Pengertian Kyai Kyai dan Santri

komunikator, dan umpan balik tersebut dapat positif ataupun negatif, tergantung pada bagaimana komunikator dalam usaha penyampaiannya. f. Efek Efek adalah hasil akhir dari proses komunikasi, yaitu sikap dan tingkah laku orang, sesuai atau tidak sesuai dengan yang kita inginkan. Jika sikap dan tingkah laku orang telah sesuai ataupun tidak sesuai dengan yang kita inginkan sebagai komunikator, berarti komunikasi yang telah dilakukan dapat dikatakan berhasil. Adapun dampak yang akan timbul dari terjadinya proses komunikasi tersebut dapat dikategorikan menjadi: 1. Dampak Kognitif, yaitu dampak yang ditimbulkan pada komunikan yang menyebabkan dia menjadi tahu atau terjadi peningkatan intelektualitas di dalam dirinya. 2. Dampak Afektif, yaitu dampak yang dapat menimbulkan perasaan tertentu dan bergerak hati dalam diri seorang komunikan, seperti perasaan sedih, iba, gembira, dan lain sebagainya. 3. Dampak Behaviour, yaitu dampak yang paling tinggi kadarnya yakni dapat menimbulkan perilaku pada diri komunikan dalam bentuk tindakan atau kegiatan. 26

B. Kyai dan Santri

1. Pengertian Kyai

Pengertian kyai dalam Kamus Besar bahasa Indonesia adalah sebutan bagi alim ulama cerdik dan pandai dalam agama Islam, sedangkan dalam sebuah pesantren, kyai adalah pembimbing, pengajar, atau pimpinan sebuah pesantren. 26 Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi, Jakarta: PT. Remaja Rosdakarya, 2004, cet.ke-6, h.7. Kyai menurut Manfred Ziemek adalah pendiri dan pimpinan sebuah pondok pesantren, yang sebagai muslimterpelajar telah meberikan hidupnya demi Allah serta menyebarluaskan ajaran-ajaran Islam melalui kegiatan pendidikan. Kyai berfungsi sebagai seorang ulama, artinya ia mengetahui pengetahuan dalam tata masyarakat Islam dan meafsirkan peraturan-peraturan dalam hukum Islam, dengan demikian ia mampu memberikan nasehat. 27 Istilah kyai adalah sebutan yang diperuntukkan bagi para ulama trdisional di pulau jawa, walaupun sekarang kyai banyak tersebar di pulau Jawa dan juga di luar pulau Jawa. Istilah ustadz yang dahulunya digunakan sebagai tanda pengenal ulama modern, saat ini pun telah masuk ke dalam lingkungan pondok pesantren. 28 Menurut asal muasalnya, sebagai mana di rinci oleh Zamarkasyari Dhofier, perkataan kyai dalam bahasa Jawa dipakai untuk tiga jenis gelar yang berbeda. Pertama, sebagai gelar kehormatan bagi barang-barang yang dianggap sakti dan keramat. Kedua, sebagai gelar kehormatan bagi orang-orang tua pada umumnya. Ketiga, sebagai gelar yang diberikan oleh masyarakat kepada seorang ahli agama Islam yang memiliki atau menjadi pemimpin pesantren. 29 Mengacu kepada pengertian ketiga yang dirinci oleh Zamarkasyi Dhofier tersebut, yaitu gelar yang diberikan oleh masyarakat kepada seorang ahli agama Islam yang memiliki atau menjadi pemimpin pesantren dengan mengajarkan berbagai jenis kitab kuning kepada para santrinya. Istilah tersebut biasanya digunakan diwilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur saja. Sementara di Jawa Barat menggunakan istilah ajengan, 27 Manfred Ziemek, Pesantren dalam Perubahan Sosial, Jakarta: P3M, 1986, h.131. 28 Pradjata Dirdjosanjoto, Memelihara Umat Kiai pesantren-kiai Langgar jawa, Yogyakarta: LKIS, 1999, cet. Ke-1, hal xiii. 29 HM. Amin Haedari, dkk, Masa Depan Pesantren; dalam tantangan modernitas dan tantangan komplesitas global, Jakarta; IRD Press, 2004, h.28. di Aceh menggunakan istilah teuku, sedangkan di Sumatera Barat menggunakan istilah buya. 30 H. Aboebakar Atjeh menyebutkan beberapa faktor yang menyebabkan seseorang menjadi kyai besar yaitu: 31 - Pengetahuannya - Kesalehannya - Keturunannya - Jumlah muridnya. Sedangkan Vrenden Bret memberikan skema yang hampir sama dengan H. Aboebakar Atjeh yakni: 32 - Keturunan seorang kyai mempunyai silsilah yang cukup panjang - Pengtahuan agamanya - Jumlah Muridnya - Pengabdian dirinya pada masyarakat. Dalam perkembangannya, gelar kyai dewasa ini tidak lagi digunakan bagi para pemimpin atau pengasuh pondok pesantren saja. Gelar kyai pun dianugerahkan sebagai bentuk penghormatan kepada seorang ulama yang mumpuni dalam bidang ilmu-ilmu keagamaannya, walaupun yang bersangkutan tidak memiliki pesantren. Gelar kyai ini 30 Ibid, HM. Amin Haedari, h.29. 31 Dirdjosanjoto, Memelihara Umat Kyai Pesantren-Kyai Langgar Jawa, h.13. 32 Ibid, Dirdjosanjoto, h.14. juga sering digunakan oleh para da’i atau muballigh yang biasa memberikan ceramah agama Islam. 33

2. Pengertian Santri