UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2.1.3 Nama Daerah
Tanaman kumis kucing dapat ditemukan pada daerah yang teduh tidak terlalu kering; 1-700m di Jawa dan pulau-pulau lain nya di nusantara, tumbuh
menjulang sepanjang anak air dan selokan, karena daunnya berkhasiat untuk pengobatan, sering dibiarkan tumbuh di halaman Dalimartha.,2000. Kumis
kucing yang merupakan tanaman obat yang telah banyak dikenal juga tumbuh di negara Asia Tenggara lainnya seperti Malaysia, Thailand, Vietnam dan negara
tetangga lainnya Almataret al.,2014. Kumis kucing juga tumbuh di Eropa yang dikenal sebagai “Java Tea” Elsnoussi et al.,2011
2.1.4 Uraian Tanaman
Tanaman kumis kucing biasanya tumbuh di sepanjang anak sungai atau selokan atau biasanya ditanam di pekarangan rumah untuk digunakan sebagai
tanaman obat keluarga, karena kumis kucing memiliki banyak khasiat dan mudah ditanam yaitu dengan cara menebar biji atau setek batang. Tanaman ini dapat
ditemukan di dataran rendah pada ketinggian ± 700 m di atas permukaan laut.Tanaman kumis kucing tumbuh tegak dengan tinggi antara 50-150 cm.
Batang berkayu, segi empat agak beralur, beruas, bercabang, berambut pendek atau gundul, berakar kuat. Daun tunggal, bulat telur, elips atau memanjang,
berambut halus, tepi bergerigi, ujung dan pangkal runcing, tipis, panjang 2-10 cm, lebar 1-5 cm, warna hijau. Bunga majemuk dalam tandan yang keluar di ujung
percabangan, berwarna ungupucat atau putih, benang sari lebih panjang dari tabung bunga.Buah berupa nuah kotak, bulat telur, masih muda berwarna hijau,
setelah tua berwarna coklat.Biji kecil, masih muda berwarna hijau, setelah tua berwarna hitam Dalimartha,2000.
2.1.5 Kandungan Kimia Tumbuhan
Studi fitokimia dari kumis kucing yang tumbuh di Asia telah dilakukan secara ekstensif sejak tahun 1930-an. Ratusan senyawa kimia dilaporkan dan
diklasifikasikan sebagai monoterpen, diterpenes, triterpen, saponin, flavonoid, asam organik, dan lain-lain Adnyana et al.,2013. Berbagai flavonoid yang
terdeteksi di berbagai jaringan seperti asam rosmarinat,quersetin, eupatorin dan sinensetin Gabriel et al.,2012. Senyawa fenolik memiliki banyak aktivitas
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
biologis seperti antikarsinogenik, antiinflamasi, dan anti-aterosklerosis Gao et al., 2008.
2.1.6 Kegunaan Tumbuhan
Studi farmakologi dari Orthosiphone stamineus yang ditentukan dari keseluruhan ekstrak, tingtur, fraksi yang dipilih dan senyawa murni. Studi tersebut
menunjukkan aktivitas
antioksidan, antitumor,
diuretik, antidiabetes,
antihipertensi, antiinflamasi, antibakteri, dan aktivitas hepatoprotektif Adnyana et al.,2013. Selain itu, senyawa fenolik yang terkandung didalam Orthosiphone
stamineus memiliki banyak aktivitas biologis seperti antikarsinogenik, antiinflamasi, dan anti-aterosklerosis Gao et al.,2008.
Penelitian yang dilakukan oleh Yam et al2013 menyatakan bahwa ekstrak metanol 50 daun kumis kucing tidak menimbulkan kematian dan tidak
memperlihatkan efek samping terhadap kondisi umum, seperti pertumbuhan, berat badan dan berat organ, hematologi dan nilai biokimia lain pada dosis 1250, 2500
dan 5000 mgkg pada tikus jantan dan betina galur Sprague-Dawley. Dosis oral yang dapat menyebabkan kematian pada tikus jantan dan betina yaitu pada dosis
lebih dari 5000 mgkg. Committee on Herbal Medicinal ProductsHMPC 2010 menyebutkan
tentang manfaat daun kumis kucing yang telah melalui uji klinik yaitu sebagai diuretik, peningkat sekresi empedu dari hati dan pengobatan batu ginjal. Ekstrak
air daun kumis kucing yang diberikan 5x100 ml sekali sehari selama 10-15 hari, dapat meningkatkan volume urin serta meningkatkan eliminasi urea dan klorida
pada 14 pasien dengan kondisi azotaemic ureamia. Ekstrak daun kumis kucing juga dapat meningkatkan produksi empedu dan eliminasi asam empedu dari
kandung empedu pada sukarelawan sehat. Kumis kucing telah banyak digunakan dalam pengobatan tradisional
sebagai antihipertensi, hipolipidemik, hipoglikemik rematik, antiinflamasi, antibakteri, dan antijamur, tetapi belum ada studi farmakologi atau studi klinis
yang mendukung tentang manfaat kumis kucing tersebut Committee on Herbal Medicinal Products, 2010.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2.2. Simplisia