Pengertian Jual Beli dalam Islam

pada pihak yang melakukan kontrak. Kedua, karena tidak adanya non-exist objek. Dan melarang segala bentuk transaksi jual beli dan investasi yang tidak berdasarkan Al- Qur’an dan Al-Hadit’s.

C. TRANSAKSI JUAL BELI DALAM ISLAM

1. Pengertian Jual Beli dalam Islam

Jual beli atau dalam bahasa arab al- ba’i menurut etimologi adalah tukar menukar sesuatu dengan sesuatu yang lain. Menurut Hanafiah, jual beli adalah menukar benda dengan dua mata uang emas dan perak dan semacamnya, atau tukar menukar barang dengan uang atau semacamnya menurut cara yang khusus. Menurut Malikiyah, jual beli adalah akad mu’awadhah timbal balik atas selain manfaat dan bukan pula untuk menikmati kesenangan. Menurut Syafi’iyah, jual beli adalah suatu akad yang mengandung tukar menukar harta dengan harta syarat yang akan diuraikan nanti untuk memperoleh kepemilikan atas benda atau manfaat untuk waktu selamanya. Menurut Hanabilah, jual beli adalah tukar menukar harta dengan harta, atau tukar menukar manfaat yang mubah dengan manfaat yang mubah untuk waktu selamanya, bukan riba dan bukan utang 13 Akad berarti perikatan, perjanjian atau permufakatan. Setiap akad harus memenuhi unsur-unsur pokok rukun akad, yaitu : 13 Muslich, Ahmad Wardi, Fiqh Muamalat, Jakarta : AMZAH, 2010, cet.ke-1, hlm.173-177. 1. Sighat ijab qabul: ijab berarti pernyataan melakukan ikatan dan qabul berarti pernyataan menerima ikatan. 2. Muta’aqidaani yakni pihak-pihak yang berakad. 3. Ma’qud fiih yakni objek akad. Sebelum terjadi ikatan, masing-masing pihak boleh mengajukan syarat-syarat asalkan dapat diterima oleh akal sehat. Akad yang shahih cukup rukun dan syaratnya berlaku dan mengikat, sebaiknya akad yang tidak shahih kekurangan rukun dan syaratnya tidak berlaku dan tidak mengikat. 14 Adapun syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam akad jual beli diantaranya: 1. Syarat in’iqad terjadinya akad. 2. Syarat sahnya akad jual beli. 3. Syarat kelangsungan jual beli syarat nafadz. 4. Syarat mengikat syarat luzum. Maksud diadakannya syarat-syarat ini adalah untuk mencegah terjadinya perselisihan diantara manusia, menjaga kemashlahatan pihak-pihak yang melakukan akad, dan menghilangkan sifat gharar penipuan. Apabila syarat in’iqad terjadinya akad rusak tidak terpenuhi maka akad menjadi batal. Apabila syarat sah yang tidak terpenuhi, maka menurut Hanafiah, akad menjadi fasid. Apabila syarat nafadz kelangsungan akad tidak terpenuhi 14 Zainul Arifin, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah, Tangerang : Azkia Publisher, 2009, cet.ke-7, hlm.25. maka akad akan menjadi mauquf ditangguhkan, dan apabila syarat luzum mengikat tidak terpenuhi, maka akad menjadi mukhayyar diberi kesempatan memilih antara diteruskan atau dibatalkan. 15 Dari penjelasan diatas, dapat disimpulakan bahwa jual beli menurut para ulama mazhab merupakan akad mu’awadhah, yakni akad yang dilakukan oleh dua pihak, dimana pihak pertama menyerahkan barang dan pihak kedua menyerahkan imbalan baik berupa uang maupun barang.

2. Dasar Hukum Jual Beli dalam Islam