Kewenangan, Tugas Dan Fungsi Komisi Yudisial RI Pasca Putusan Mahkamah Konstitusi RI.

pengertian hukum materiil dan hukum formil dengan norma hukum. Hukum materiil atau substansive law mengatur mengenai substansi normanya, sedangkan hukum formil atau procedure law mengatur mengenai penegakan norma hukum materiil. 124

C. Kewenangan, Tugas Dan Fungsi Komisi Yudisial RI Pasca Putusan Mahkamah Konstitusi RI.

Dalam sistem konstitusi Pasal 24 UUD kekuasaan kehakiman dijalankan oleh Mahkamah Agung Pasal 24A UUD Tahun 1945 dan Mahkamah Konstitusi Pasal 24C UUD Tahun 1945. Pasal 24B UUD Tahun 1945 mengatur kedudukan Komisi Yudisial RI dengan wewenang : “mengusulkan pengangkatan Hakim Agung dan mempunyai wewenang lain dalam rangka menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat serta perilaku hakim”. Kedudukan ketiga lembaga ini dalam sistem ketatanegaraan bersifat setara equal. 125 Satu terhadap lainnya tidak bersifat subordinate atau sebaliknya. Komisi Yudisial juga tidak sebagai state auxiliary body yang tidak berwenang melakukan fungsi pengawasan yang merupakan fungsi checks and balances terhadap aspek- 124 . Ibid. 125 . Fajlurrahman Jurdi, Komisi Yudisial, h. 146. aspek tehnis yudisial. Yang membedakan adalah wewenang dan tugasnya. Mahkamah Agung RI dan Mahkamah Konstitusi RI adalah pelaksana judisial. 126 Sedangkan Komisi Yudisial RI berwenang untuk melakukan pengawasan terhadap perilaku hakim dalam rangka menegakkan kehormatan dan keluhuran martabat serta menjaga perilaku hakim Pasal 20 UU Komisi Yudisial No 22 Th 2004. Perilaku hakim mencakup legal behaviour dan ethic behaviour. Menjaga dan menegakkan kehormatan dan keluhuran martabat serta perilaku hakim merupakan ruhspirit dan latar belakang asbabul al wurud pembentukan Komisi Yudisial, karena praktik peradilan yang sebelumnya tidak mencerminkan kehormatan dan martabat badan-badan pengadilan. Perlu ditegaskan, bahwa kehormatan dan martabat hakim terletak pada dua hal :”putusan hakim dan perilaku hakim” legal behaviour dan ethic behaviour. Maka, pada dua hal inilah pengawasan dilakukan. 127 Sebagaimana tuntutan reformasi, maka setiap lembaga Negara berada di dalam kontrol publik. Demokrasi sebagai pilar dan mekanisme penyelenggaraan negara, menuntut bahwa setiap lembaga publik bersifat transparan. Transparansi, merupakan unsur terpenting bagi terwujudnya good governance dan clean government. 128 126 . Ibid. 127 . io.ppi-jepang.orgarticle.php?id=247 - 45k. jam 15.15. tgl 24 0608 128 . Ibid. Ketiadaan transparansi pada lembaga negara, akan menjurus kepada praktek kekuasaan yang absolut, dan kekuasaan absolut dipastikan berujung pada kebijakan dan berbagai tindakan korup. Dalam konteks demikian, apa yang melatar belakangi maksud dari 31 hakim agung mengajukan permohonan judicial review menjadi menarik. Jika dilihat dari statusnya sebagai hakim pada Mahkamah Agung yang merupakan badan pengadilan tertinggi, sesungguhnya mencerminkan sikap lembaganya MA. Hal ini tampak dari pembiaran pimpinan Mahkamah Agung terhadap pejabatnya 31 Hakim Agung untuk mengajukan judicial review itu. Ketika hendak mengajukan permohonan judicial review, apakah terbesit pemikiran, seandainya permohonan itu dikabulkan, maka siapa yang akan mengawasi Hakim Agung. 129 Tuntutan reformasi adalah tuntutan perubahan transformasi dalam seluruh tatanan kehidupan bernegara. Diantara yang substansial adalah pemberantasan korupsi. Data tahun 2004 dari Transparansi Internasional Indonesia yang menempatkan Indonesia dan badan pengadilannya sebagai yang terkorup dalam skala dunia, merupakan fakta umum, bahwa ada korelasi positif antara meningkatnya kualitas dan kuantitas korupsi di Indonesia seiring dengan judicial corruption mafia peradilan. Demikian halnya dengan berbagai bentuk abuse of power . 130 129 . Ibid. 130 . Ibid. Dalam menjalankan peranannya sebagai penjaga kekuasaan kehakiman, Komisi Yudisial diberikan beberapa kewenangan, yaitu : 1 melakukan proses seleksi dan menjaring calon anggota Hakim Agung berkualitas, potensial, mengerti hukum dan profesional; 2 menjaga dan menegakkan integritas hakim dan kepercayaan masyarakat terhadap sistem peradilan di Indonesia dan menjaga agar hakim dapat menjaga hak mereka untuk memutuskan perkara secara mandiri. Pasal 24B ayat 1 UUD RI Tahun 1945 menjamin Komisi Yudisial untuk bersifat mandiri yaitu berwenang mengusulkan pengangkatan Hakim Agung. Namun, sebaliknya kewewenangan lain dalam rangka menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku hakim telah dibatalkan oleh Putusan Mahkamah Konstitusi tanggal 16 Agustus 2006 No.005PUU-IV2006. 131 Kewenangan tersebut sangat terbatas penguraiannya dalam Undang- Undang Nomor 22 tahun 2004. Disebutkan bahwa dalam rangka melaksanakan wewenangnya dalam mengusulkan pengangkatan Hakim Agung, Komisi Yudisal RI diberi tugas Pasal 14 UU No. 22, 2004 : melakukan pendaftaran calon Hakim Agung; melakukan seleksi terhadap calon Hakim Agung; menetapkan calon Hakim Agung; dan mengajukan calon Hakim Agung ke Dewan Perwakilan Rakyat. 132 Selanjutnya untuk melaksanakan peranannya menegakkan kehormatan dan keluhuran martabat serta menjaga perilaku hakim, tugas yang diberikan 131 . Ibid, 132 . Ibid, kepada Komisi Yudisial ialah melakukan pengawasan terhadap perilaku hakim dalam rangka menegakkan kehormatan dan keluhuran martabat serta menjaga perilaku hakim Pasal 20 UU No 22, 2004 telah dicabut dengan adanya Putusan Mahkamah Konstitusi. Disamping itu, kewenangan lainnya ialah mengajukan usul penjatuhan sanksi terhadap hakim kepada pimpinan Mahkamah Agung danatau Mahkamah Konstitusi Pasal 21 UU No 22, 2004 pun telah dibatalkan oleh Mahkamah Konstitusi. 133 Sebaliknya Komisi Yudisial RI di dalam menjalankan peranannya diberi kewenangan untuk dapat mengusulkan kepada Mahkamah Agung RI danatau Mahkamah Konstitusi RI untuk memberikan penghargaan kepada hakim atas prestasi dan jasanya dalam rangka menegakkan kehormatan dan keluhuran matabat serta menjaga perilaku hakim Pasal 24 UU No 22 tahun 2004. 134 Terhadap pasal ini Mahkamah Konstitusi RI telah membatalkan kata-kata “danatau Mahkamah Konstitusi.” Ini berarti Komisi Yudisial tidak mempunyai kewenangan untuk mengawasi para Hakim Konstitusi. Antara lain: pengawasan terhadap perilaku hakim; pengajuan usulan penjatuhan dengan dikeluarkannya Putusan Mahkamah Konstitusi RI tanggal 16 Agustus 2006 No 005PUU-IV2006, kewenangan untuk menegakkan kehormatan dan keluhuran martabat serta menjaga perilaku hakim, tidak lagi 133 . Komisi Yudisial RI. Hukum Sebagai Pelindung Rakyat Bukan Tameng Penguasa, Jakarta: Komisi Yudisial RI, 2007, h, 3. 134 . Ibid. dimiliki oleh Komisi Yudisial RI. Dengan kata lain Komisi Yudisial RI tidak lagi mempunyai kewenangan sanksi terhadap hakim; pengusulan penghargaan kepada hakim atas prestasi dan jasanya khususnya terhadap Hakim Konstitusi. Semuanya dikembalikan ke lembaga masing-masing untuk mengawasi perilaku hakim, yang selama ini tidak berjalan sebagaimana mestinya. Dari apa yang terjadi, kita dapat melihat adanya kerancuan atau benang kusut dalam bidang ketatanegaraan di Republik Indonesia. 135 Pertama dalam Pasal 65 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 Tentang Mahkamah Konstitusi RI, disebutkan bahwa “Mahkamah Agung RI tidak dapat menjadi pihak dalam sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh UUD RI Tahun 1945, akan tetapi justru para Hakim Agung yang mengajukan permohonan pengujian Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2004 tentang Komisi Yudisial RI dan diterima oleh Mahkamah Konstitusi RI. Dengan menghasilkan Putusan Mahkamah Konstitusi RI, kewenangan Komisi Yudisial RI dipangkas. 136 Kedua , Komisi Yudisial RI yang diberi kewenangan untuk mengawasi hakim, Hakim Agung dan termasuk di dalamnya Hakim Konstitusi, dapat menjadi pihak dalam sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh UUD RI Tahun 1945 Dengan kata lain Komisi Yudisial RI yang merupakan pengawas Hakim Konstitusi dapat disidang oleh Hakim 135 . io.ppi-jepang.orgarticle.php?id=247 - 45k. jam 15.15. tgl 24 0608 136 . Ibid. Konstitusi. Seharusnya para pembuat undang-undang dalam hal ini Dewan Perwakilan Rakyat dan Presiden dari jauh hari sudah dapat memprediksi dan mendeteksi secara dini akan adanya conflict of interest di dalam diri para Hakim Konstitusi karena mereka merupakan obyek pengawasan dari Komisi Yudisial, sehingga lahirlah putusan yang kontroversial yang berbunyi bahwa Hakim Konstitusi tidak bisa diawasi oleh Komisi Yudisial RI. 137 Dari apa yang terjadi ini, Dewan Perwakilan Rakyat dan Presiden di masa yang akan datang harus melakukan perbaikan secara menyeluruh terhadap sistem peradilan Indonesia yang carut marut. Peranan kedua institusi ini diperlukan dalam menciptakan harmonisasi dan sinkronisasi terhadap Undang-undang Mahkamah Agung RI, Mahkamah Konstitusi RI dan Komisi Yudisial RI. 138 Disamping itu, perlu pencantuman salah satu pasal didalam Undang- Undang Mahkamah Konstitusi RI yang menyatakan bahwa Komisi Yudisial RI tidak dapat menjadi pihak dalam sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh UUD 1945. Dengan demikian, Komisi Yudisial RI tidak dapat dimohonkan menjadi salah satu pihak termohon di Mahkamah Konstitusi RI yang notabene para hakimnya diawasi oleh Komisi Yudisial RI. 139 137 . Ibid. 138 . Ibid. 139 . Ibid. Walaupun demikian, beberapa peranan Komisi Yudisial RI tersebut di atas khususnya kewenangan untuk mengusulkan pengangkatan Hakim Agung diperkirakan sangat berkaitan dengan proses seleksi yang dilembagakan dalam suatu lembaga negara. Tentu saja ada dampak positif terhadap hasil kerja yang diharapkan. Anggota Komisi Yudisial dapat bekerja maksimal dan bersifat mandiri dalam rangka memilih Hakim Agung yang berkualitas, potensial, mengerti hukum dan profesional. Anggota Komisi Yudisial lebih mapan dan terjamin sebab dibentuk berdasarkan UUD dan pelaksanaan tugasnya dipayungi oleh suatu undang-undang. Sebalikya peranan Komisi Yudisial RI yaitu melakukan pengawasan terhadap perilaku hakim secara otomotis beralih kepada Mahkamah Agung RI sebagai pengawas tertinggi lembaga peradilan dan dilakukan secara internal Pasal 32 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2004 tentang perubahan Atas Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 Tentang Mahkamah Agung. 140 Peranan ini tidak berjalan karena antara pengawas dengan yang diawasi mempunyai hubungan administrasi, struktural, kolegan dan psikologis yang dapat menjadi faktor penghambat dalam melaksanakan pengawasan di sebuah instansi atau lembaga. 141 Telah terbukti lembaga peradilan dari tingkat pengadilan negeri, pengadilan tinggi dan Mahkamah Agung RI menjadi tempat merajalelanya 140 . Harian Kompas 26 Agustus, 2006. 141 . Ibid. mafia peradilan. Sedangkan, Mahkamah Konstitusi RI semakin menguatkan dirinya menjadi lembaga superbody yang tidak dapat disentuh oleh hukum untouchable. Kembalinya pengawasan terhadap Hakim pengadilan negeri, tinggi, Hakim Agung ke tangan Mahkamah Agung RI dan tidak bisa diawasinya Hakim Konstitusi, menyebabkan keputusan Mahkamah Konstitusi RI disesalkan banyak pihak dengan pertimbangan antara lain, 1 bahwa pada prinsipnya tidak ada lembaga yang tidak bisa dikontrol, 2 Mahkamah Konstitusi RI mengesampingkan prinsip check and balance yang menjadi roh bangunan reformasi dan selalu di dengungkan oleh Mahkamah Konstitusi RI dalam mempromosikan dan mempertahankan keberadaannya, 3 Mahkamah Agung RI dan Mahkamah Konstitusi RI menjadi lembaga tidak tersentuh dari pengawasan oleh lembaga luar, 4 Mahkamah Konstitusi RI yang seharusnya sebagai penjaga konstitusi justru bisa terjebak dalam upaya penyuburan praktek mafia peradilan, 5 putusan Mahkamah Konstitusi RI dianggap inkonstitusional, karena putusan tersebut bertentangan dengan Pasal 24B Ayat 1 UUD 1945. 142 Hal ini tidak sesuai dengan apa yang berlaku di negara yang menganut paham demokrasi, transparansi dan check and balance seperti Amerika dan Australia. Sebaliknya peranan menegakkan kehormatan dan keluhuran martabat serta menjaga perilaku hakim terlihat dari usul penjatuhan sanksi seperti teguran tertulis, pemberhentian sementara atau pemberhentian yang dilakukan oleh 142 . Harian Kompas 29 Agustus, 2006 Komisi Yudisial RI yang bersifat mengikat sebagaimana termaktub dalam pasal 23 ayat 2 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2004 pun telah dibatalkan oleh Mahkamah Konstitusi RI. Namun, anehnya pasal mengenai usulan tersebut masih dapat dianulir oleh ketentuan yang berbunyi bahwa hakim yang akan dijatuhi sanksi diberi kesempatan secukupnya untuk membela diri dihadapan Majelis Kehormatan Hakim Pasal 23 4 UU No 22, 2004. Pasal ini tidak dibatalkan oleh Mahkamah Konstitusi RI. 143

C. Komisi Yudisial Pasca Putusan Mahkamah Konstitusi Ditinjau Dalam Ketatanegaraan Islam