BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Saat ini sistem ekonomi syari’ah berkembang pesat dan menjadi alternatif bagi masyarakat yang sudah jenuh dengan sistem kapitalisme yang
mengutamakan kekayaan pribadi dan berdampak pada ketidakmerataan distribusi kekayaan.
Beberapa perusahaan yang jeli mulai menyikapi hal ini dengan menerapkan sistem ekonomi syari’ah. Sistem ekonomi Islam mulai bangkit
kembali dan dikenal luas pada era-1970-an, tetapi sebenarnya prinsip-prinsip yang terkandung didalamnya bukanlah hal yang baru. Larangan terhadap riba
bukan hanya ada sejak adanya agama Islam, melainkan sudah disebutkan dalam kitab injil.
Penduduk Indonesia mayoritas adalah muslim, tetapi pangsa pasar untuk lembaga keuangan syariah di Indonesia masih sangat kecil dibandingkan dengan
pangsa pasar lembaga keuangan konvensional. Hal ini menjadi pertanyaan besar, mengapa hal ini bisa terjadi di negara yang mayoritas penduduknya adalah umat
Islam. Apakah karena kurangnya sosialisasi dari lembaga tersebut atau karena kurangnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat akan keberadaan lembaga
keuangan syari’ah. Perkembangan lembaga keuangan syari’ah di Indonesia sangat pesat.
Diawali dengan berdirinya Bank Muamalat Indonesia pada tahun 1992, diikuti oleh berdirinya Asuransi Syari’ah yaitu Takaful Indonesia. Namun keberadaan
asuransi syari’ah tidak banyak diketahui oleh masyarakat Indonesia. Mereka masih ada yang menjadi nasabah asuransi konvensional. Kalaupun ada yang
mengetahui keberadaan asuransi syari’ah, mereka masih menganggap asuransi syari’ah sama dengan asuransi konvensional. Kesan asuransi konvensioanal
dibenak sebagian masyarakat adalah lembaga keuangan yang gampang merayu nasabah tetapi ketika terjadi klaim, mereka harus terbelit dengan prosedur
administrasi yang berbelit-belit. Dalam dunia asuransi, nasabah tidak banyak yang datang langsung ke
kantor asuransi seperti nasabah bank yang selalu antri menunggu giliran untuk menjadi nasabah. Tetapi perlu kerja keras para marketer untuk menjemput
nasabah agar mau membeli produk asuransi khususnya asuransi syari’ah. Selain itu, asuransi syari’ah sebagai lembaga keuangan, perlu
mengkonsumsikan produk yang mereka tawarkan. Hal ini perlu dilakukan agar masyarakat mengetahui keberadaan asuransi syari’ah dan masyarakat mau
membeli manfaat yang ditawarkan oleh asuransi yang tentunya sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Oleh karena itu, dalam dunia auransi peranan marketing sangatlah penting dalam menunjang keberhasilan perusahaan.Tanpa adanya strategi pemasaran yang
baik produk yang telah didesain sedemikian rupa tidak akan di beli oleh konsumen. Disinilah tugas para Marketer untuk memasarkan produk mereka
sehingga dibeli oleh konsumen. Tingkat persaingan, akan menimbulkan pangsa pasar, dan hal ini
merupakan bagian dari konsep pemasaran. Oleh karena itu, setiap perusahaan
asuransi perlu menetapkan konsep pemasarannya. Karena, konsep pemasaran akan menentukan tujuan-tujuan dari perusahaan tersebut. Tetapi apakah konsep
pemasaran yang dipakai telah sesuai dengan norma-norma yang ada, terutama prinsip-prinsip pemasaran syari’ah yang harus ada dalam sebuah perusahaan yang
berbasis syari’ah Dalam strategi marketing dikenal dengan tiga medan pertempuran yang
harus dimenangkan, yaitu pada aspek strategi, dimana segmentasi pasar segmentation, target pasar yang tepat targeting dan penentuan posisi
positioning harus lebih baik, dalam rangka memenangkan perang pemikiran, bagaimana untuk menang dibenak nasabah.
Pada aspek taktik, dalam berdagang kita mesti memperhatikan tiga aspek penting, yaitu diferentiation keunikan dari produk kita, juga dengan marketing
mix yang sering dikenal dengan istilah 4 P Product, Price, Place dan
Promotion , dan selling, yaitu kekuatan penjualan untuk memenangkan
persaingan dipasar, how to win the market share bagaimana memenangkan pasar
Selama ini kesan dunia marketing dimata orang adalah negatif. Kita tentu pernah mendengar strategi para marketing dengan “strategi buka kancing”.
Strategi seperti ini banyak dilakukan oleh marketer wanita, yang pada sejarahnya wanita diciptakan oleh Allah SWT. dengan berbagai kelebihan, diantaranya
dengan dikaruniai fisik yang sangat indah. Seorang marketer yang menawarkan produknya pada nasabah, kemudian si konsumen tidak membeikan respon positif,
maka sang marketer segera mengeluarkan “jurus jitunya”.
Hal seperti itu tentu saja membuat para marketer yang masih memiliki nilai-nilai moral agama menjadi geram, karena baik nilai-nilai yang bersifat
universal,apalagi nilai-nilai agama, agama apapun tidak membenarkan cara-cara penjualan seperti itu. Apalagi kita sebagai umat Islam harus selalu memegang
teguh prinsip Al-Qur’an dan Sunnah Rasul, dalam menjalani kehidupan di dunia ini.
Perusahaan Asuransi khususnya Asuransi Syariah, adalah salah satu lembaga keuangan syariah yang harus memegang teguh prinsip syariah dalam
berbagai bidang. Mulai dari tujuan di dirikannya, produk yang dipasarkan samapai pada cara menjual produk tersebut.
Marketer syariah harus mampu “menjemput” kembali nilai- nilai moral
ini, agar bisa mewarnai dunia pemasaran yang bermoral, beretika, manusiawi dan menjunjung tinggi harkat dan martabat wanita. Tidak menjadikan wanita sebagai
obyek pemuas nafsu, atau aksesoris untuk melariskan dagangan dan bisnis. Dan tidak menjadikan dirinya sebagai marketer yang serakah, tetapi dia adalah
marketer yang siat-sifat kemanusiaannya terjaga. Perkembangan asuransi syari’ah di Indonesia tidak lepas dari peranan para
marketer dalam memasarkan produknya. Namun demikian, meskipun secara
teoritis telah ada konsep marketing syari’ah, tetapi dalam kenyataannya masih banyak orang yang beranggapan bahwa tidak ada perbedaan antara marketing
syari’ah dan marketing pada umumnya.
Perkembangan dunia usaha perasuransian, terutama asuransi syar’ah sangat pesat. Hal ini terbukti dengan banyaknya asuransi konvensional yang
membuka cabang syari’ah. Bringin Life sebagai perusahaan asuransi yang punya nama memiliki komitmen untuk memajukan syari’ah dan ahirnya membuka
cabang utama syari’ah. Akan tetapi, dalam pandangan sebagian orang antara asuransi
konvensional dan asuransi syari’ah tidak ada perbedaan. Mereka sama-sama sebuah perusahaan jasa yang bergerak dalam bidang pertanggungan.
Bringin Life Syariah adalah asuransi konvensional yang membuka cabang syari’ah, hal ini perlu dikaji apakah Bringin Life Syari’ah hanya namanya saja
yang syari’ah tetapi dalam kegiatan oprasionalnya terutama dalam kegiatan pemasarannya masih menerapkan pola kinerja konvensional.
Berdasarkan hal tersebut diatas, Bringin Life Syari’ah sebagai perusahaan yang baru berdiri, tentunya tidak hanya ingin namanya saja yang syar’ah tetapi
didalamnya juga harus mengimplementasikan nila-nilai syari’ah sesuai dengan namnya.
Oleh karena itu, di pandang penting untuk mengangkat permasalahan ini menjadi sebuah penelitian dengan judul : “KONSEP DAN APLIKASI
MARKETING ASURANSI SYARI’AH PADA PT. ASURANSI BRINGIN LIFE SYARI’AH”
B. Rumusan Masalah dan Pembatasan Masalah