Manajemen Risiko Gharar dalam Transaksi Jual Beli dan Investasi

Dari penjelasan diatas, dapat diketahui bahwa strategi manajemen risiko perbankan syariah adalah mengantisipasi kemungkinan risiko-risiko yang dapat merugikan bank, sehingga perlu pengendalian terpadu. Ini dikarenakan manajemen risiko yang baik mempunyai potensi untuk memberikan orientasi baru bagi organisasi secara keseluruhan dan dapat meningkatkan kinerja bank.

4. Manajemen Risiko Gharar dalam Transaksi Jual Beli dan Investasi

Bisnis adalah pengambilan risiko, karena risiko selalu terdapat dalam aktivitas ekonomi. Ditambah lagi adanya prinsip dasar, no risk no return. Selain karena alasan riba, prinsip ini juga yang membawa implikasi penolakan terhadap bunga dalam pinjaman. Kalau kemudian risiko ini secara sederhana disamakan dengan ketidakpastian uncertainty, dan ketidakpastian ini dianggap gharar dan dilarang, maka ini akan menjadi rumit. Sebuah transaksi yang gharar dapat timbul karena dua sebab, pertama adalah kurangnya informasi atau pengetahuan pada pihak yang melakukan kontrak. Kedua, karena tidak adanya non-exist objek. Ada pula yang membolehkan transaksi dengan objek yang secara aktual belum ada, dengan diiringi syarat bahwa pihak yang melakukan transaksi memiliki kontrol untuk hampir bisa memastikannya di masa depan. Sayyid sabiq dalam fiqh sunnah menerangkan larangan terhadap sebagian kebiasaan yang dilakukan orang-orang jahiliyah adalah sebagai berikut : a. Jual beli dengan cara Hashah Orang jahiliyah dulu melakukan akad jual-beli tanah yang tidak jelas luasnya. Mereka melemparkan hashah batu kecil. Pada tempat akhir dimana batu jatuh itulah tanah yang dijual. Atau dengan cara jual beli barang yang tidak ditentukan. Mereka melempar hashah, barang yang terkena batu itulah barang-barang dijual. b. Jual beli “Tebakan Selam” Dharbatul Ghawwash Orang-orang jahiliyah juga melakukan jual beli dengan cara menyelam. Barang yang ditemukan di laut waktu menyelam itulah yang diperjualbelikan. Mereka biasa melakukan akad. Si pembeli menyerahkan harga atau bayaran sekalipun tidak mendapat apa-apa. Dan terkadang si penjual menyerahkan barang yang ditemukan sekalipun jumlah barang tersebut mencapai beberapa kali lipat dari harga yang harus diterima. c. Jual beli Nitaj Yaitu akad untuk hasil binatang ternak sebelum memberikan hasil, diantaranya memperjualbelikan susu yang masih berada di kantung susu binatang tersebut. d. Jual beli Mulamasah Yaitu dengan cara si penjual dan si pembeli melamas menyentuh baju salah seorang dari mereka saling menyentuh atau barangnya. Setelah itu jual beli harus dilaksanakan tanpa diketahui keadaannya atau saling ridho. e. Jual beli Munazabah Yakni kedua belah pihak saling mencela barang yang ada pada mereka dan ini dijadikan dasar jual beli, yang tidak saling ridho. f. Jual beli Muhaqalah Muhaqalah ialah jual beli tanaman dengan takaran makanan yang dikenal. g. Jual beli Muzabanah Muzabanah ialah jual beli kurma yang masih di pohonnya dengan kurma. h. Jual beli Mukhadharah Mukhadarah ialah jual beli kurma hijau belum nampak mutu kebaikannya ijon. i. Jual beli bulu domba di tubuh domba hidup sebelum di potong. j. Jual beli susu padat yang masih berada di susu. k. Jual beli Habalul Habalah anak unta yang masih di dalam perut induknya. 12 Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa manajemen risiko gharar yaitu mengatur atau mengelola transaksi gharar yang dapat timbul karena dua sebab, pertama adalah kurangnya informasi atau pengetahuan 12 Ahmad Rodoni, Investasi Syariah, Jakarta : Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009, cet.ke-1, hlm.44-45 pada pihak yang melakukan kontrak. Kedua, karena tidak adanya non-exist objek. Dan melarang segala bentuk transaksi jual beli dan investasi yang tidak berdasarkan Al- Qur’an dan Al-Hadit’s.

C. TRANSAKSI JUAL BELI DALAM ISLAM