BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sindroma Down 2.1.1 Sejarah
Sejarahnya berawal pada tahun 1866, ketika seorang dokter bernama John Langdon Down, mempublikasikan sebuah esai di Inggris, di mana ia
mendeskripsikan sekelompok anak yang memiliki ciri-ciri yang berbeda dengan anak-anak lainnya dengan retardasi mental. Down adalah kepala
sebuah rumah sakit untuk anak-anak dengan retardasi mental di Surrey, Inggris ketika ia membuat perbedaan pertamanya antara anak dengan
kreatinisme kemudian ditemukan mengalami hipotiroidisme dan apa yang ia maksudkan sebagai “Mongloid”.
Nama yang rasial itu membuat peneliti genetika Asia marah pada awal tahun 1960an. Kemudian istilah itu tidak dipakai lagi dalam penggunaan
ilmiah dan diganti menjadi “Down’s Syndrome”. Sebuah istilah ilmiah revisi Amerika, mengubahnya menjadi lebih sederhana menjadi “Down Syndrome”,
meski “Down’s Syndrome” masih dipakai di Inggris dan beberapa negara di Eropa.
Pada awal abad ke dua puluh, banyak sekali spekulasi mengenai penyebab Sindroma Down. Orang pertama yang berspekulasi bahwa itu
mungkin disebabkan oleh adanya kelainan kromosom adalah Waardenburg dan Bleyer pada tahun 1930an. Tetapi kemudian pada tahun 1959, Jerome
Lejeune dan Patricia Jacobs pertama kali menemukan penyebabnya adalah trisomi pada kromosom ke dua puluh satu. Kasus mosaik dan translokasi
dipaparkan tiga tahun kemudian Leshin, 2003.
2.1.2 Etiologi
Sindroma Down disebabkan oleh trisomi 21, autosomal trisomi yang paling sering pada bayi baru lahir. Tiga tipe abnormalitas sitogenik pada fenotipe
Sindroma Down adalah: trisomi 21 47, +21, di mana terdapat sebuah salinan
Universitas Sumatera Utara
tambahan pada kromosom 21, diperkirakan 94. Translokasi Robertsonian pada kromosom 21, sekitar 3-4. Translokasi Robertsonian adalah
penyusunan seluruh lengan pada kromosom akosentrik kromosom manusia 13-15, 21, dan 22 dan juga bisa berupa sebuah translokasi antara kromosom
21 atau ujung 21q saja dan sebuah kromosom nonakrosentrik. Trisomi 21 mosaikisme 47, +2146, terjadi pada 2-3 kasus. Pada bentuk ini, terdapat
dua kelompok sel: sebuah sel normal dengan 46 kromosom dan kelompok lain dengan trisomi 21.
Salinan tambahan pada kromosom 21 biasanya disebabkan oleh nondisjunction, sebuah kesalahan selama meosis. Nondisjunction adalah
kegagalan kromosom homolog untuk pemisahan selama meosis I atau meosis II. Oleh karena itu, satu anak sel menurunkan tiga kromosom pada kromosom
yang terkena dan menjadi trisomi, sedangkan anak sel lainnya menurunkan satu kromosom yang menyebabkan monosomi.
Kesalahan dalam meosis yang menyebabkan nondisjunction sebagian besar diturunkan dari ibu; hanya sekitar 5 terjadi selama spermatogenesis.
Kesalahan pada meosis meningkat seiring dengan pertambahan usia ibu. Kesalahan yang diturunkan dari ibu paling sering terjadi pada meosis I 76-
80 dan terjadi pada 67-73 pada kasus trisomi 21. Kesalahan yang diturunkan dari ibu lainnya terjadi pada meosis II dan mungkin diakibatkan
oleh kegagalan pemisahan pasangan kromatid. Mereka terjadi pada 18-20 kasus trisomi 21. Nondisjunction yang diturunkan dari ayah biasanya terjadi
pada meosis II. Mekanisme nondisjunction masih belum jelas. Hal itu mungkin
berhubungan dengan kegagalan pada rekombinasi, di mana proses alami pemecahan dan penggabungan kembali susunan DNA selama meosis untuk
membentuk kombinasi baru pada gen agar menghasilkan variasi genetik. Pada beberapa studi, peningkatan risiko pada nondisjunction meosis
telah dihubungkan dengan polimorfik maternal pada gen yang mengkode enzim yang memetabolisme folat, methylenetetrahydrofolate reductase
MTHFR dan methionine synthase MTRR.
Universitas Sumatera Utara
Diperkirakan 5 kasus kromosom ekstra 21 muncul diakibatkan oleh kesalahan pada mitosis. Kasus ini tidak berkaitan dengan meningkatnya umur
ibu. Translokasi trisomi 21, yaitu ketidakseimbangan translokasi
Robertsonian, seluruh lengan panjang pada sebuah kromosom ditranslokasikan ke lengan panjang pada sebuah kromosom akosentrik melalui
penggabungan sentral. Pada Sindroma Down, bentuk yang paling umum adalah translokasi yang mengenai kromosom 14 dan 21. Individu yang
memiliki 46 kromosom, tetapi kromosom 14 mengandung lengan panjang kromosom 14 dan 21. Hal ini memberikan tiga salinan pada lengan panjang
kromosom 21 dua berasal dari kromosom 21 dan yang ketiga berasal dari lengan panjang yang ditranslokasikan dari kromosom 14.
Mayoritas translokasi Robertsonian yang mengakibatkan trisomi 21 adalah mutasi yang baru. Mereka hampir selalu berasal dari ibu dan terjadi
terutama selama oogenesis. Sindroma Down yang disebabkan oleh mekanisme ini tidak berhubungan dengan umur ibu Roizen et al., 2009.
Sejauh ini, tidak ditemukan hubungan antara Sindroma Down dan diet, obat-obatan, ekonomi, status, ataupun gaya hidup. Risiko Sindroma Down
juga tidak meningkat meskipun memiliki saudara dengan Sindroma Down. Beberapa bukti menunjukkan bahwa Sindroma Down sedikit lebih umum
terjadi pada keluarga dengan penyakit Alzheimer dalam satu atau lebih anggota keluarga yang lebih tua Benke et al., 1995.
2.1.3 Genetika