28
Tabel 4.4. Hasil uji biokimia bakteri pada kedua jenis susu pasteurisasi
Uji Biokimia Susu pasteurisasi Jenis Percobaan
Hasil Susu pasteurisasi 1
Susu pasteurisasi 2 Tes lisin dekarboksilase
+ +
Ornitin +
+ H
2
S -
- Glukosa
+ +
ONPG +
+ Manitol
+ +
Xylos +
+ Indol
- -
Urease +
+ VP
+ +
Citrate +
+ TDA
- -
Oksidase -
- Motilitas
+ +
Pigmen kuning -
- Perkiraan jenis bakteri
Klebsiela pneumonia
Klebsiela pneumonia
4.1.5. Uji sensitivitas madu hutan Sumbawa terhadap bakteri
Setelah dilakukan beberapa tahapan untuk mendapatkan bakteri dari susu pasteurisasi kemudian dilakukan uji sensitivitas madu terhadap bakteri dari susu
pasteurisasi untuk melihat apakah terdapat zona hambatan. Setiap satu media MHA yang telah diolesi dengan bakteri yang sudah diencerkan dengan NaCl
0,95, diisi dengan 3 jenis cakram, yaitu Kontrol aquades, dan dua cakram yang telah di masukkan kedalam larutan madu dengan konsentrasi berbeda. Media
MHA di inkubasi selama 24 jam pada suhu 37 C sehingga terbentuk zona
29
hambatan dengan berbagai ukuran, dapat dilihat pada gambar dan tabel dibawah ini :
Gamabar 4.3. Zona hambatan madu pada sampel susu pasteurisasi jenis pertama Dari hasil zona hambatan yang telah terbentuk, maka akan diukur besar
diameter zona tersebut menggunakan penggaris atau jangka sorong, dan diukur dalam satuan milimeter, hasil yang didapat adalah sebagai berikut:
Tabel 4.5. Hasil pegukuran diameter zona hambatan yang ditimbulkan oleh madu hutan Sumbawa terhadap bakteri pada susu pasteurisasi jenis pertama
Zona hambatan madu dalam millimeter Percobaan
Kontrol 25
50 75
100 1
8 9
10 11
2 8
9 10
11 Total
16 18
20 22
Mean 8
9 10
11
Zona hambatan yang terbentuk menunjukkan adanya aktivitas antimikroba madu terhadap bakteri yang sering menyebabkan kerusakan pada susu
30
pasteurisasi. Tabel 4.5 menunjukkan hasil bahwa pada kelompok kontrol aquades tidak membentuk zona hambatan, yang berarti pada kelompok tersebut
tidak memiliki efek antimikroba terhadap bakteri perusak susu pasteurisasi. Pada bakteri dari susu pasteurisasi yang pertama, zona hambatan mulai terbentuk pada
larutan madu dengan konsentrasi 25 paling kecil, dengan rata-rata diameter yang terbentuk adalah 8 mm, sedangkan pada larutan madu dengan kadar 50
mengalami sedikit peningkatan yaitu dengan rata-rata ukuran zona 9 mm, pada konsentrasi 75 juga terdapat peningkatan zona hambatan dengan ukuran rata-
rata 10 mm, dan zona hambatan paling besar yang di hasilkan madu pada konsentrasi 100 adalah dengan rata-rata diameter 11 mm.
Data pada susu pasteurisasi yang pertama akan diuji menggunakan statistik, karena sampel yang digunakan sangat sedikit, maka akan diuji dengan
menggunakan uji Kruskal Wallis. Hipotesis dalam melakukan uji Kruskal Wallis adalah sebagai berikut :
H0 : Tidak terdapat perbedaan hasil perlakuan pemberian madu hutan Sumbawa terhadap bakteri pada susu pasteurisasi pertama.
H1: Terdapat perbedaan hasil perlakuan pemberian madu hutan Sumbawa terhadap bakteri pada susu pasteurisasi pertama.
Keputusannya adalah sebagai berikut : H1 : diterima jika nilai signifikansinya 0,05
H1 : ditolak jika nilai signifikansinya 0,05 Tabel 4.6. Uji Kruskal Wallis zona hambatan madu terhadap bakteri pada susu
pasteurisasi pertama Bakteri pada susu pasteurisasi pertama
Asymp. Sig. Hasil percobaan 1
0,406 Hasil percobaan 2
0,406
Pada tabel 4.6 terlihat bahwa dari data hasil perlakuan madu terhadap bakteri pada susu pasteuriasi yang pertama memiliki nilai signifikan yang lebih
besar dari 0,05 alpha = 0,05 yaitu 0,406. Berdasarkan pada hasil statistik tersebut menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan hasil perlakuan terhadap
31
madu antara percobaan pertama dan percobaan kedua secara statistik. Hal ini diperkirakan karena kurangnya jumlah sampel yang diteliti.
Dari hasil uji sensitivitas madu terhadap bakteri pada susu pasteurisasi kedua dengan cara yang sama seperti percobaan susu pasteurisasi pertama,
didapatkan hasil zona hambatan seperti pada gambar dan tabel di bawah ini :
Gamabar 4.5. Zona hambatan madu pada sampel susu pasteurisasi jenis kedua Dari hasil zona hambatan yang telah terbentuk, maka akan diukur besar
diameter zona tersebut menggunakan penggaris atau jangka sorong, dan diukur dalam satuan milimeter, seperti yang dilakukan pada susu pasteurisasi yang
pertama, hasil yang didapat sebgai berikut: Tabel 4.7. Hasil pegukuran diameter zona hambatan madu terhadap bakteri pada
susu pasteurisasi jenis kedua. Zona hambatan madu dalam millimeter
Percobaan Kontrol
25 50
75 100
1 8
9 10
11 2
8 9
12 Total
8 17
19 23
Mean 4
8,5 9,5
11,5
32
Zona hambatan yang terbentuk pada percobaan dari susu pasteurisasi yang kedua lebih besar dibandingkan dengan bakteri pada susu pertama, tetapi zona
hambatan yang terbentuk pada konsentrasi 25 didapatkan sedikit perbedaan, pada pengujian kedua tidak terbentuk zona hambatan, sehingga rata-rata ukuran
diameter hanya 4 mm. Ini diduga akibat adanya kesalahan pada saat melakukan percobaan. Pada madu dengan konsentrasi 50 rata-rata diameter zona hambatan
yang terbentuk adalah 8,5 mm, sedikit lebih besar dibandingkan dengan pengukuran pada susu pasteurisasi pertama. Zona hambatan yang dihasilkan pada
madu dengan konsentrasi 75 adalah 9,5 mm, dan zona hambatan yang paling besar terbentuk pada larutan madu dengan konentrasi 100 yaitu dengan rata rata
11,5 mm seperti yang tertera pada tabel 7 di atas. Data pada susu pasteurisasi yang kedua akan diuji menggunakan statistik,
karena sampel yang digunakan sangat sedikit sama seperti pada percobaan susu pasteurisasi pertama, maka akan diuji dengan menggunakan uji Kruskal Wallis.
Hipotesis dalam melakukan uji Kruskal Wallis adalah sebagai berikut : H0 : Tidak terdapat perbedaan hasil perlakuan pemberian madu hutan Sumbawa
terhadap bakteri pada susu pasteurisasi pertama. H1 : Terdapat perbedaan hasil perlakuan pemberian madu hutan Sumbawa
terhadap bakteri pada susu pasteurisasi pertama. Keputusannya adalah sebagai berikut :
H1 : diterima jika nilai signifikansinya 0,05 H1 : ditolak jika nilai signifikansinya 0,05
Tabel 4.8. Uji Kruskal Wallis zona hambatan madu terhadap bakteri pada susu pasteurisasi kedua
Bakteri pada susu pasteurisasi kedua Asymp. Sig.
Hasil percobaan 1 0,406
Hasil percobaan 2 0,406
Pada tabel 8 terlihat bahwa dari data hasil perlakuan madu terhadap bakteri pada susu pasteuriasi yang kedua memiliki nilai signifikan yang lebih besar dari
33
0,05 alpha = 0,05 yaitu 0,406. Berdasarkan pada hasil statistik tersebut menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan hasil perlakuan terhadap madu
antara percobaan pertama dan percobaan kedua secara statisik.
4.2. Pembahasan
Berdasarkan dari hasil analisis data menunjukkan bahwa percobaan pada susu pasteurisasi pertama dan kedua, ditemukan bakteri Klebsiella pneumoniae
yang ditunjang dari hasil pewarnaan Gram dan uji biokimia bakteri yang khusus untuk mengidentifikasi jenis bakteri.
Uji biokimia digunakan untuk mengidentifikasi bakteri golongan Enterobacteriaceae, uji ini terdiri dari beberapa tes, diantaranya adalah: tes
fermentasi karbohidrat, pada tes ini Klebsiella memberikan hasil yang positif karena bakteri ini mampu meragi glukosa dan laktosa dengan terbentuknya asam
atau gas. Pada tes sitrat Klebsiella akan memberika hasil positif, karena bakteri ini menggunakan sitrat sebagai satu-satunya sumber karbon untuk metabolisme
dengan menghasilkan suasana basa Karsinah dkk., 1994. Uji biokimia seperti tes gerak juga digunakan untuk menentukan jenis
bakteri ini, pada umumnya Klebsiella tidak mempunyai kemampuan untuk bergerak karena Klebsiella tidak mempunyai flagel, sehingga pada tes motilitas ini
akan didapatkan hasil negatif. Pada tes VP Voges Proskauer Klebssiella akan menunjukkan hasil positif, karena bakteri ini mampu menghasilkan produk akhir
yang netral asetil metilkarbinol dari fermentasi glukosa Karsinah dkk., 1994. Selain itu, uji biokimia juga menggunakan tes urease, keaktifan enzim ini adalah
sifat khas dari semua proteus dari Enterobacteriaceae lainnya, pada Klebsiella akan menunjukkan hasil yang positif, sehingga dapat dibeddakan dari Eschercia
yang menunjukkan hasil negatif Karsinah dkk., 1994. Selain itu tes TSIA Triple Sugar Iron Agar juga dilakukan pada uji
biokimia, tes ini spesifik untuk beberapa genus seperti Klebsiella. Klebsiella merupakan salah satu organisme yang mempunyai kemampuan untuk menyerang
suatu karbohidrat yang tergabung dalam pemnbenihan basal, dengan atau tanpa pembentukan gas, disertai terbentuknya H
2
S sehingga akan menunjukkan hasil tes yang positif. Uji biokimia lainnya adalah tes dekarboksilase. Pada Klebsiella