Unsur-Unsur Marketing Asuransi Syari’ah

muwakkil. Sedangkan pendapat kedua menyatakan bahawa wakalah adalah wilayah, karena mukhalafah menggantikan dibolehkan bila mengarah kepada yang lebih baik, sebagaimana jual beli dengan melakukan pembayaran secara tunai, itu lebih baik walaupun diperkenankan secara kredit. 14

C. Unsur-Unsur Marketing Asuransi Syari’ah

1. Sumber Daya Manusia SDM Marketer Lembaga Keuangan syari’ah, seperti bank syari’ah, asuransi syari’ah, pegadaian syari’ah dan obligasi syari’ah, harus memilki profil dan etika yang berbeda dengan lembaga keuangan non syari’ah Dengan asumsi memiliki tingkat profesionalisme yang sama dengan dengan lembaga keuangan non syari’ah, maka marketer di lembaga keuangan syari’ah harus memiliki nilai plus, terutama dalam kaitan dengan implementasi nilai-nilai syari’ah dalam transaksi bisnis, serta memelihara dan menjaga etika dan akhlak bisnis yang dibenarkan oleh syari’at Islam. 15 Pertama, menghindari 15 lima belas prilaku bisnis yang terlarang, yaitu menjual barang yang masih gharar, menimbun barang untuk menaikan harga, menjual barang hasil curian, korupsi atau pencucian uang, menjual dengan motif penipuan, mengingkari perjanjian, menyembunyikan cacat barang, berlaku curang dalam penentuan harga dan rate, banyak bersumpah untuk meyakinkan pembeli, iklan dan promosi palsu, mempermainkan harga, 14 Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syari’ah : ٍ Suatu Pengenalan Umum, Bank Indonesia dan Tazkia, 1999, hal 176. 15 M. Syakir Sula, Op. Cit, hal. 502 bersikap memaksa dan menekan, mematikan pedagang kecil, melakukan riswah , melakukan monopoli dan menjual sesuatu yang haram. Kedua, melakukan prilaku bisnis yang dianjurkan, yaitu: rabbaniyyah, berprilaku baik dan simpatik, bersikap adil terhadap stakeholders dan menentukan rate secara adil. Selain itu, setiap tenaga pemasar harus menjaga kebersihan qalbu dari penyakit hati sepeti, berburuk sangka, menjelek-jelekan, tajasus memata-matai, dan mengadu domba. 16 2. Produk Pada prinsipnya mendesain produk asuransi syari’ah tidak jauh berbeda dengan asuransi konvensional. Walaupun demikian, perbedaan keduanya dapat menentukan halal dan haramnnya produk asuransi syari’ah. Produk asuransi syari’ah dipahami sebagai suatu model jaminan proteksi yang dihasilkan oleh sebuah perusahaan asuransi syari’ah untuk ditawarkan kepada masyarakat luas agar ikut serta berperan sebagai anggota dari sebuah perkumpulan pertanggungan yang secara materi mendapat keamanan bersama. Prinsip dasar produk asuransi syari’ah berorientasi pada penawaran keikut sertaan masyarakat untuk saling menanggung takafuli pada suatu peristiwa yang belum terjadi dalam jangka waktu tertentu. Sehingga, prinsip dasar inilah yang menjadikan asuransi syari’sh berbeda dengan asuransi konvensional. 16 Ibid, hal. 503 Dalam asuransi konvensional, para peserta asuransi di posisikan sebagai pembeli asuransi bukan sebagai peserta yang mempunyai kewajiban untuk saling menanggung secara bersama. sehingga premi yang terkumpul menjadi milik penuh perusahaan. 17 Adapun produk asuransi syari’ah yang dipakai dalam oprasional perusahaan asuransi syari’ah adalah sebagai berikut: a. Produk asuransi syari’ah dengan unsur saving Adalah sebuah produk asuransi yang didalamnya menggunakan dua buah rekening dalam setiap pembayaran premi, yaitu rekening untuk dana tabarru’ sosial dan rekening untuk dana saving tabungan. Adapun status kepemilikan dana pada rekening tabungan adalah masih sepenuhnya milik peserta, bukan menjadi milik perusahaan asuransi, maka tatkala peserta asuransi berkeinginan menarik dananya, pihak perusahaan tidak ada dalih untuk menolaknya. Rekening tabungan yang menggunakan unsur saving adalah kumpulan dana yang merupakan milik peserta dan dibayarkan bila: a Perjanjian berakhir, b Peserta mengundurkan diri dan c Peserta meninggal dunia. Adapun rekening tabarru’ merupakan rekening yang berisi kumpulan dana yang dibayarkan oleh peserta yang diniatkan untuk derma untuk 17 AM Hasan Ali, Asuransi dalam Perspektif Hukum Islam: Suatu Tinjauan Analisis Historis, Teoritis dan Praktis , Kencana : Jakarta, 2004, hal.167. saling membantu dan dibayarkan bila: a Peserta meninggal dunia, b perjanjian berakhir, jika ada surplus dana. 18 b. Produk asuransi tanpa unsur tabungan a Setiap premi yang dibayarkan oleh peserta setelah dikurangi biaya pengelolaan dimasukan kedalam rekening khusus kumpulan dana b Kumpulan dana peserta di investasikan sesuai dengan prinsip syari’ah c Hasil investasi dimasukan kedalam kumpulan dana peserta, kemudian dikurangi dengan beban asuransi klaim dan premi reasuransi d Surplus kumpulan dana peserta kemudian dibagikan dengan sistem bagi hasil mudharabah. 19 3. Sasaran Pasar segmentasi Persaingan dunia usaha yang semakin ketat membuat perusahaan harus menyusun strategi bisnis agar perusahaanya tetap dapat bertahan. Hal inilah yang melatarbelakangi setiap perusahaan asuransi syari’ah harus menyusun strategi bisnisnya agar dapat memenangkan pasar. Sebelum menentukan sasaran pemasaran, maka perusahaan harus menentukan segmentasi pasar terlebih dahulu. Segmentasi pasar memerankan peranan kunci dalam strategi-strategi pemasaran dari hampir semua organisasi berhasil dan merupakan perangkat pemasaran yang berguna untuk beberapa 18 AM Hasan Ali, Op. Cit, hal. 168. 19 M. Syakir Sula, Op. Cit, hal. 637. alasan. Alasan yang terpenting adalah hampir semua pasar termasuk kelompok-kelompok orang atau organisasi memiliki kebutuhan dan pilihan produk yang berbeda-beda. Segmentasi pasar membantu para pemasar untuk mendefinisikan kebutuhan dan keinginan konsumen secara tepat, karena segmentasi pasar berbeda dalam ukuran dan potensi. Tujuan segmentasi pasar adalah untuk membantu para pemasar untuk mampu dalam menyesuaikan bauran pemasaran untuk memenuhi satu atau lebih segmen pasar. Dari tujuan tersebut, maka dalam segmentasi pasar ada beberapa langkah yang harus diperhatikan, yaitu: 1 Menyeleksi pasar atau kategori produk untuk dipelajari 2 Memilih satu atau beberapa basis untuk melakukan segmentasi pasar 3 Membuat profil dan mengevaluasi segmen 4 Menyeleksi sasaran Segmentasi pasar Lembaga Keuangan Syari’ah di Indonesia adalah tidak hanya membidik para Syari’ah loyalist saja, namun ke seluruh lapisan masyarakat. Hal ini tentu saja sejalan dengan ajaran Islam yang sifatnya yang universal. 4. Sistem Pemasaran Suatu sistem pemasaran tidak sekedar menyampaikan barang dan jasa kepada konsumen, tetapi juga merangsang inovasi, pengembangan dan penyebaran gagasan dan produk baru. Persaingan memperebutkan konsumen memaksa setiap perusahaan untuk memikirkan cara baru yang lebih baik untuk memuaskan konsumen. 20 Sistem pemasaran pada suatu masyarakat yang masih tradisional akan terdiri atas pasar dalam arti tempat, beberpa penjual, alat transport yang masih primitif dan fasilitas-fasilitas gudang yang masih sederhana. Sedangkan sistem pemasaran pada masyarakat modern akan terdiri atas jaringan-jaringan organisasi pemasaran yang kompleks dan segala fasilitas yang berhubungan dengan pengembangan, promosi, serta distribusi barang-barang atau jasa-jas yang mempunyai nilai ekonomis yang tinggi. 21 Untuk memajukan perusahaan, kita harus mengetahui sistem pemasaran yang cocok dengan perusahaan kita. Model-model sistem pemasaran itu antara lain adalah: a. Sistem pemasaran vertikal Adalah sistem saluran dimana keseluruhan saluran di fokuskan pada sasaran pasar yang sama diujung saluran. Sistem ini terus berkembang, karena jika pelanggan akhir tidak mau membeli produk, keseluruhan kegiatan akan kena imbasnya. Sistem pemasaran vertikal digunakan untuk meningkatkan pengendalian mereka terhadap anggota-anggota saluran dan sistem pemasaran tersebut telah meningkatkan kinerja mereka. Koordinasi dan 20 Jerome MC Carthy dan Wlliam D. Perreault, Intisari Pemasaran, Alih bahasa : Agus Maulana, Jakarta: Binarupa Aksara, 1995hal. 16 21 Surahman Sumawijaya, dkk, Intisari Manajmen Pemasaran, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1991, hal. 17. kerjasama yang lebih besar telah mendorong efektifitas pemasaran yang lebih besar serta penghematan. Akibatnya VMS Vertical Marketing Sistem berkembang menjadi bentuk kerjasama saluran yang paling dominan, khususnya distribusi barang dan jasa konsumen. 22 b. Sistem pemasaran horizontal Disini adanya kerjasama antara dua atau lebih perusahaan yang bergabung untuk memanfaatkan peluang pemasaran yang muncul. c. Sistem pemasaran ganda Menggabungkan beberapa cara pengeceran dengan pengaturan fungsi distribusi dan manajmen dan memimpinnya daribelakang secara sentral. 5. Jaringan kerja network Jaringan kerja juga sangat diperlukan oleh sebuah perusahaan terutma bidang usaha jasa seperti asuransi. Jaringan kerja perusahaan asuransi dapat berupa kantor cabang, kerjasama dengan perusahaan lain seperti dengan bank dan lembaga keuangan lainnya.

D. Prinsip-Prinsip Marketing Asuransi Syari’ah