2. BA’I SALAM IN-FRONT PAYMENT SALE
a. Pengertian Ba’i Salam
Dalam pengertian yang sederhana, Ba’i Salam berarti pembelian
barang yang diserahkan dikemudian hari, sedangkan pembayaran dilakukan dimuka. Walaupun barang baru diserahkan dikemudian hari
namun harga, spesifikasi, karakteristik, kualitas, kuantitas, dan waktu penyerahannya sudah ditentukan ketika akad terjadi, sehingga tidak ada
gharar. Hal inilah yang membedakan salam dengan transaksi ijon. Ba’i Salam adalah transaksi jual beli dimana barang yang
diperjualbelikan belum ada ketika transaksi dilakukan, pembeli melakukan pembayaran di muka sedangkan penyerahan barang baru dilakukan di
kemudian hari. Ba’i Salam sering digunakan untuk produk pertanian.
Salam paralel, artinya melaksanakan dua transaksi salam yaitu antara pemesan, pembeli dan penjual serta antara penjual dengan pemasok
supplier atau pihak ketiga lainnya. Hal ini terjadi ketika penjual tidak memiliki barang pesanan dan memesan kepada pihak lain untuk
menyediakan barang pesanan tersebut.
21
21
Sri Nurhayati, Akuntansi Syariah di Indonesia, Jakarta : PT Salemba Empat, 2011, cet.ke-2, hlm.198-199.
b. Rukun dan syarat Ba’i Salam
Dalam
Ba’i Salam, terdapat rukun yang harus dipenuhi, yakni :
1. ‘Aqid, yaitu pembeli atau al-muslim atau rabbussalam, dan penjual
atau al-muslam ilaih. 2.
Ma’qud ‘alaih yaitu muslam fih barang yang dipesan, dan harga atau modal
salam ra’s al-mal as-salam. 3.
Shighat yaitu ijab dan qabul. Adapula beberapa syarat di dalam
Ba’i as-salam, antara lain : Syarat-syarat salam ini ada yang berkaitan dengan
ra’s al-mal modal atau harga, dan ada yang berkaitan dengan muslam fih objek
akad atau barang yang dipesan. Secara umum ulama-ulama mazhab sepakat bahwa ada enam syarat yang harus dipenuhi agar salam
menjadi sah, yaitu : 1.
Jenis muslam fih harus diketahui 2.
Sifatnya diketahui 3.
Ukuran dan kadarnya diketahui 4.
Masa tertentu diketahui 5.
Mengetahui kadar ukuran ra’s al-mal modalharga, dan 6.
Menyebutkan tempat pemesanan atau penyerahan.
Demikian pula para ulama sepakat bahwa salam diperbolehkan dalam barang-barang yang ditakar makilat, ditimbang mauzunat,
diukur dengan meteran madzru’at, dan dihitung ma’dudat.
22
3. BA’I ISTISHNA’ PURCHASE BY ORDER OR MANUFACTURE