Pembahasan HASIL DAN PEMBAHASAN

33 0,05 alpha = 0,05 yaitu 0,406. Berdasarkan pada hasil statistik tersebut menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan hasil perlakuan terhadap madu antara percobaan pertama dan percobaan kedua secara statisik.

4.2. Pembahasan

Berdasarkan dari hasil analisis data menunjukkan bahwa percobaan pada susu pasteurisasi pertama dan kedua, ditemukan bakteri Klebsiella pneumoniae yang ditunjang dari hasil pewarnaan Gram dan uji biokimia bakteri yang khusus untuk mengidentifikasi jenis bakteri. Uji biokimia digunakan untuk mengidentifikasi bakteri golongan Enterobacteriaceae, uji ini terdiri dari beberapa tes, diantaranya adalah: tes fermentasi karbohidrat, pada tes ini Klebsiella memberikan hasil yang positif karena bakteri ini mampu meragi glukosa dan laktosa dengan terbentuknya asam atau gas. Pada tes sitrat Klebsiella akan memberika hasil positif, karena bakteri ini menggunakan sitrat sebagai satu-satunya sumber karbon untuk metabolisme dengan menghasilkan suasana basa Karsinah dkk., 1994. Uji biokimia seperti tes gerak juga digunakan untuk menentukan jenis bakteri ini, pada umumnya Klebsiella tidak mempunyai kemampuan untuk bergerak karena Klebsiella tidak mempunyai flagel, sehingga pada tes motilitas ini akan didapatkan hasil negatif. Pada tes VP Voges Proskauer Klebssiella akan menunjukkan hasil positif, karena bakteri ini mampu menghasilkan produk akhir yang netral asetil metilkarbinol dari fermentasi glukosa Karsinah dkk., 1994. Selain itu, uji biokimia juga menggunakan tes urease, keaktifan enzim ini adalah sifat khas dari semua proteus dari Enterobacteriaceae lainnya, pada Klebsiella akan menunjukkan hasil yang positif, sehingga dapat dibeddakan dari Eschercia yang menunjukkan hasil negatif Karsinah dkk., 1994. Selain itu tes TSIA Triple Sugar Iron Agar juga dilakukan pada uji biokimia, tes ini spesifik untuk beberapa genus seperti Klebsiella. Klebsiella merupakan salah satu organisme yang mempunyai kemampuan untuk menyerang suatu karbohidrat yang tergabung dalam pemnbenihan basal, dengan atau tanpa pembentukan gas, disertai terbentuknya H 2 S sehingga akan menunjukkan hasil tes yang positif. Uji biokimia lainnya adalah tes dekarboksilase. Pada Klebsiella 34 pneumonia akan menunjukkan hasil yang negatif, karena ensim yang gterdapat pada bekteri ini tidak mampu untuk mendekarboksilasi suatu asam amino dengan membentuk amin yang bersifat alakali. Sedangkan pada tes pencarian gelatin Klebsiella akan menunjukkan hasil yang negatif, tes ini berfungsi untuk melihat kemampuan organisme membentuk ensim proteolitik gelatinase yang dapat mencairkan gelatin, namun ensim proteolitik ini tidak dipunyai Klebsiella pneumonia sehingga menunjukkan hasil negatif Karsinah dkk., 1994. Dari beberapa tes biokimiaei yang dilakukan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa bakteri yang ditemukan pada kedua jenis susu pasteurisasi merupakan golongan dari Klebsiella pneumonia. Klebsiella pneumonia pertama kali ditemukan oleh Carl Friedlander. Carl Friedlander adalah patologis dan mikrobiologis dari Jerman yang membantu penemuan bakteri penyebab pneumonia yaitu proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru alveoli pada tahun 1882. Klebsiella pneumonia adalah bakteri Gram negatif yang berbentuk batang basil. bakteri ini tidak dapat melakukan pergerakan non motil. Berdasarkan kebutuhannya akan oksigen, Klebsiella merupakan bakteri fakultatif anaerob. Klebsiella pneumonia dapat memfermentasikan laktosa, tes indol negatif dan dapat mereduksi nitrat. Klebsiella pneumonia banyak ditemukan di mulut, kulit, dan saluran usus, namun habitat alami dari Klebsiella pneumonia adalah di tanah Jawetz, 2008. Karena habitat alami dari Klebsiella banyak ditemukan ditanah, maka sangat mungkin bakteri ini mengkontaminasi susu segar yang baru di perah, sehingga menyebabkan susu segar sangat cepat mengalami kerusakan dan menjadi basi, untuk mencegah hal tersebut maka harus diberikan perlakuan lebih lanjut pada susu segar seperti perlakuan pemanasan ringan atau Pasteurisasi untuk mematikan kuman yang bersifat patogen pada susu. Ditemukannya bakteri Klebsiella pneumonia di dalam susu Pasteurisasi diduga akibat pengaruh dari proses pasteurisasi yang hanya berlangsung 30 menit, sedangkan Klebsiella pneumonia diketahui termasuk jenis bakteri yang mempunyai kapsul besar mengandung polisakarida, disebut antigen K yang menyelubungi atau menutup antigen somatic O atau H serta mempunyai flagel 35 sehingga menyebabkan bakteri ini mampu bertahan lebih lama dalam pemanasan, untuk mematikan jenis bakteri Klebsiella dianjurkan melakukan pemanasan selama 1 jam. Selain itu Klebsiella juga mampu hidup di lingkungan dingin dan hidup berbulan bulan di dalam es, menyebabkan bakteri ini tetap ada dalam susu pasteurisasi Karsinah dkk., 1994 Setelah dilakukan pengujian dengan cakram berisi larutan madu dengan dua kali pengulangan pada media MHA, menunjukkan bahwa terdapat aktivitas antibakteri dengan terbentuknya zona hambatan pertumbuhan bakteri di sekitar cakram terhadap Klebsiella pneumonia, ini menunjukkan bahwa madu mampu menghambat pertumbuhan bakteri yang terdapat pada susu pasteurisasi mulai dari konsentrasi teredah 25 hingga terbesar 100. Hal ini didukung dengan adanya penelitian yang dilakukan Ambarwaty pada tahun 2004, menunjukkan hasil bahwa madu memberikan efek antibakteri terhadap susu pasteurisasi pada konsentrasi 30 ditunjukkan dengan berkurangnya total bakteri pada susu pasteurisasi. Pada penelitian ini didapatkan juga hasil yang sama bahwa madu mempunyai efek antibakteri pada madu dengan konsentrasi 25. Dari hasil uji statistik, didapatkan hasil signifikansi 0,406 nilai ini lebih besar dari 0,05 yang menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan dari hasil percobaan perlakuan pemberian madu hutan Sumbawa terhadap kedua bakteri yang terdapat pada susu pasteurisasi pertama dan kedua. Hal ini diasumsikan karena kurangnya jumlah sampel yang diteliti sehingga tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan dari masing-masing kelompok perlakuan yang diuji dengan Kruskal Wallis. Pada penelitian yang berbeda, yang dilakukan oleh oleh Suci Lucyana pada tahun 2010, dan Nina Zabrina pada tahun 2009 memperlihatkan perbedaan yang signifikan dengan pemberian madu pada bakteri golongan gram negatif maupun Gram positif. Hal ini di buktikan dengan uji statistik Kruskal Wallis yang memiliki bilai signifikan lebih kecil dari alpha α = 0,05. Pada penilitan yang dilakukan oleh Ratna Sulistiani pada tahun 2009 menunjukkan bahwa madu Sumbawa dapat menghambat pertumbuhan bakteri P.aeruginosa yang merupakan bajteri Gram negatif dengan terbentuknya zona bening disekitar cakram. 36 Pada beberapa penelitian yang telah dilakukan, terlihat bahwa madu mempunyai efek antibakteri sehingga pada saat ini dimasyarakat banyak diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, baik sebagai obat maupun sebagai pengawet tambahan pada beberapa jenis makanan. Aktivitas antibakteri ini dikarenakan madu memiliki kandungan berbagai macam gula dengan kadar yang tinggi dan memiliki enzim katalase yang merupakan penghambat pertumbuhan bakteri, selain itu dari artikel Molan PC 2001 dengan judul “Honey Is A Tropical Antibacterial Agen For Treatment Of Infected Wounds” bahwa madu mempunyai efek osmolaritas yang tinggi, efek ini ditimbulkan oleh kadar gula yang tinggi yaitu 75 sehingga mampu menarik air dari lingkungan sekitar keadaan yang kurang lembab dapat menghambat pertumbuhan bakteri, karena bakteri lebih cepat tumbuh pada keadaan yang lembab dan mengandung air. Madu juga mempunyai pH rendah yaitu berkisar antara 3,6-4,5. Hal ini dapat menghambat pertumbuhan bakteri karena pada umumnya bakteri tidak mampu tumbuh pada tempat yang mempunyai tingkat keasaman yang tinggi. Sangat berbeda dengan susu segar yang mempunyai pH yang lebih tinggi berkisar antara 6,8-7, sehingga menyebabkan bakteri sangat mudah tumbuh dan berkembang baik pada keadaan basa tersebut. Dengan pemberian penambahan madu yang besifat asam pada konsentrasi tertentu kedalam susu pasteurisasi, maka diasumsikan dapat menghambat pertumbuhan bahkan mematikan bakteri- bakteri yang dapat mempercepat proses pembusukan pada susu tersebut dan bersifat patogen yang dapat membahayakan kesehatan manusia jika dikonsumsi. Penelitian Molan PC juga membuktikan bahwa madu mempunyai aktivitas air yang rendah yaitu berkisar antara 0,56-0,62 yang menyebabkan bakteri tidak dapat tumbuh jika diberikan larutan madu akibat adanya aktivitas air yang rendah pada larutan madu. Untuk menghambat pertumbuhan bakteri Klebsiella pneumonia yang lebih efektif dan memberikan hasil maksimal maka diberikan madu dengan konsentrasi 100. 37

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan terhadap penelitian pengaruh madu terhadap bakteri pada susu pasteurisasi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa : 1. Hasil isolasi, pewarnaan Gram dan uji biokimia bakteri, ditemukan jenis bakteri patogen pada kedua jenis susu pasteurisasi yaitu Klebsiella pneumonia. 2. Efek madu terhadap Klebsiella pneumonia dengan terbentuknya zona hambatan pertumbuhan disekitar cakram, mulai terlihat dari konsentrasi terendah 25, 50, 75, dan terbesar pada konsentrasi 100. 3. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa, tidak terdapat hubungan yang signifikan dari pemberian tiap-tiap konsentrasi madu, karena kurangnya jumlah sampel yang diteliti.

5.2. Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang pengaruh madu terhadap bakteri pada susu pasteurisasi dengan jumlah sampel yang lebih banyak.