maka akad akan menjadi mauquf ditangguhkan, dan apabila syarat luzum mengikat tidak terpenuhi, maka akad menjadi mukhayyar diberi
kesempatan memilih antara diteruskan atau dibatalkan.
15
Dari penjelasan diatas, dapat disimpulakan bahwa jual beli menurut para ulama mazhab merupakan akad
mu’awadhah, yakni akad yang dilakukan oleh dua pihak, dimana pihak pertama menyerahkan barang dan pihak kedua
menyerahkan imbalan baik berupa uang maupun barang.
2. Dasar Hukum Jual Beli dalam Islam
Landasan atau dasar hukum mengenai jual beli ini disyariatkan berdasarkan Al-
Qur’an dan Al-Hadit’s, antara lain :
1. Al Qur’an
Allah SWT berfirman dalam Surat An-Nisa : 29
16
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman janganlah kamu makan harta sesamamu dengan jalan yang bathil tidak benar, kecuali dengan
jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka diantara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sungguh, Allah
Maha Penyayang K epadamu”QS. An-Nisa : 29
15
Ibid
16
Al- Qur’an Terjemahan.
Dalam Surat Al-Baqarah ayat 275 yang berbunyi :
17
Artinya: “Orang-orang yang memakan riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan karena gila. Yang
demikian itu karena mereka berkata bahwa jual beli sama dengan riba. Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan
mengharamkan riba. Barang siapa mendapat peringatan dari Tuhannya, lalu dia berhenti, maka apa yang telah diperolehnya
dahulu menjadi miliknya, dan urusannya terserah kepada Allah. Barang siapa mengulangi, maka mereka itu penghuni neraka,
mereka kekal di dalamnya.QS. al-Baqarah : 275
Dari dua ayat Al- Qur’an diatas telah mewakili disyariatkannya jual
beli bagi umat Islam. Allah SWT menghalalkan bagi umatnya untuk mencari rezeki melalui transaksi perniagaan jual beli berdasarkan kesepakatan
bersama antara penjual dan pembeli.
2. Al- Hadit’s