Al- Hadit’s TRANSAKSI JUAL BELI DALAM ISLAM

Dalam Surat Al-Baqarah ayat 275 yang berbunyi :                                                                                  17    Artinya: “Orang-orang yang memakan riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan karena gila. Yang demikian itu karena mereka berkata bahwa jual beli sama dengan riba. Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Barang siapa mendapat peringatan dari Tuhannya, lalu dia berhenti, maka apa yang telah diperolehnya dahulu menjadi miliknya, dan urusannya terserah kepada Allah. Barang siapa mengulangi, maka mereka itu penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.QS. al-Baqarah : 275 Dari dua ayat Al- Qur’an diatas telah mewakili disyariatkannya jual beli bagi umat Islam. Allah SWT menghalalkan bagi umatnya untuk mencari rezeki melalui transaksi perniagaan jual beli berdasarkan kesepakatan bersama antara penjual dan pembeli.

2. Al- Hadit’s

Selain dasar hukum yang berasal dari Al Qur’an ulama Fiqh juga menyandarkan syariat jual beli kepada hadit’s Nabi SAW. Adapun diantara 17 Ibid. hadit’s yang menjadi dasar ajaran jual beli adalah Sabda Rasulullah SAW, yaitu hadit’s Rifa’ah ibnu Rafi’: ؟بيْطأ بس ْل أ ل س م س هْي ع ه ص يب ل أ عف ر نْب ةعافر ْنع .ر ْ رْبم عْيب لك ديب ج رل ل ع : اق Artinya : “Dari Rifa’ah ibnu Rafi’ bahwa Nabi SAW ditanya usaha apakah yang paling baik? Nabi menjawab: Usaha seseorang dengan tangannya sendiri dan setiap jual beli yang mabrur”. Diriwayatkan oleh Al-Bazzar dan dishahihkan oleh Al-Hakim. 18 Selain hadits diatas, terdapat hadits yang secara tegas menjelaskan mengenai disyari’atkannya wakaf pada zaman Rasulullah SAW, yaitu Hadit’s Abi Sa’id: : اق م س ع ه ص يب ل نع دْيعس ْيبأ ْنع هْي عم نْيم ْْ ق ْ دصل رجاتل نْيقْيدصل نْي يب ل .ء د شل Artinya : “Dari Abi Sa’id dari Nabi SAW beliau bersabda: pedagang yang jujur benar, dan dapat dipercaya amanah nanti bersama-sama dengan Nabi, Shiddiqin, dan Syuhada”. HR.At-Tirmidzi. Berkata Abu ‘Isa: Hadit’s ini adalah Hadit’s yang Shahih 19 :م س هْي ع ه ص ه ْوسر اق اق ر ع نْب نع .ةمايقْل ْوي ء د شل عم م ْس ْل نْيم ْْ ق ْ دصل رجاتل 18 Muhammad bin Isma’il Al-Kahlani, Subul As-Salam, Juz 3, Maktabah Mushthafa Al-Babiy Al- Halabiy, Mesir, cet.IV, 1960, hlm.4. 19 At-Tarmidzi, Sunan At-Tirmidzi, Juz 3, Nomor hadit ’s 1290, CD Room, Maktabah Kutub Al- Mutun, Silsilah Al- ‘Ilm An-Nfi’, Seri 4, Al-Ishdar Al-Awwal, 1426 H, hlm.724. Artinya: “Dari Ibnu ‘Umar ia berkata: Telah bersabda Rasulullah SAW: pedagang yang benar jujur, dapat dipercaya dan muslim, beserta para syuhada pada hari kiamat HR.Ibnu Majah. 20 Dari ketiga Hadit’s yang dikemukakan diatas dapat dipahami bahwa jual beli merupakan pekerjaan yang halal dan mulia. Apabila pelakunya jujur, maka kedudukannya pun di akhirat nanti setara dengan para nabi, shiddiqin, dan syuhada. Para ulama dan seluruh umat islam sepakat tentang dibolehkannya jual beli, karena hal ini sangat dibutuhkan oleh manusia pada umumnya. Dalam kenyataan kehidupan sehari-hari tidak semua orang memiliki apa yang dibutuhkannya. Apa yang dibutuhkannya kadang-kadang berada ditangan orang lain. Dengan jalan jual beli inilah, maka manusia dapat saling tolong menolong untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dengan demikian, roda kehidupan ekonomi akan berjalan dengan positif karena apa yang mereka lakukan akan menguntungkan kedua belah pihak.

4. Bentuk Bentuk Jual Beli dalam Islam