Profil Guru Pembimbing ANALISIS POLA KOMUNIKASI KYAI DAN SANTRI

BAB IV ANALISIS POLA KOMUNIKASI KYAI DAN SANTRI

A. Profil Guru Pembimbing

Proses pembinaan spiritual dan peningkatan skill kemampuan para santri dilaksanakan dalam program klasikal. Adapun sistem pembelajaran klasikal tersebut dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang dikeluarkan oleh Departemen Agama Republik Indonesia dengan maksud untuk memberikan pembekalan dan pemahaman ilmu agama kepada para santri didampingi oleh guru-guru yang –penulis rasa- berkompeten di bidang agama. Pembelajaran atau pembinaan spiritual dan peningkatan kemampuan skill dilakukan oleh hanya empat orang figur tokoh pesantren yakni Bapak H. Armat Syarifuddin, Bapak H. Ahmad Sholihan, bapak H. Ahmad Ghozali dan Bapak H. Ade Fauzy. Dengan masing-masing tokoh memiliki kualitas individual dalam memenuhi kebutuhan pembinaan yang mencukupi. Adapun untuk mengetahui lebih jauh mengenai profil dari ketiga orang tersebut akan dijelaskan berikut ini: 1. H. Achmad Sholihan Pria kelahiran Tangerang 36 tahun silam tepatnya pada tanggal 9 September 1972 ini memiliki motto hidup agar jadilah manfaat bagi keluarga, Agama, dan Bangsa. Beliau adalah salah satu tokoh penting dalam berdirinya Yayasan Pondok Pesantren Al-Asmaniyah ini. Dibantu oleh seorang istri dan beberapa kaum kerabat, beliau pimpin pergerakan yayasan pendidikan ini. Dengan kata lain, beliaulah yang memiliki posisi sebagai ketua yayasan di antara anggota keluarga lainnya. 54 Tidak pernah mengenyam pendidikan formal tidak membuat beliau berkecil hati. Tidak ada yang tidak mungkin bila Allah swt menghendaki. Pergerakan dakwahnya dimulai sejak ia melangkahkan kaki dan singgah di Pondok Pesantren Mursyidul Fallah, Bogor pada tahun 1985-1995. Beliau untuk mendalami ilmu agama selama 10 tahun di pondok pesantren tersebut. Beliau mengisahkan selalu mengkaji dan mendalami Islam melalui berbagai kitab-kitab kuning yang ia temukan. Setelah merasa jenuh, akhirnya beliaupun hijrah untuk menambah wawasan agamanya. Adalah Pondok Pesantren Raudhatul Tafsir menjadi tempat persinggahan berikutnya. Pondok pesantren yang masih terletak di wilayah Bogor inilah beliau menempa ilmu dan mengkaji ilmu tafsir. Dari tahun 1998-2000, beliau menggeluti dan mengkaji ilmu tafsir di pondok pesantren ini. 55 Tidak sampai di situ saja, masih merasa kurang dalam wawasan agamanya, maka pada tahun 2001 pun beliau hijrah kembali ke sebuah pondok pesantren bernama Darrul Ibtida di wilayah Tangerang. Hingga tahun 2002 beliau menetap di sana dan mempelajari serta mndalami ilmu fiqih. 56 Setelah merasa cukup, maka beliau pun kembali untuk tinggal bersama orang tuanya di Kampung Dukuhpinang, Tangerang. Dan pada tahun 2003 atas dasar pemikiran beliau dan kesepakatan hasil musyawarah keluarga, akhirnya berdirilah 54 H. Ahmad Sholihan, daftar riwayat hidup 55 H. Ahmad Sholihan, daftar riwayat hidup 56 H. Ahmad Sholihan, daftar riwayat hidup sebuah Yayasan Pondok Pesantren bernama Al-Asmaniyah dengan beliau sendiri sebagai ketua yayasan. 57 Selain menjabat sebagai ketua yayasan, H. Achmad Sholihan tidak serta merta meninggalkan kewajibannya sebagai muballigh. Berbagai ilmu agama yang beliau miliki dari beberapa pesantren yang pernah ia singgahi pun ia ajarkan kepada para santri. Dengan kata lain bahwa, H. Acmad Sholihan pun ikut serta dalam kegiatan proses pendidikan di Yayasan Pondok Pesantren Al-Asmaniyah ini. Program yang khusus ia lakoni adalah program kajian kitab kuning dan mulok. Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa terdapat beberapa kitab yang dibahas dalam pondok pesantren ini, yakni kitab Jurumiyah, kitab Safinah, kitab Fathul Qorib, kitab Ta’lim Muta’allim, dan kitab Nashaihul Ibad. Bila dilihat dari perjalanan hidupnya, dapat disimpulkan bahwa beliau benar- benar buta akan ilmu-ilmu formal umum namun sangat kaya akan ilmu-ilmu agama. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan beberapa kitab yang telah beliau pelajari dan kuasai. Inilah yang dijadikan modal utama oleh beliau untuk menyebarkan dan menyiarkan ilmu agama yang dimillikinya. 2. H. Armat Syarifuddin Pemilik nama lengkap Armat Syarifuddin ini dalam kesehariannya sering menggunakan nama panggilan Abi Hani, hal ini dikarenakan bahwa Pria kelahiran Kampung Babakan, Desa Bencongan, Kecamatan Curug, Kabupaten Tangerang ini memiliki seorang anak perempuan bernama Hani. Bermula saat mengenyam 57 H. Ahmad Sholihan, Ketua Yayasan, Wawancara pribadi , Aula Yayasan Pondok Pesantren Al- Asmaniyah, Minggu, 10 Februari 2008. pendidikan Sekolah Dasar SD pada tahun 1981-1986 ia pun sudah berangan-angan ingin menjadi seseorang yang bergerak di bidang dakwah hingga selepas tamat dari sekolah dasar, ia pun melanjutkan pendidikan di sekolah yang memiliki keislaman yang cukup kental, As-syafi’iyah adalah lembaga pendidikan yang beliau singgahi dari tahun 1986-1993 ia telah banyak menyerap berbagai ilmu agama yang kiranya dapat digunakan olehnya sebagai modal berdakwah kelak. Tidak cukup puas dengan ilmu yang didapatkannya di As-Syafi’iyah, pada tahun 1993 beliau pun lalu merapat di Daarut Tafsir Ciampea guna mendalami ilmu keagamaannya. 58 Selama 1 tahun ia menempa ilmu agama di Daarut Tafsir, kemudian ia pun melanjutkan pendidikannya dan hijrah untuk kuliah di lembaga pendidikan La- Royba Parung Panjang untuk mengenyam pendidikan tingkat D2, namun baru beberapa tahun berjalan ia pun harus menyudahinya karena suatu hal dan akhirnya jenjang pendidikan D2 tersebut terputus di tengah jalan. Sempat vacum dalam menyerap pendidikan namun tidak menghentikan kegiatanya di bidang dakwah. Kini beliau memiliki posisi sebagai Ketua Yayasan Lembaga Pendidikan Miftahul Khaer diwilayah Sukabakti Kecamatan Curug, Tangerang sekaligus beliau meneruskan pendidikannya kembali di STKIP Kusuma Negara guna mendapatkan ijazah bergelar sarjana S1 dan bergabung untuk mengajar di Yayasan Pondok Pesantren Al-Asmaniyah, Dukuhpinang, Tangerang. 59 Selama bergerak di bidang dakwah, beliau sudah mulai meniti karir tersebut semenjak di pesantren dan belajar di madrasah tsanawiyah di lembaga pendidikan As-Syafi’iyah. Sering diajak oleh gurunya kala berdakwah dan mengisi kegiatan 58 H. Armat, daftar riwayat hidup 59 H. Armat, daftar riwayat hidup peringatan hari-hari besar Islam di luar lingkungan pesantren menjadikannya terbiasa dalam dunia dakwah.hingga kini beliau berposisi sebagai Ketua Yayasan Lembaga Pendidikan Miftahul Khaer di wilayah Sukabakti Kecamatan Curug, Tangerang, dan kegiatan dakwahnya pun tak akan pernah berhenti. 60 Saat ini beliau pun masih tetap berdakwah walau hanya di wilayah Kecamatan Curug khususnya dalam beberapa pengajian bapak-bapak maupun ibu-ibu. Beliau pun pernah berdakwah hingga wilayah Malingping Rangkas Bitung, Banten, Sukabumi, bahkan sampai ke wilayah Tasikmalaya. Bila melihat sejarah perjalanan beliau, sangatlah cocok dengan posisinya sebagai salah satu pengajar dan pembina program pembinaan kader muballigh di Yayasan Pondok Pesantren Al-Asmaniyah ini. Wawasan dan pengalaman beliau sangatlah penting serta dapat mendukung keseharian dan tugas-tugasnya. Kemapanan ilmu menjadikan dirinya berkompeten sebagai pembina program muhadatsah dan muhadarah. 3. H. Ahmad Ghozali Beliau lahir kurang lebih sekitar 45 tahun yang lalu di wilayah Bencongan, Tangerang, Banten. Pria berdarah Sunda ini adalah salah satu tokoh pondok pesantren al-Asmaniyah. Sebelum ikut mengajar di al-Asmaniyah, beliau pun sempat mendalami berbagai ilmu agama beberapa tahun di pesantren Rumpak Sinang, pakulonan Barat, Tangerang. Lalu setelah merasa cukup, beliaupun melanjutkan pendidikannya di pondok pesantren Nurul Huda, Bogor selama 1 tahun 60 H. Armat, daftar riwayat hidup untuk menguatkan pemahaman agamanya. Setelah selesai, beliaupun ikut bergabung dan mengajar di pesantren al-Asmaniyah dalam program ubudiyah. 4. Ustadz Haji Ade Fauzy Pemilik nama kecil Dede Mamad ini termasuk ke dalam salah satu pembina yayasan Al-Asmaniyah yang memiliki segudang pengalaman di bidang dakwah Islam. Pria kelahiran Tasikmalaya 36 tahun yang lalu tepatnya tanggal 07 September 1972 ini dirasa memiliki cukup kemapanan di bidang keilmuan, baik agama maupun formal. Sejarah pendidikannya dimulai ketika beliau mendaftarkan dirinya sebagai siswa di sebuah Sekolah Dasar Negeri SDN Kertawana di wilayah Tasikmalaya dan lulus pada tahun 1985. 61 Kemudian pada tahun 1986, beliau mencoba mendaftarkan dirinya di Madrasah Tsanawiyah Negeri MTSN Tasikmalaya hingga lulus pada tahun 1988. tidak hanya itu, pada tahun 1986 pun beliau terdaftar sebagai santri di Pondok Pesantren Al-Koeriyah, Cikatomas, Tasikmalaya. 62 Setelah selesai, beliau menghentikan sejenak berguru di sekolah umum dan hijrah menuju Pondok Pesantren Baitul Hikmah, Haurkuring, Tasikmalaya hingga tahun 1995. Di tahun berikutnya H. Ade Fauzy memiliki keinginan untuk mendalami seni dalam membaca al-Qur’an, sehingga iapun mendaftarkan diri sebagai santri di Pondok Pesantren Al-Mubarok, Tasikmalaya hingga tahun 1997. 63 Setelah merasa puas dengan kemampuan yang beliau miliki, di tahun yang sama beliaupun mencoba untuk menambah pengetahuan ilmu agamanya dengan 61 H. Ade Fauzy, daftar riwayat hidup 62 H. Ade Fauzy, daftar riwayat hidup 63 H. Ade Fauzy, daftar riwayat hidup merambah ke Pondok Pesantren Darussalam, Tasikmalaya untuk belajar dan mendalami ilmu tafsir hingga tahun 1998. Lalu di tahun yang sama beliau melanjutkan pendalaman ilmu agamanya di Pondok Pesantren Attawakal Salafi hingga tahun 1999. dan akhirnya di tahun itu pula beliaupun berhijrah dari Tasikmalaya menuju Tangerang untuk mencari peruntungannya. Hingga akhirnya pada tahun 2000, beliau dapat melanjutkan sekolah umumnya dengan mendaftarkan diri sebagai peserta program pemerintah paket C setara Sekolah Menengah Atas SMA hingga lulus dan menetap di Kabupaten Tangerang, dan akhirnya di awal tahun 2007 beliaupun telah mendapatkan gelar sarjana S1. Selama menetap di Tangerang, berbagai kegiatan dakwah dan sebagai qori pun ia lakoni, dimulai dari pengajian majelis ta’lim, hingga peringatan hari besar Islam pernah dijalaninya. Sederet pengalaman berorganisasi pun beliau raih. Dimulai sebagai kepala seksi rohani dan da’wah pada tahun 2001, kepala seksi pendidikan sebuah forum silaturahmi bernama FSPP di tahun 2002-2004, sebagai pengurus di majelis ta’lim Al-Munir sejak tahun 2004 hingga 2006, dan juga dari tahun 2003 hingga kini beliau masih terikat sebagai pengurus, pembina, sekaligus pengajar di Yayasan Al-Asmaniyah. 64 Berdasarkan wawasan dan pengalaman tersebut beliau memiliki kompetensi yang sangat cukup untuk bergerak sebagai seorang muballigh professional maupun sebagai pelantun seni baca al-Qur’an. Pengetahuan secara umum maupun agama 64 H. Ade Fauzy, daftar riwayat hidup beliau miliki. Sehingga beliaupun mendapat peran sebagai pengajar program baca tulis al-Qur’an BTQ dan program seni baca al-Qur’an. 65

B. Pola Komunikasi Kyai dan Santri