banyak diekspresikan di otak dan jantung menunjukkan overexpression itu berhubungan pada patogenesis Sindroma Down, terutama retardasi mental dan
atau kelainan jantung. Menurut Vidal-Taboada et al., 2000 dalam Sommer dan
Henrique-Silva 2008, sedangkan DSCR2 lebih banyak diekspresikan
pada semua jaringan dan sel yang berproliferasi, seperti jaringan fetus, testis, dan sel kanker.
Gen-gen yang terlibat dalam Sindroma Down adalah:
•
Superoxide Dismutase SOD1 -- overexpression menyebabkan penuaan dini dan menurunnya fungsi sistem imun. Gen ini berperan dalam
demensia pada tipe Alzheimer
•
COL6A1 -- overexpression menyebabkan cacat jantung.
•
ETS2 -- overexpression menyebabkan abnormalitas skeletal.
•
CAF1A -- overexpression menyebabkan detrimental pada sintesis DNA
•
Cystathione Beta Synthase CBS -- overexpression menyebabkan gangguan metabolisme dan perbaikan DNA
•
DYRK -- overexpression menyebabkan retardasi mental.
•
CRYA1 -- overexpression menyebabkan katarak.
•
GART -- overexpression menyebabkan gangguan sintesis dan perbaikan DNA
•
IFNAR – gen yang mengekspresiakn interferon, overexpression mempengaruhi sistem imun dan organ sistem lainnya Lewis, 2008.
2.1.4 Manifestasi Klinis
Sindroma Down memiliki banyak ciri khas pada tubuh yang dapat dengan mudah mengenalinya. Selain itu, Sindroma Down juga menyebabkan berbagai
gangguan fungsi organ yang dibawa sejak lahir. Ciri-ciri tersebut adalah sebagai berikut.
• Pertumbuhan: tumbuh pendek dan obesitas terjadi selama masa remaja
• Sistem saraf pusat: retardasi mental sedang sampai berat, dengan IQ 20-85
rata-rata 50. Hipotonia meningkat sejalan dengan umur. Gangguan
Universitas Sumatera Utara
artikulasi. Sleep apnea terjadi ketika aliran udara inspirasi dari saluran napas atas ke paru mengalami hambatan selama 10 detik atau lebih. Hal
itu sering mengakibatkan hipoksemia atau hiperkarbia. •
Tingkah laku: spontanitas alami, sikap yang hangat, menyenangkan, lemah lembut, sabar, dan toleransi. Hanya sedikit pasien yang mengalami
kecemasan dan keras kepala. •
Gangguan kejang: spasme infantil sering terjadi pada masa bayi, sedangkan kejang tonik-klonik sering pada pasien yang lebih tua.
• Penuaan dini: berkurangnya tonus kulit, kerontokan atau pemutihan
rambut lebih awal, hipogonadisme, katarak, kehilangan pendengaran, hipotiroidisme yang berkaitan dengan umur, kejang, keganasan, penyakit
vaskular degeneratif, hilangnya kemampuan adaptasi, dan meningkatnya demensia tipe Alzheimer.
• Tulang tengkorak: brachycephaly, microcephaly, kening melandai, oksiput
datar, fontanela besar dengan penutupan yang lambat, patent metopic suture, tidak adanya sinus frontalis dan sfenoidalis, dan hipolplasia sinus
maksilaris. •
Mata: fisura palpebra yang condong ke depan, lipatan epikantus bialteral, brushfield spots iris yang berbintik, gangguan refrakter 50,
strabismus 44, nistagmus 20, blepharitis 31, konjungtivitis, kongenital katarak 3, pseudopapiledema, kekeruhan lensa yang didapat
30-60, dan keratokonus pada orang dewasa. •
Hidung: tulang hidung hipoplastik dan jembatan hidung yang datar. •
Mulut dan gigi: mulut terbuka dengan penonjolan lidah, lidah yang bercelah, pernapasan mulut dengan pengeluaran air liur, bibir bawah yang
merekah, angular cheilitis, anodonsia parsial 50, agenesis gigi, malformasi gigi, erupsi gigi yang terlambat, mikroodonsia 35-50 pada
pertumbuhan gigi primer dan sekunder, hipoplastik dan hipokalsifikasi gigi, dan maloklusi.
• Telinga: telinga kecil dengan lipatan heliks yang berlebihan. Otitis media
kronis dan hilang pendengaran sering terjadi.
Universitas Sumatera Utara
• Leher: atlantoaksial tidak stabil 14 dapat menyebabkan kelemahan
ligamen transversal yang menyangga proses odontoid dekat dengan atlas yang melengkung. Kelemahan itu dapat menyebabkan proses odontoid
berpindah ke belakang, mengakibatkan kompresi medula spinalis. •
Penyakit jantung bawaan: penyakit jantung bawaan sering terjadi 40- 50; hal itu biasanya diobservasi pada pasien dengan Sindroma Down
yang berada di rumah sakit 62 dan penyebab kematian yang sering terjadi pada kasus ini pada 2 tahun pertama kehidupan. Penyakit jantung
bawaan yang sering terjadi adalah endocardial cushion defect 43, ventricular septal defect 32, secundum atrial septal defect 10,
tetralogy of Fallot 6, dan isolated patent ductus arteriosus 4. Sekitar 30 pasien mengalami cacat jantung yang berat. Lesi yang paling
sering adalah patent ductus arteriosus 16 dan pulmonic stenosis 9. Sekitar 70 dari semua endocardial cushion defects berhubungan dengan
Sindroma Down. •
Abdomen: rektum diastasis dan hernia umbilikalis dapat terjadi. •
Sistem saluran cerna 12: atresia atau stenosis duodenum. Penyakit Hirschprung 1, fistula trakeoesofagus, divertikulum Meckel, anus
imperforata, dan omfalokel juga dapat terjadi. •
Saluran urin dan kelamin: malformasi ginjal, hipospadia, mikropenis, dan kriptorkoidisme.
• Skeletal: tangan pendek dan lebar, klinodaktil pada jari ke lima dengan
lipatan fleksi tunggal 20, sendi jari hiperekstensi, meningkatnya jarak antara dua jari kaki pertama dan dislokasi panggul yang didapat.
• Sistem endokrin: tiroiditis Hashimoto yang menyebabkan hipotiroidisme
adalah gangguan tiroid yang paling sering didapat pada pasien Sindroma Down. Diabetes dan menurunnya kesuburan juga dapat terjadi.
• Sistem hematologi: anak dengan Sindroma Down memiliki risiko untuk
mengalami leukemia, termasuk leukemia limfoblastik akut dan leukemia mieloid. Risiko relatif leukemia akut pada umur 5 tahun 56 kali lebih besar
daripada anak tanpa Sindroma Down. Transient Myeloproliferative
Universitas Sumatera Utara
Disease TMD adalah abnormalitas hematologi yang sering mengenai bayi Sindroma Down yang baru lahir. TMD dikarakteristikkan dengan
proliferasi mieoblas yang berlebihan di darah dan sumsum tulang. Diperkirakan 10 bayi dengan Sindroma Down mengalami TMD.
• Imunodefisiensi: pasien Sindroma Down memiliki risiko 12 kali untuk
terkena penyakit infeksi, terutama pneumonia, karena kerusakan imunitas seluler.
• Kulit: xerosis, lesi hiperkeratotik terlokalisasi, serpiginosa elastosis,
alopesia areata, vitiligo, dan infeksi kulit berulang Tarek, 2005.
2.1.5 Skrining Prenatal dan Diagnosis