Prosedur Pemberian Pembiayaan ANALISA MANAJEMEN PEMBIAYAAN

disebabkan karena krisis financial yang melanda hampir seluruh dunia, hal tersebut dipicu oleh krisis sub-prime mortgage. Dampak serius yang ditimbulkan antara lain dengan bertumbangannya lembaga-lembaga keuangan besar di dunia, sebagian yang lain terpaksa menerima bantuan permodalan dari pemerintahnya masing-masing. Krisis finasial global ini juga dirasakan oleh Indonesia, baik di pasar saham, pasar modal dan tak terkecuali perbankan nasional. Oleh karena itu, dilihat dari keadaan ekonomi yang terjadi di dunia, maka Bank Muamalat mengambil keputusan untuk mengurangi penyaluran, khususnya pembiayaan mudharabah kepada nasabah-nasabahnya. Selain karena kondisi krisis finansial global pengurangan pembiayaan juga dilakukan karena untuk menerapkan prisip kehati-hatian prudent karena dana yang terkumpul di Bank Muamalat yang paling dominan berasal dari Dana Pihak Ketiga DPK, oleh karena itu, Bank Muamalat harus menjaga amanah yang telah dititipkan oleh nasabahnya untuk menyalurkan dana-dana mereka kepada sesuatu yang dapat menghasilkan keuntunganbagi hasil yang memuaskan dengan prinsip syariah. Menurut catatan Bank Indonesia, laba perbankan nasional secara agregat di tahun 2008 turun 13 sementara laba yang diraih perbankan syariah juga turun 20. Untuk memperoleh dana pemberian pembiayaan mudharabah pada Bank Muamalat, maka seorang nasabah harus mengikuti prosedur atau ketentuan yang berlaku di Bank Muamalat, yaitu seorang nasabah harus melewati beberapa tahap, diantaranya: Pertama, seorang nasabah harus menyerahkan proposal pembiayaan mudharabah dan mengisi formulir pembiayaan mudharabah yang telah disiapkan oleh Bank Muamalat, dalam proposal tersebut setidaknya berisi tentang gambaran umum usaha, lokasi, tujuan penggunaan pembiayaan dan lain-lain, rencanaprospectus, perincian rencana penggunaan dana dan jumlah, jangka waktu penggunaan dana tersebut. Kedua, setelah nasabah mengajukan proposal permohonan pembiayaan, langkah selanjutnya adalah pihak bank melakukan peninjauansurvey keadaan nasabah, dengan melakukan prinisp 5 C, yaitu Character artinya sifat atau karakter nasabah pengambil pinjaman, Capacity artinya kemampuan membayar nasabah untuk menjalankan usaha dan mengembalikan pinjaman yang diambil, Capital artinya besarnya modal yang diperlukan peminjam, . Colateral artinya jaminan yang telah dimiliki yang diberikan peminjam kepada bank dan terakhir Condition artinya keadaan usaha atau nasabah prospek atau tidak. Penilaian tersebut dilakuan untuk mengetahui apakah informasi yang diberikan nasabah kepada bank benar adanya atau tidak, dan kegiatan tersebut dimaksudkan agar tidak terjadi penipuan atau pemalsuan data oleh nasabah. Ketiga, setelah dilakukan penilaian nasabah oleh bank melalui laporan kunjungan setempat, maka langkah selanjutnya adalah pengajuan MUP Memorandum Usulan Pembiayaan yang meliputi : • Analisa Pembiayaan Analisa Kualitatif dan Kuantitatif • Analisa Jaminan. • Analisa Risiko. • Evaluasi Kebutuhan Dana • Penetapan Struktur Fasilitas • Pengajuan MUP ke KPP Komite Persetujuan Pembiayaan Selain melakukan analisa diatas, bank juga harus menganalisis risiko dari pemberian pembiayaan tersebut, karena penilaian dini dari adanya pembiayaan tersebut sangat dianjurkan agar ketika tejadi pembiayaan bermasalah bank muamalah dapat segera mengatasinya dengan baik, tepat dan cepat. Setelah pengajuan MUP ke KPP telah dilaksanakan, maka proses selanjutnya adalah menunggu keputusan pembiayaan dari rapat komite. Setelah ada keputusan dari rapat komite tentang persetujuan pembiayaan, maka langkah selanjutnya adalah pelaksanaan keputusan KPP, yang meliputi: penyampaian SPP Surat Persetujuan Pembiayaan ke nasabah, dokumentasi dan administrasi serta penandatanganan akad pembiayaan mudharabah tersebut dan jaminan yang diberikan nasabah kepada bank serta realisasi pembiayaan. Tahap selanjutnya yang dilakukan bank setelah pembiayaan mudharabah tersebut dicairkan adalah bank melakukan pemantauan terhadap usaha nasabah, pemantauan tersebut dilakukan untuk mengetahui kegiatan nasabah apakah kegiatan pembiayaan tersebut benar-benar dilaksanakan sesuai dengan akad perjanjian atau hanya digunakan untuk kepentingan nasabah saja. Pemantauan jaminan nasabah, pembinaan nasabah dan pemantauan pembayaran nasabah, semua pemantauan tersebut dilakukan untuk menghindari adanya pembiayaan bermasalah, NPF Non Performing Finance. Langkah-langkah diatas merupakan suatu proses tahapan-tahapan yang harus dilalui oleh nasabah untuk mendapatkan pembiayaan pada Bank Muamalat Indonesia, khususnya dalam hal ini adalah pembiayaan dana mudharabah.

B. Faktor-faktor Penyebab Pembiayaan

Mudharabah Bermasalah Tingkat perkembangan NPF yang terjadi selama tiga tahun terakhir ini dapat dilihat pada gambar dibawah ini : Tabel 7 Keterangan 2006 2007 2008 NPF 4.84 1.33 3.85 Gambar 7 Perkembangan NPF NPF 100 200 300 400 500 600 1 2 3 tahun da la m pe rs e nt a s e Series1 Sumber Annual Report BMI tahun 2008 Keterangan : dari gambar diatas dapat dijelaskan bahwa tingkat persentase pembiayaan yang bermasalah dalam hal pengembalian dana pembiayaan yangh terdapat di Bank Muamalat Indonesia mengalami peningkatan yang fluktuatif. Kondisi tingkat NPF yang paling baik terjadi pada tahun 2007 yaitu sebesar 1,33 dibandingkan dengan tahun 2006 dan 2008, yaitu masing-masing sebesar 4,84 dan 3,85. Penurunan paling besar terjadi pada tahun 2007 sebesar 3,51, penurunan tersebut disebabkan karena bahwa kondisi keuangan arus cash flow nasabah mengalami peningkatan dalam usahanya baik sehingga nasabah mampu mengembalikan dana pembiayaan tepat pada waktunya, tidak mengalami tunggakan dalam pengembalian. Akan tetapi, kondisi tersebut berbanding terbalik dengan keadaan tahun 2008, dimana tingkat nilai NPF mengalami kenaikan yang cukup tinggi, yaitu sebesar