Konsep Mata Pelajaran Fikih Di MTs

pendidikan agama Islam mempunyai efektivitas yang signifikan terhadap keberhasilan belajar siswa dengan perolehan nilai rata-rata 77,90. 2. Titin Dwi Jayanti sebagai skripsi di Fakultas Tarbiyah UIN Maulana Malik Ibrahim Malang Tahun 2010 berjudul “Penggunaan Media Audio Visual dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Fikih di MTs Sunan Giri Probolinggo” pada penelitian ini Titin lebih menekankan pada proses pembelajaran dari pada hasil belajar. 3. Fithonah, dalam penelitiannya yang berjudul “Penerapan Media Audio Visual pada Materi Hak dan Kewajiban dalam Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik Kelas I MI. Fatahillah Pancoran Jakarta Selatan” yang memperoleh hasil bahwa aktifitas peserta didik mengalami perubahan yang signifikan yaitu berkisar 50 pada siklus I dan meningkat menjadi 60 pada siklus II. Ketiga penilitian di atas tentunya merupakan hal yang penting sebagai data awal sekaligus menjadi bahan pendukung bagi peneliti dalam memberikan gambaran terhadap proses pembelajaran.

C. Kerangka Berpikir

Sebagaimana yang telah dikemukakan Dick dan Reiser bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimilki siswa sebagai hasil kegiatan pembelajaran, yang terdiri atas empat macam, yaitu: pengetahuan, kemampuan intelektual, ketrampilan motorik dan sikap. Untuk memperoleh hasil belajar yang optimal, dibutuhkan tiga tahap kegiatan yaitu; 1 persiapan belajar, 2 pelaksanaan belajar, dan 3 pengendalian belajar. Pada tahap persiapan yang harus dilakukan oleh siswa adalah menyiapkan situasi dan kondisi belajar yang menyenangkan yaitu meliputi; menyiapkan ruang belajar yang bersih, pencahayaan dan ventilasi yang baik, memelihara kesehatan, mengatur waktu belajar, menyiapkan bahan ajar dan alat tulis yang dibutuhkan. Pada tahap pelaksanaan belajar, yang harus dilakukan adalah membaca, menghafal, membuat catatan, menjawab pertanyaan, mengerjakan latihan, diskusi atau bertanya jawab. Sedangkan pada tahap pengendalian belajar, yang dilakukan adalah mengevaluasi efektivitas hasil belajar dan menguji apakah hasil belajar dapat dimanfaatkan dalam kehidupan sehari- hari. Agar siswa dapat menyiapkan ketiga tahap kegiatan belajar tersebut diperlukan suatu media pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat melakukan persiapan belajar, melaksanakan, dan mengendalikan kegiatan belajarnya dengan baik. Salah satu media pembelajaran yang dapat dipilih untuk keperluan tersebut adalah media pembelajaran audio visual yaitu jenis media yang selain mengandung unsur suara juga mengandung unsur gambar yang dapat dilihat sehingga dengan keduanya hal-hal yang bersifat abstrak diterima siswa dapat lebih menjadi konkret yang pada akhirnya siswa dapat memperoleh informasi yang lebih baik. Belajar dengan menggunakan indera ganda -pandang dan dengar- akan memberikan keuntungan bagi siswa dalam mencapai hasil belajar yang lebih baik untuk tugas-tugas seperti mengingat, mengenali, mengingat kembali, dan menghubung-hubungkan kata dengan konsep. Perbandingan perolehan hasil belajar dapat dilihat dari peryataan Vernon A. Magnesen sebagaimana yang dikutip Pupuh Fathurrohman dan M. Sobry ” Kita belajar berdasarkan 10 dari apa yang kita baca, 20 dari apa yang kita dengar, 30 dari apa yang kita lihat, dan 50 dari apa yang kita lihat dan dengar”. Oleh karena itu penggunaan media pembelajaran audio visual dalam proses pembelajaran akan sangat membantu meningkatkan hasil belajar siswa. Maka secara hipotesis dapat dinyatakan bahwa media pembelajaran media audio visual memiliki hubungan yang positif dengan hasil belajar siswa.

D. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan pada permasalahan dalam penelitian tindakan yang berjudul Penggunaan Media Audio Visual dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VII pada Mata Pelajaran Fikih di MTs. Fatahillah Buncit Jakarta Selatan yang dilakukanoleh penulis, dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai beri kut: “Jika proses pembelajaran yang selama ini dilakukan oleh guru mata pelajaran fikih divariasikan dengan media pembelajaran audio visual, maka dimungkinkan akan adanya peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran fikih ini”. 32

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di kelas VII Madrasah Tsanawiyah Fatahillah yang terletak di Jalan Buncit Raya No. 67 Kalibata Pulo Rt. 00105 Kelurahan Kalibata Kecamatan Pancoran Jakarta Selatan 2. Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan pada semester II mulai dari bulan Februari sampai bulan April tahun pelajaran 2013-2014 B. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas PTK atau yang lebih dikenal dengan nama Classroom Action Research, dimana menurut Kusnandar seperti yang dikutip oleh Ekawarna, PTK yaitu suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru atau bersama-sama dengan orang lain kolaborasi yang bertujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu proses pembelajaran di kelasnya. 1 PTK merupakan tindakan pemecahan masalah yang terdiri atas siklus- siklus yang masing-masing meliputi perencanaan planning, tindakan acting, pengamatan observing, dan refleksi reflecting. Keempat langkah tersebut akan berulang dalam setiap siklus, siklus satu akan menjadi landasan 1 Ekawarna, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: GP Press Group. 2013, hlm.5. bagi siklus dua; siklus dua akan menjadi dasar bagi siklus tiga; demikian seterusnya sampai PTK berakhir. Desain penelitian yang digunakan merujuk pada model yang dikembangkan oleh Kemmis dan MC Taggart yang dikutip oleh Ekawarna, digambarkan dalam bentuk bagan di bawah ini: Model Action Research Kemmis Taggart 2 2 Ekawarna, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: GP Press Group. 2013, hlm.20. Siklus I Refleksi Revisi Perencanaan Siklus II Refleksi Penga- matan Revisi Perencanaan Perencanaan Pelak- sanaan Penga- matan Pelak- sanaan Menurut Kemmis dan Mc Taggart dalam Rafi’uddin, 1997 penelitian tindakan dapat dipandang sebagai suatu siklus spiral dari penyusunan perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, dan refleksi yang selanjutnya mungkin diikuti dengan siklus spiral berikutnya. Pada umumnya peneliti memulai penelitian dari fase refleksi awal untuk melakukan studi pendahuluan sebagai dasar dalam merumuskan masalah penelitian. Selanjutnya diikuti perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi yang dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Refleksi Awal Adalah kegiatan penjajagan yang dimanfaatkan untuk mengumpulkan informasi tentang situasi-situasi yang relevan dengan tema penelitian, seperti melakukan pengamatan pendahuluan untuk mengenali dan mengetahui situasi yang sebenarnya sehingga dapat dilakukan pemfokusan masalah yang selanjutnya dirumuskan menjadi masalah penelitian untuk dapat menetapkan tujuan penelitian. 2. Penyusunan Perencanaan Penyusunan perencanaan didasarkan pada hasil penjajagan refleksi awal yang secara rinci mencakup tindakan yang akan dilakukan untuk memperbaiki, meningkatkan atau merubah perilaku dan sikap yang diinginkan sebagai solusi dari permasalahan-permasalahan. Perencanaan ini bersifat fleksibel dalam arti dapat berubah sesuai dengan kondisi nyata yang ada.