Faktor-faktor Penyebab Pembiayaan ANALISA MANAJEMEN PEMBIAYAAN

Gambar 7 Perkembangan NPF NPF 100 200 300 400 500 600 1 2 3 tahun da la m pe rs e nt a s e Series1 Sumber Annual Report BMI tahun 2008 Keterangan : dari gambar diatas dapat dijelaskan bahwa tingkat persentase pembiayaan yang bermasalah dalam hal pengembalian dana pembiayaan yangh terdapat di Bank Muamalat Indonesia mengalami peningkatan yang fluktuatif. Kondisi tingkat NPF yang paling baik terjadi pada tahun 2007 yaitu sebesar 1,33 dibandingkan dengan tahun 2006 dan 2008, yaitu masing-masing sebesar 4,84 dan 3,85. Penurunan paling besar terjadi pada tahun 2007 sebesar 3,51, penurunan tersebut disebabkan karena bahwa kondisi keuangan arus cash flow nasabah mengalami peningkatan dalam usahanya baik sehingga nasabah mampu mengembalikan dana pembiayaan tepat pada waktunya, tidak mengalami tunggakan dalam pengembalian. Akan tetapi, kondisi tersebut berbanding terbalik dengan keadaan tahun 2008, dimana tingkat nilai NPF mengalami kenaikan yang cukup tinggi, yaitu sebesar 3,85 atau sebesar 2,52, keadaan tersebut disebabkan karena krisis ekonomi global yang terjadi di Amerika dan Indonesia terkena imbasnya pula. Walaupun dalam kondisi ekonomi tersebut Bank Muamalat mengalami peningkatan nilai NPF nya, akan tetapi hal tersebut tidak membuat Bank Muamalat melanggar ketentuan yang telah ditetapkan oleh Peraturan Bank Indonesia No 618PBI2004 yang menyatakan bahwa tingkat NPF paling tinggi sebesar 5. Dengan demikian, maka tingkat nilai NPF Bank Muamalat sendiri tidak melampaui ketentuan tang telah ditentukan oleh Bank Indonesia, artinya tingkat nilai NPF Bank Muamalat masih dianggap dalam kondisi wajar. Dan dalam pelaksanaannya bisnisnya, Bank Muamalat tetap memperhatikan “4P” yaitu Pertumbuhan, Profit, Purpose Misi, dan Prudent Kehati-hatian. Dengan program tersebut diperoleh keseimbangan dalam pencapaian pertumbuhan yang konsisten, laba yang tinggi, pelaksanaan misi terurtama keberpihakkan kepada Usaha Mikro Kecil Menengah UMKM yang menyebabkan kualitas pembiayaan terpelihara dengan relatif baik dan rasio Non-Performing Finance NPF yang terjaga dengan baik pula. Dalam kenyataannya tidak semua pembiayaan yang disalurkan oleh bank akan berjalan dengan mulus sesuai dengan keinginan dan tujuan bank, karena ada beberapa diantaranya pembiayaan yang tidak produktif dan mungkin mengalami kemacetan dalam pengembalian pinjaman dari nasabahnya. Peristiwa seperti hampir ini di alami oleh semua institusi keuangan, bahkan Bank Muamalat sendiripun sebagai sebuah lembaga keuangan tidak dapat menghindari kenyataan tersebut. Suatu masalah tidak akan timbul terjadi sebelum terjadinya suatu kejadian yang menyebabkan timbulnya permasalahan, begitu juga dengan penyebaran pemberian pembiayaan dana mudharabah, pembiayaan mudharabah tidak akan ada masalah sebelum adanya sesuatu yang mengakibatkan terjadinya masalah. Masalah-masalah dalam pembiayaan tersebut dapat terjadi karena adanya faktor penyebab pembiayaan bermasalah, faktor-faktor tersebut dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern yang menyebabkan terjadinya pembiayaan bermasalah pada Bank Muamalat, yaitu: a. Aspek Analisa Pembiayaan 1. Kurang baiknya pemahaman pihak bank atas bussines yang dilaksanakan oleh nasabah Nature of Bussiness. 2. Kurang dilakukan evaluasi apakah laporan yang disajikan oleh nasabah wajar atau tidak dan kurang teliti terhadap laporan keuangan yang disajikan oleh nasabah saat pembagian keuntungan. b. Aspek Perhitungan Modal - Aspek yang kedua berupa aspek perhitungan modal kerja, dalam hal ini pihak bank kurang teliti dalam membiayai suatu proyek, maksudnya pembiayaan jumlah danamodal yang diberikan oleh bank kepada nasabah tidakkurang sesuai dengan bisnis yang dijalankan oleh nasabah pembiayaan c. Aspek Sumber Pengembalian - Aspek yang mempengaruhi dalam penyebab pembiayaan bermasalah selanjutnya adalah aspek sumber pengembalian modal, dalam hal ini pihak bank terlalu optimis bahwa nasabah akan mengembalikan dana tersebut tepat pada waktunya dan return yang akan diperoleh bank relatif besartinggi, padahal itu belum tentu akan terjadi. - Pihak bank kurang memperhatikan aspek penjualan dan tidak memperhitungkan kebiasaan berbisnis di pasaran dan pihak bank juga kurang memperhatikan aspek kompetitor lain, yang bersumber dari bankperusahaan lain. d. Aspek Jaminan Bank tidak memperhitungkan aspek marketable, dalam hal ini adalah jaminanagunan yang diberikan oleh nasabah untuk memperoleh pembiayaan, bank hanya menganggap jaminan tersebut sebagai pelengkap saja tanpa memperhitungkan adanya resiko yang terjadi dalam pembiayaan proyekkerja sama tersebut, seandainya terjadi pembiayaan bermasalah. e. Lemahnya Aspek Supervisi dan Monitoring Desk monitoring - Kurangnya dilakukan evaluasi atas rekening koran. - Kurangnya perhatian atas keterlambatan pembayaran keawajiban nasabah. - Belum diterapkannya managing collectibility tentang “how to manage your account“ hubungannya dengan tingkat kesehatan pembiayaan. On side monitoring Pihak bank jarang melakukan kunjungan ke lokasi usaha nasabah, sehingga apabila ada side streaming pemakaian kredit yang menyimpang dari perjanjian dan permasalahan nasabah tidak dapat terdeteksi sejak awal. 1 Selain disebabkan oleh faktor intern, pembaiayaan bermasalah juga dapat disebabkan oleh faktor ekstern, diantaranya yaitu : Faktor Ekstern yang disebabkan karena nasabah, diantarnya, yaitu : 1. Nasabah kalah dalam persaingan usaha di pasaran. 2. Usaha yang dijalankan oleh nasabah relatif baru sehingga konsumen kurang minat terhadap produksi tersebut. 3. Gagal dalam collection. 4. Side streaming dalam penggunaan dana oleh nasabah. 5. Nasabah kurang menguasai bidang usahanya. 6. Character nasabah tidak bagus, nasabah beritikad tidak baik terhadap dana tersebut. 2 Selain karena nasabah, faktor ekstern juga bisa disebabkan karena faktor lingkungan, kondisi mikro dan makro ekonomi yang relatif kurang stabil, seperti pada tahun 2008 ini, kondisi ekonomi dunia yang mengalami pergolakan yang akhirnya 1 Arsip Bank Muamalat Indonesia 2 Arsip Bank Muamalat Indonesia menyebabkan krisis finansial global yang berdampak pada pengurangan penyaluran pembiayaan oleh sejumlah bank tak terkecuali Bank Muamalat, tindakan tersebut dilakukan sebagai upaya untuk mengurangi terjadinya pembiayaan bermasalah. Faktor-faktor di atas yang dapat menyebabkan terjadinya suatu pembiayaan bermasalah, sehingga pengembalian modal pembiayaan tersebut menjadi tidak lancartersendat untuk di berikan kepada para investor. Oleh karena itu, apabila terjadi pembiayaan bermasalah, maka harus segera diselesaikanditangani agar masalah tersebut menjadi besar dan berakibat fatal.

C. Upaya Penanganan dan Penyelesaian Pembiayaan

Mudharabah Bermasalah Perkembangan usaha nasabah, perkembangan pasar, pemasaran produksi dan keuangan nasbah wajib dipantau terus menerus sampai saat pembiayaan tersebut lunas. Tujuan yang hendak di capai dari pemantauan kegiatan usaha nasabah dan peninjauan kembali pembiayaan mmudharabah adalah : 1. untuk mengetahui penyebab menurunnya kemampuan menghasilkan laba dan kemapuan mengembalikan dana pembiayaan mudharabah. 2. untuk mengetahui perubahan kondisi usaha, ekonomi, moneter dan politik. 3. untuk memantau seluruh pembiayaan yang telah di berikan dan memantau hasil penerapan kebijaksanaan pembiayaan yang di berikan. Fokus peninjauan kembali pembiayaan mudharabah yang dilakukan Bank Muamalat adalah mengevaluasi kinerja nasabah, kondisi keuangan, perkembangan pasar dan pemasaran produk serta prospek usaha nasabah di masa depan. Peninjauan kembali pembiayaan mudharabah merupakan kegiatan dan tanggungjawab bersama antar bagian dan antar pejabat BMI, komite pembiayaan, bagian pemasaran, pengawasan, administrasi, dokumentasi pembiayaan termasuk AO karena AO lah yang menghubungkan antara bank dengan nasabah. Adapun kiat khusus yang dilakukan oleh Bank Muamalat dalam mengatasi risiko pembiayaan mudharabah bermaslah adalah dengan membentuk Risk Management Committee, yaitu suatu lembaga yang bertugas untuk menangani setiap permasalahan yang ada dalam pembiayaan yang disalurkan oleh Bank Muamalat kepada nasabahnya ketika nasabah tersebut telat dalam pengembalian pinjamannya. Risk Management Committee ini dikhususkan untuk menangani nasabah- nasabah yang bermasalah dalam pengembalian pinjamannya dimana pihak AO sudah angkat tangan karena AO sudah tidak sanggup lagi untuk menghadapi nasabah tersebut. Selain Risk Management Committee ini, Bank Muamalat juga bekerja sama dengan Financing Support Group, Compliance Officer, institusi ini adalah suatu lembaga yang dikhususkan untuk menangani pembiayaan-pembiayaan yang bermasalah, yaitu dengan melakukan peninjauan langsung kepada nasabah, tindakan tersebut dilakukan untuk mengetahui kondisi yang sebenarnya di lapangan nasabah. Sebelum komite ini melakukan penyelamatan atau penyelesaian atas pembiayaan bermasalah, terlebih dahulu komite ini melakukan identifikasi terhadap