berikut: No. Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan 1 a fathah 2 i kasrah 3 u dammah

b. Vokal Rangkap

Untuk vokal rangkap, ketentuan alih aksaranya adalah sebagai berikut: No. Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan 1 ai a dan i 2 au a dan u

c. Vokal panjang

Ketentuan alih aksara vokal panjang madd, yang dalam bahasa Arab dilambangkan dengan harakat dan huruf, yaitu: No. Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan 1 â a dengan topi di atas 2 î i dengan topi di atas 3 û u dengan topi di atas

3. Kata Sandang

Kata sandang, yang dalam sistem aksara Arab dilambangkan dengan huruf, yaitu , dialihaksarakan menjadi huruf l, baik diikuti huruf syamsiyyah maupun huruf qamariyyah . Contoh: al-rijâl bukan ar-rijâl. ABSTRAK Fina Sualastri JUDUL: Penerjemahan Sinonim Istilah Tauhid Bahasa di dunia beraneka ragam, karena bahasa bersifat konvensial yang dipakai sebagai alat komunikasi untuk melahirkan perasaan, pikiran, dan perbuatan. Dengan adanya ragam bahasa itu, tak menutup kemungkinan terjadi proses sinonimi. Begitu pula istilah yang terdapat dalam Ilmu Tauhid sebagai salah satu cabang ilmu pengetahuan juga tak lepas dari sinonimi. Dalam agama Islam konsep Tuhan hanya satu yaitu Allah Swt, tidak ada yang disebut atau dianggap sebagai Tuhan melainkan Allah Swt. Karena seseorang mengetahui bahwa adanya Allah dengan adanya penciptaan di dunia ini, dalam semua urusan itu Allah tak memiliki sekutu bahkan dalam penciptaan benda yang amat terkecil sekalipun. Pernyataan tauhid ketuhanan semacam ini adalah sebab yang paling utama untuk menghadirkan pemahaman masyarakat. Pokok permasalahan penelitian ini adalah untuk melihat perbedaan sinonim bahasa Arab istilah tauhid dengan bahasa Indonesia, dan mengetahui padanan terjemahan istilah tauhid yang bersinonim bahasa Arab dalam bahasa Indonesia. Dengan menggunakan komponen makna antara terjemahan Departemen Agama melalui kamus al-Munjid dan tafsir al-Misbah. Hasil peneitian ini menunjukkan bahwa ayat al-Qur’ân yang beristilah tauhid tidak terdapat al-Tar duf al-Hakiki melainkan al-Tar duf al-Dalali yaitu adanya kedekatan makna.

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bahasa adalah suatu sistem lambang berupa bunyi, bersifat arbitrer, digunakan oleh suatu masyarakat tutur untuk bekerjasama, berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri. 1 Sedangkan menurut Suhendra Yusuf bahasa adalah perpaduan antara sistem simbol dengan sistem makna, dan keduanya tidaklah mudah dapat dipisahkan. 2 Bahasa dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI adalah sistem lambang bunyi berartikulasi yang dihasilkan alat-alat ucap yang bersifat sewenang-wenang dan konvensional yang dipakai sebagai alat komunikasi untuk melahirkan perasaan dan pikiran. 3 Belakangan ini makin dirasakan pentingnya fungsi bahasa sebagai alat komunikasi. Kenyataan yang dihadapi adalah bahwa selain ahli bahasa, semua ahli yang bergerak dalam bidang pengetahuan yang lain semakin memperdalam dirinya dalam bidang teori dan praktik bahasa. Semua orang menyadari bahwa interaksi dan segala macam kegiatan dalam masyarakat akan lumpuh tanpa bahasa. 4 1 Abdul Chaer, Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia, Jakarta: Rineka Cipta, 2000, cet. Ke-1, h. 1 2 Suhandra Yusuf, Teori Terjemah: Pengantar ke Arah Pendekatan Linguistik dan Sosiolinguistik, Bandung: Mandar Maju, 1994, cet. Ke-1, h. 122 3 Tim Penyusun KBBI Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1990, cet. Ke-3, h.66 4 Gorys keraf, Komposisi, Ende: Nusa Indah, 1997, cet. Ke-11, h.1 +,- . 01 2 3 45 678 9 :; = 45 678 ? 49=9 ?B 3 CDE0F B 3 Artinya: “Kami tidak mengutus seorang Rasulpun, melainkan dengan bahasa kaumnya, supaya ia dapat memberi penjelasan dengan terang kepada mereka. Maka Allah menyesatkan siapa yang dia kehendaki, dan memberi petunjuk kepada siapa yang dia kehendaki. dan Dia-lah Tuhan yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana , Q.S. Ibrahim [14]:4.” 5 Setiap lambang bahasa mengacu pada konsep atau ide tertentu yang disebut makna. Seluruh makna yang terkandung dalam bahasa saling berhubungan satu sama lain. Hubungan atau relasi makna ini mungkin menyangkut hal kesamaan makna sinonim, kebalikan makna antonim, kegandaan makna homonim, kelebihan makna redundasi dan sebagainya. 6 Menerjemah merupakan seni yang rumit dan menuntut adanya bakat serta pengetahuan mendalam tentang Bahasa Sumber Bsu dan Bahasa Sasaran Bsa. Kesulitan menerjemah timbul bukan saja karena setiap bahasa memiliki sui generis karakteristik, tetapi juga proses penerjemahan merupakan pekerjaan 5 Departemen Agama RI, Al-Qur’ân dan Terjemahannya, Semarang: Toha Putra, 1989 , h. 379 6 Abdul Chaer, Pengantar Semantik Bahasa Indonesia, Jakarta: Rineka Cipta, 1995, cet. Ke-2, h. 82. yang memiliki banyak aspek. Pada dasarnya menerjemahkan merupakan proses linguistik yang saripatinya terangkum dalam upaya mencari padanan kata-kata suatu bahasa dengan kata-kata bahasa lain. Setiap bahasa merupakan sistem, dimana setiap bahasa ibu penerjemah berbeda dengan sistem BSU yang diterjemahkan. 7 Dalam bahasa Arab sinonim disebut al-Tar duf dalam al-Qur’ân yang juga bahasa Arab sering dijumpai kata-kata yang bersinonim, seperti:  H I J  K L M 5 N O P Q D D R Artinya: “Mereka turun kepada tiap-tiap pendusta lagi yang banyak dosa,” Q.S as-Syuara: [26]:222.” . - , +  K L S T U 1 V W ? ,XB = Artinya: “Dan aku berdosa terhadap mereka, maka aku takut mereka akan membunuhku,” Q.S as-Syuara [26]:14.” :  B 3 Z 5 [ 3 \]_O 3 ` a b = cKF U d BK e K B f g a [ 7 h 7 Ahmad Satori, “Diktat Penerjemahan Tahririah: Prinsip-prinsip Penerjemahan”, 2004 Artinya:“Dan perempuan-perempuan tua yang Telah terhenti dari haid dan mengandung yang tiada ingin kawin lagi, tiadalah atas mereka dosa , Q.S an-Nur[24]: 60.” 8 Kata-kata yang bergaris bawah dalam ayat-ayat di atas merupakan bahasa Arab bersinonim. Semua kata itu diterjemahkan sama, yaitu dosa. Namun, apabila kata-kata tersebut diletakkan pada kalimat atau ayat yang berbeda, maka tidak dapat saling menggantikan secara pas atau bahkan dapat mengubah maksud yang terkandung dalam ayat tersebut. Dalam hal ini, al-Syarif Ali bin Muhammad al-Jarzani berpendapat bahwa kata +, adalah ‘sesuatu yang harus dihindari baik menurut agama maupun alam natural’. 9 Kemudian kata -. adalah sesuatu yang dapat menghalangi kamu dari keridhaan Tuhan. 10 Namun menurut Muhammad bin Abu Bakar bin Abdul Qodir al-Razi kata +, semakna dengan kata 11 , padahal arti dosa menurut KBBI adalah perbuatan yang melanggar hukum Tuhan atau agama, perbuatan salah terhadap orangtua, adat, dan negara. 12 Kata sinonim dalam bahasa Indonesia adalah kata yang bentuknya berbeda, tapi mengandung satu makna atau hampir sama. Oleh sebab itu, setiap pemakai bahasa harus tahu bagaimana menggunakan kata-kata sinonim itu karena ada kata sinonim yang dapat saja saling menggantikan bersubstitusi, tetapi ada 8 Ibid., h. 555 9 Al-Syarif Ali bin Muhammad al-Jarjani, Kitab al-Ta’rifat, Mesir: Daarul Kutub al Ilmiyah, h. 9 10 Ibid., h. 107 11 Muhammad bin Abu Bakar bin Abdul Qadir al-Razi, Mukhtar as-Sahih, Mesir: Daarul Kutub al Ilmiyah, h. 67 12 DepDikBud, KBBI, h. 212 juga yang tidak. Ada yang dapat bersubstitusi dalam kalimat tertentu, tetapi dalam kalimat lain tidak dapat. Karena ketidaktahuan pemakaian kata secara tepat. 13 Kata-kata tersebut mempunyai kesamaan makna, namun tetap memperlihatkan perbedaan dalam hal pemakaian. Analisis komponen makna diperlukan juga untuk menentukan kesinoniman, meskipun kata tersebut sudah ditempatkan di dalam konteks. Berkaitan dari itu, Mariana Tutescu menerangkan teori semantiknya berdasarkan analisis komponen makna, dengan contoh: kata orang dan manusia. 1. Tumpukan pakaian itu dari jauh nampak seperti orang x 2. Tumpukan pakaian itu dari jauh nampak seperti manusia y kalimat 1 dan 2 sinonim, karena X dapat mengganti Y atau orang dapat mengganti manusia. Tutesccu menjelaskan kesinoniman dengan menguraikan X dan Y atas komponen maknanya. Makhluk Bernyawa Berakal budi Orang + + + Manusia + + + Namun, kata orang dalam kalimat berikut tidak dapat digantikan dengan kata manusia, seperti pada : Tuan Vincent orang asing 13 J.S Badudu, Inilah Bahasa Indonesia yang Benar II, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama 1994, cet. Ke-5, h. 72. Tuan Vincent manusia asing Kalimat 1 tidak sama dengan kalimat 2, hal tersebut dapat dilihat melalui analisis komponen: Makhluk Bernyawa Berakal budi Datang dari negeri lain Orang asing + + + + Manusia asing + + + - Analisis tersebut menunjukkan adanya perbedaan semestaan sehingga jelas bahwa orang asing bukan sinonim dari manusia asing. 14 Dalam ilmu bahasa yang murni, sebenarnya tidak diakui adanya sinonim. Tiap kata mempunyai makna atau nuansa makna yang berlainan, walaupun ada ketumpang-tintihan antara satu kata dengan kata yang lain. Maka ketumpang- tindihan inilah yang membuat orang menerima konsep sinonim. Disamping itu, konsep ini juga diterima untuk tujuan praktis guna mempercepat pemahaman makna sebuah kata yang baru, yang dikaitkan dengan kata-kata lama yang sudah dikenal. 15 Untuk mendefinisikan sinonim, ada tiga batasan yang dapat dikemukakan yaitu: pertama, kata-kata dengan acuan ekstra linguistik yang sama, misalnya kata mati dan mampus. Kedua, kata-kata yang mengandung makna sama, misalnya kata memberitahukan dan kata menyampaikan. Ketiga, kata-kata yang dapat 14 Dr. T. Fatimah Djajasudarma, Semantik ‘Pengantar ke Arah Ilmu Makna 1, Bandung: Refika Aditama, 1999, cet. Ke-2, h. 38-39 15 Gorys Keraf, Diksi and Gaya Bahasa, Jakarta: Gramedia, 1990, cet. ke-6, h. 34 disubstitusikan dalam konteks yang sama, misalnya “kami berusaha agar pembangunan masjid berjalan terus ”, dan “kami berupaya agar pembangunan masjid berjalan terus” . 16 Dalam agama Islam, perbedaan sudut pandang kebahasaan ini memicu perbedaan pandangan dalam memahamai agama. Perbedaan yang paling mencolok adalah pola pemahaman yang dilakukan oleh kelompok Islam fundamentalis kelompok yang dianggap mewakili pihak yang memahami Islam dari teks-teks keagamaan secara harfiah, 17 dan sebaliknya kelompok Islam Liberal mencoba memahami ajaran agama dari sisi lain teks untuk dapat mencapai makna kontekstual teks-teks keagamaan. Meskipun begitu, kedua bentuk pemikiran tersebut sama-sama meyakini adanya kebenaran hakiki yang terdapat di balik teks suci al-Qur’ân. 18 Meski memiliki banyak kelemahan, posisi bahasa bagi setiap orang tetap berbeda, apakah ia hanya merupakan simbol dan sistem penandaan dari dunia nyata atau menjadi pusat terungkapnya realitas. Posisi ini akhirnya menentukan kesan pemahaman bagi setiap orang terutama bidang tauhid dalam agama Islam terhadap sebuah teks tertentu. Berdasarkan pada masalah inilah penulis tertarik untuk menganalisis sinonim bahasa Arab dan metode penerjemahannya. Maka dari itu, penelitian ini berjudul: ”PENERJEMAHAN SINONIM ISTILAH TAUHID.” 16 Mansoer Pateda, Semantik Leksikal, Jakarta: Rineka Cipta, 2001, cet. ke-2, h. 222-223 17 Penggunaan istilah fundamentalis dalam agama berawal dari agama Kristen Protestan, pandangan dasar yang menandai gerakan fundamentalisme Protestan ini adalah bahwa orang harus berpegang pada kitab suci secara literal, Lihat Mujibburrahman, Menakar Fenomena Fundamentalisme Islam, Jurnal Tashwirul Afkar, Edisi no. 13, Tahun 2003, Jakarta: LakPesDam, 2003, h. 89 18 Moch Mansyur dan Kurniawan, Pedoman Bagi Penerjemah; Arab-Indonesia Indonesia- Arab, Jakarta: Moyo Segoro Agung, 2002, h. 20

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Pembatasan yang Penulis gunakan adalah terdiri dari beberapa surat dan ayat al-Qur’ân dimana terdapat sinonim istilah tauhid, antara lain: No. Mufradat Surat Ayat 123 Q.S. Al-Baqarah [2] : 2 Q.S. Al-Baqarah [2] : 9 Q.S. An-Nisa [4] : 47 Q.S. As-Syuraa [26] : 2 Q.S. Al-Baqarah [2] : 85 Q.S. Al-Furqan [25] : 35 Q.S. Ali Imran [3] : 48 ,453 Q.S. Al-Furqan [25] : 30 1 Q.S. Al-Ahqaf [46] : 29 670 Q.S. Al-Baqarh [2] : 22 Q.S. An-Nisa [4] : 90 Q.S. Al-Maidah [5] : 103 Q.S. Thaha [20] : 53 89: Q.S. Al-Maidah [5] : 1 Q.S. Al-Maidah [5] : 2 Q.S. Baqarah [2] : 29 2 Q.S. Al-Araf [7] : 54 ;3 Q.S. Al-Anbiya [21] : 45 3 Q.S. Huud [11] : 62 Q.S. Al-Ahqaf [46] : 31 Q.S. Ar-Rad [13] :14 Q.S. Al-Mukmin [40] : 50 53 Q.S. Ali Imran [3] : 14 = Q.S. Al-Jatsiah [45] :20 Q.S. Ali Imran [3] : 3 Q.S. Yunus [10] : 45 Q.S. An-Naml [27] : 92 ? Q.S. Huud [11] : 17 4 Q.S. Al-Ahqaf [46] : 12 40, Q.S. Al-Baqarah [2] : 112 Q.S. Huud [11] : 51 Q.S. Yusuf [12] : 104 + Q.S. Al-Maidah [5] : 83 5 Q.S. Ali Imran [3] : 145 Sedangkan permasalahan yang akan dibahas dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Apa perbedaan sinonim bahasa Arab istilah tauhid dengan Bahasa Indonesia? 2. Apakah ayat-ayat al-Qur’ân tentang istilah tauhid diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia dengan kata yang sama bersinonim dan saling menggantikan?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Mengetahui perbedaan sinonim bahasa Arab istilah tauhid dengan Bahasa Indonesia. 2. Mengetahui padanan terjemahan istilah tauhid yang bersinonim bahasa Arab dalam bahasa Indonesia. Skripsi ini ditulis sebagai suatu usaha yang sederhana yang membahas tentang istilah tauhid. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah untuk dapat menambah jumlah kepustakaan yang berkenaan dengan masalah sinonimi khususnya yang berkaitan dengan istilah tauhid dalam al-Qur’ n juga untuk membantu umat Islam yang tidak dapat berbahasa Arab untuk memahami isi kandungan al-Qur’ n terutama masalah Tauhid.

D. Tinjauan Pustaka Penelitian yang telah ada

Penelitian yang telah ada pada fakultas Adab dan Humaniora yang berkaitan dengan masalah sinonim ialah karya Ana Afanti tentang sinonim bahasa Arab perbedaan para ahli dan Eka Saukoh yang berjudul Sinonim Bahasa Arab dan Padanannya dalam Bahasa Indonesia, namun dia hanya membahas tentang Verba. Sedangkan permasalahan yang dilakukan Penulis ialah tentang “Penerjemahan Sinonim Istilah Tauhid.”

F. Sistematika Penulisan

Dalam penulisan skripsi ini penulis mengacu pada buku “Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi” yang di susun oleh tim Penulis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang diterbitkan atas kerja sama UIN Jakarta dengan CeQDA tahun 2007. Adapun sistematika penulisan skripsi ini ialah: BAB I : Pendahuluan, berisi: Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan Penulisan, Tinjauan Pustaka, dan Sistematika Penulisan. BAB II : Kerangka Teori, berisi: Penerjemahan: Definisi Penerjemahan, Jenis- jenis Penerjemahan, Macam-macam Terjemahan dalam al-Qur’ n. Sinonim dalam Bahasa Arab, Sinonim dalam Bahasa Indonesia, Ketauhidan: Konsekuensi Tauhid, Konsep Tuhan Menurut Islam, dan Konsep Al-Qur’ n Tentang Tauhid. BAB III : Metodologi Penelitian yang berisi tentang : Pendekatan Kata, Sumber dan Metode Pengumpulan Data, dan Analisis Data. BAB IV : Analisis Penerjemahan Sinonim Istilah Tauhid. BAB V : Penutup, terdiri dari Kesimpulan dan Saran.

BAB II KERANGKA TEORI

A. Penerjemahan

1. Definisi Terjemah