Kajian Pustaka Terdahulu PENDAHULUAN

Dalam menyalurkan pembiayaan, tentunya hampir setiap lembaga keuangan mempunyai permasalahan dalam proses pengembalian pinjaman tersebut dengan nasabahnya, baik disebabkan karena faktor intern maupun faktor ekstern, akan tetapi, sebelum kedua faktor tersebut semakin menjadi masalah besar, maka harus dideteksi gejala dini permasalahan tersebut berdasarkan pada kolektibikitas pembiayaan, yang dapat digolongkan menjadi kolektibilitas lancar, potensial bermasalah, pembiayaan kurang lancar dan pembiayaan diragukanmacet.

D. Kajian Pustaka Terdahulu

1. Khairunnisa Judul skripsi : Permasalahan dan Risiko Pemberian Pembiayaan Mudharabah kepada Pengusaha Kecil studi kasus BPRS Harta Insan Karimah Ciledug Tangerang. Penelitian dilakukan pada tahun 2004 dengan hasil penelitian sebagai berikut: Menurut penulis, pembiayaan mudharabah di BPRS Harta Insan Karimah belum menjadi wahana utama untuk memobilisasindana masyarakat, hal ini dikarenakan masih banyaknya permasalahan dan masih bearnya resiko dalam pemberian pembiayaan mudharabah kepada pengusaha kecil, pembiayaan mudharabah pada tahun 2002 hanya mencapai 23 dibanding dengan pembiayaan murabahah sebesar 77. Adapun permasalahan yang dihadapi oleh BPRS Harta Insan Karimah dalam memberikan pembiayaan mudharabah kepada pengusaha kecil, dapat dibedakan menjadi dua, yaitu : 1. Dari sisi pengusaha Umumnya usaha kecil memiliki tingkat kelayakan yang masih rendah akibat adanya keterbatasan pada aspek pemasaran, teknis produksi, manajemen dan organisasi. 2. Dari sisi perbankan Permasalahan yang muncul adalah sulitnya memperoleh usaha kecil yang layak, tingginya biaya transaksi, tingginya resiko dan terbatasnya sumber daya insani. Adapun kiat khusus yang telah dilakukan oleh BPRS Harta Insan Karimah dalam mengatasi resiko pemberian pembiayaan mudharabah diantaranya dengan membentuk bagian yang khusus menangani masalah-masalah yang bermasalah dalam pengembalian dana pembiayaan yang disebut Bagian Pengawasan dan Pembinaan Pembiayaan PPP. Sedangkan tindakan yang dilakukan oleh PPP dalam mengatasi pembiayaan bermasalah diantaranya : a. Restructure b. Reschedule c. Penyitaan barang jaminan d. Write off 2. Nur Julizar Judul skripsi : Sistem Manajemen Risiko Perbankan Syari’ah dalam Penyaluran Pembiayaan Mudharabah, Kajian terhadap Bagaimana Seharusnya Manajemen Risiko Bank Syari’ah. Penelitian dilakukan pada tahun 2005 dengan hasil penelitian sebagai berikut : 1. Sistem operasional yang membedakan antara Bank Syariah dengan Bank Konvensional adalah penerapan sistem bagi hasil, dalam Bank Syariah yang menggantikan sistem bunga pada Bank Konvensional. 2. Kombinasi antara manajemen Bank Umum dengan sistem keuangan syariah dapat diterapkan sebagai sarana untuk mengembangkan antara dua kepentingan lenders-borrowers dan dalam hal manajemen resiko, Bank Syariah seharusnya memiliki konsep yang komprehensif aplikatif bukan sekedar mengadopsi konsep yang telah ada sehingga dalam memutuskan sebuah kebijakan pembiayaan tidak mengalami resiko. 3. Yang membedakan sistem manajemen resiko Bank Syariah dan Bank Konvensional terletak pada pemberdayaan potensi sumber daya manusia yang menyangkut budaya culture kerja bank, dimana misi Bank Syariah tidak hanya berorientsi pada keuntungan keduniawian khairul fiddunya tetapi juga berorientasi pada keuntungan ukhrowi kahairul filakhirot yang berpengaruh pada etos, orintasi dan mental sumber daya insani Bank Syariah sebagai pelaksana sistem pengelolaan resiko. 3. Harun Masykur Judul skripsi : Manajemen Risiko Operasional Bank Syari’ah, studi pada Unit Usaha Syari’ah Bank Bukopin. Penelitian dilakukan pada tahun 2008 dengan hasil penelitian sebagai berikut : 1. Proses identifikasi risiko operasional UUS Bank Bukopin dilakukan setiap awal periode pelaksanaan kegiatan dan diperbaharui setiap tiga bulan. Proses identifikasi ini dilakukan oleh Internal Control Cabang dan Kepala Cabang yang akhirnya di monitoring oleh Divisi Manajemen Risiko Kantor Pusat. 2. Proses pengukuran risiko operasional UUS Bank Bukopin menggunakan metode matrik Delphi 5x5, yaitu perkalian score dampak dan frekuensi risiko operasional, kemudian hasilnya ditrendkan dengan risiko yang sama pada Divisi dan Kantor Cabang lain. Setelah diukur, risiko operasional dipetakan agar manajemen dapat mengetahui risiko operasional yang harus di mitigasi terlebih dahulu. 3. Proses pengendalian risiko operasional UUS Bank Bukopin dilakukan oleh pemilik risiko owner risk atau Kantor Cabang. Setiap Kantor Cabang UUS Bank Bukopin memiliki prosedur dan sistem back up contingency plan, dan sistem keamanan data ware-house yang baik. Teknik mitigasi dan pengendalian risiko operasional UUS Bank Bukopin diantaranya adalah asuransi dan outsourcing. 4. Hambatan manajemen risiko operasional adalah kesulitan mengumpulkan data risiko operasional dan kepekaan karyawan dalam manajemen risiko operasional. 4. Agus Faizin Judul Skripsi : Tinjauan Hukum Islam terhadap Konsep Restrukturisasi Pembiayaan Mudharabah Non Performing dan Pengaruhnya terhadap Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif PPAP, Analisis Fiqh dan Keuangan Studi Kasus pada BNI Syariah. Penelitian ini dilakukan pada tahun 2007 dengan hasil penelitian sebagai berikut : a. Penggolongan pembiayaan mudharabah bermasalah di dasarkan atas derajat kolektibilitas, yaitu prospek usaha, kinerja nasabah dan kemampuan membayar angsuran pokok ditambah margin bagi hasil jika prospek usaha, kinerja nasabah menurun serta menunggak selama 90 hari, maka restrukturisasi ini dapat dilakukan. b. Restrukturisasi pada BNI Syariah, dilakukan pada nasabah yang memiliki bisnis dan kondisi keuangan yang masih dapat diperbaiki. Sedangkan risiko bisnis yang bukan disebabkan oleh kelalaian nasabah dalam mengelola dana seperti huru hara, bencana alam dapat dilakukan dengan memberikan fasilitas pembiayaan ulang, penundaan pembayaran dengan memperpanjang jatoh tempo, memperkecik margin bagi hasil dan merubah sistem pembiayaan dari Profit Loss Sharing menjadi Revenue Sharing. c. Restrukturisasi dapat juga dilakukan dengan menambahkan plafondpokok pembiayaan dan pengurangan margin dapat mempengaruhi PPAP yang harus dibentuk sedangkan dengan penambahan waktu tudak mempengaruhi PPAP. d. Dalam pengakuan laba setelah adanya restrukturisasi menggunakan cash basis yang sesuai dengan PAPSI Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia yaitu pengakuan pendapatan pada pembiayaan bermasalah diakui pada saat laba tersebut benar terjadi. 5. Ifah Latifah Judul Skripsi : Peranan Account Officer AO dalam menekan pembiayaan bermasalah Studi Kasus pada BPRS Harta Insan Karimah. Penelitian ini dilakukan pada tahun 2007 dengan hasil penelitian sebagai berikut : a. factor penyebab pembiayaan bermasalah, antara lain : 1. Faktor Intern, seperti petugas AO dan system. AO kurang baik dalam menilaimenganalisis data calon nasabah. Sistem seperti pengawasan yang kurang intensif dari AO sehingga permasalahan yang terjadi tidak dapat terdeteksi secepat mungkin. 2. Faktor Ekstern, seperti kondisi nasabah yang sedang menurun, adanya I’tikad kurang baik dari nasabah dalam hal pembayaran, nasabah kurang mampu dalam mengelola usaha, kebijakan pemerintah yang kadanga tidak memihak pada perkembangan usaha kecil dan menengah, sehingga menyulitkan berkembangnya usaha nasabah dan terjadi bencana alam. b. tugas, wewenang dan tanggung kawab AO, antara lain : Memproses calon nasabah sehingga menjadi nasabah dan membinanya, mengadakan dan menghadiri pertemuan dengan nasabah, membuat anggaran kegiatan pemasaran, promosi dan rencana kerja, melakukan pendekatan pemasaran dengan nasabah, membuat analisa pembiayaan, surat keputusan dan penutupan asuransi, serta meneliti dan melaporkan kegiatanaktivitas yang tidak normal. c. Analisis dan proses kerja AO, yaitu menganalisa permohonan pembiayaan dengan menggunakan prinsip 5C serta aspek management, pemasaran teknis, keuangan, yuridis, dan sosio ekonomi; mengumpulkan persyartan administrasi, pembuatan proposal analisa pembiayaan dengan langsung survey ke alapangan untuk melihat, menganalisa dan menilai kelayakan usaha nasabah; memutuskan pembiayaan dan pembuatan Media Pencairan Pembiayaan MPP serta penandatangan dan realisasi pembiayaan. Adapun usaha AO dalam menangani pembiayaan bermasalah adalah berhati-hati dalam pemberian pembiayaan dengan mengikuti prosedur yang baik, melakukan pendekatan dengan nasabah dengan melakukan kunjungan ke tempat usaharumah nasabah untuk melihat penyebab pembiayaan bermasalah, mengawasi terus menerus penggunaan pembiayaan dan pengawasan terhadap perkembangan cadangan penghapusan pembiayaan, melakukan rescheduling, restructuring dan write off. Sedangkan skripsi yang penulis bahas dalam penulisan skripsi ini adalah untuk mengetahui bagaimana prosedur permohonan pembiayaan mudharabah Bank Muamalat, apa yang menjadi penyebab timbulnya pembiayaan mudharabah bermasalah dan bagaimana penanganan yang dilakukan oleh Bank Muamalat dalam menangani pembiayaan mudharabah bermasalah. Hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis, yaitu apabila nasabah ingin melakukanmengajukan pembiayaan mudharabah, maka pertama-tama yang harus dilakukan oleh nasabah adalah nasabah mengajukan proposal permohonan pembiayaan mudharabah kepada Bank Muamalat, langkah selanjutnya adalah nasabah mengisi formulir pembiayaan mudharabah, kemudian pihak bank melakukan verifikasi data nasabah berupa analisa kelayakan nasabah dengan melakukan kunjungan ke tempat nasabah, baik dirumah, kantor atau tempat usaha on the spot, mencari informasi dari orang-orang sekitar nasabah tentang keadaaan nasabah tersebut, langkah selanjutnya yang dilakukan adalah pihak bankAO mengajukan Memorandum Usulan Pembiayaan MUP kepada Komite Pembiayaan untuk di pelajariteliti lebih lanjut, setelah itu keputusan pembiayaan oleh komite pembiayaan, apabila pembiayaan disetujui, maka langkah selanjutnya adalah penandatangan akad dan pencairan dana pembiayaan dan terakhir yang dilakukan oleh pihak bank adalah pemantauan usaha nasabah. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi adanya pembiayaan mudharabah adalah terdiri dari faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal berasal dari pihak bank itu sendiri sedangkan factor eksternal berasal dari luar bank, yaitu nasabah dan bisa juga dari kondisi ekonomi mikromakro suatu Negara atau juga bisa terjadi karena bencana alam. Upaya penanganan yang dilakukan oleh Bank Muamalat untuk mengatasi pembiayaan bermasalah, yaitu dengan melakukan pemantauanpeninjauan langsung kepada nasabah untuk mengetahui lebih jelas keadaan yang terjadi, setalah diketahui penyebab terjadinya pembiayaan bermasalah, tindakan yang dilakukan selanjutnya adalah melakukan resctructuring, rescheduling, penyitaan barang jaminan dan tindakan terakhir yang dilakukan pihak bank apabila pembiayaan tersebut sudah tidak dapat atasi lagi adalah dengan melakukan write off atau tutup buku. BAB III GAMBARAN UMUM BANK MUAMALAT INDONESIA, Tbk

A. Sejarah Singkat PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk

PT Bank Muamalat Indonesia Tbk didirikan pada 24 Rabius Tsani 1412 H atau 1 November 1991, diprakarsai oleh Majelis Ulama Indonesia MUI dan Pemerintah Indonesia, dan memulai kegiatan operasinya pada 27 Syawwal 1412 H atau 1 Mei 1992. Dengan dukungan nyata dari eksponen Ikatan Cendikiawan Muslim se-Indonesia ICMI dan beberapa pengusaha Muslim, pendirian Bank Muamalat juga menerima dukungan masyarakat, terbukti dari komitmen pembelian saham Perseroan senilai Rp 84 miliar pada saat penandatangan akta pendirian Perseroan. Selanjutnya, pada acara silaturahmi peringatan pendirian tersebut di Istana Bogor, diperoleh tambahan komitmen dari masyarakat Jawa Barat yang turut menanam modal senilai Rp 106 miliar. 1 Pada tanggal 27 Oktober 1994, hanya dua tahun setelah didirikan, Bank Muamalat berhasil menyandang predikat sebagai Bank Devisa. Pengakuan ini semakin memperkokoh posisi Perseroan sebagai bank syariah pertama dan terkemuka di Indonesia dengan beragam jasa maupun produk yang terus dikembangkan. Krisis moneter tahun 1997-1998 telah memporakporandakan sebagian besar perekonomian Asia Tenggara. Sektor perbankan terbelit negative spread dan bencana kredit macet. 1 Annual Report, Laporan Akhir Tahun Bank Muamalat Indonesia Tahun 2008, h. 4 59 Akibatnya sejumlah bank mengalami kondisi terburuk dalam pengawasan Badan Penyehatan Perbankan Nasional BPPN dan terpaksa harus memperoleh rekapitalisasi dari pemerintah. 2 Dalam upaya memperkuat permodalannya, Bank Muamalat mencari pemodal yang potensial, dan ditanggapi secara positif oleh Islamic Development Bank IDB yang berkedudukan di Jeddah, Arab Saudi. Pada RUPS tanggal 21 Juni 1999 IDB secara resmi menjadi salah satu pemegang saham Bank Mumalat. Oleh karenanya, kurun waktu antara tahun 1999 dan 2002 merupakan masa-masa yang penuh tantangan sekaligus keberhasilan bagi Bank Muamlat. Dalam kurun waktu tersebut, Bank Muamalat berhasil membalikkan kondisi dari rugi menjadi laba berkat upaya dan dedikasi setiap Kru Muamalat, ditunjang oleh kepemimpinan yang kuat, strategi pengembangan usaha yang tepat, serta ketaatan terhadap pelaksanaan perbankan syari’ah secara murni. 3 Melalui masa-masa sulit ini, Bank Muamalat berhasil bangkit dari keterpurukan. Diawali dari pengangkatan kepengurusan baru dimana seluruh anggota Direksi diangkat dari dalam tubuh Muamalat, Bank Muamalat kemudian menggelar rencana kerja lima tahun dengan penekanan pada i tidak mengandalkan setoran modal tambahan dari para pemegang saham, ii tidak melakukan PHK satu pun terhadap sumber daya insani yang ada, dan dalam hal pemangkasan biaya, tidak 2 Annual Report, h. 5 3 Ibid, h. 5