Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

10

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Setiap manusia memiliki bahasa untuk berkomunikasi. Menurut Sutedi, 2003:2 bahasa adalah alat untuk menyampaikan sesuatu ide, pikiran, hasrat, dan keinginan kepada orang lain. Hubungan interaksi antar manusia dapat berjalan dengan lancar karena adanya peranan bahasa sebagai alat komunikasi. Ketika kita menyampaikan ide, pikiran, hasrat, dan keinginan kepada seseorang baik secara lisan maupun tertulis, orang tersebut dapat menangkap apa yang kita maksud. Karena ia mengerti makna yang dituangkan dalam bahasa tersebut. Jadi fungsi bahasa merupakan media untuk menyampaikan suatu makna kepada orang lain baik lisan maupun tulisan. Bahasa mempunyai keterkaitan dan keterikatan dalam kehidupan manusia. Manusia dalam kehidupannya di masyarakat, memiliki kegiatan yang tidak tetap dan selalu berubah, maka bahasa itu juga menjadi ikut berubah, dan menjadi tidak tetap. Bahasa adalah satu- satunya milik manusia yang tidak pernah lepas dari segala kegiatan dan gerak-gerik manusia sepanjang keberadaan manusia itu sebagai makhluk yang berbudaya dan bermasyarakat. Dengan demikian, fungsi bahasa merupakan media untuk menyampaikan suatu makna kepada seseorang baik secara lisan maupun secara tertulis. Disiplin ilmu yang membahas tentang bahasa adalah linguistik. Linguistik berasal dari bahasa latin, lingua yaitu bahasa. Secara umum, linguistik adalah bahasa atau dasar dalam mempelajari keahlian berbahasa. Sebagai alat komunikasi dan alat interaksi yang hanya dimiliki oleh manusia, bahasa dapat dikaji secara internal maupun secara eksternal. Kajian secara internal adalah pengkajian yang hanya dilakukan terhadap struktur intern bahasa tersebut, seperti strukutur fonologisnya, struktur morfologisnya, struktur sintaksisnya, dan struktur semantiknya. Kajian secara internal ini akan menghasilkan varian-varian bahasa itu Universitas Sumatera Utara 11 saja tanpa ada kaitannya dengan masalah lain di luar bahasa. Kajian internal ini dilakukan dengan menggunakan teori-teori dan prosedur-prosedur yang ada dalam disiplin linguistik. Sedangkan kajian eksternal adalah kajian yang dilakukan terhadap hal-hal atau faktor-faktor yang berada di luar bahasa yang berkaitan dengan pemakaian bahasa itu oleh para penuturnya di dalam kelompok-kelompok sosial kemasyarakatan. Pengkajian secara eksternal ini akan menghasilkan rumusan-rumusan atau kaidah-kaidah yang berkenaan dengan kegunaan dan penggunaan bahasa tersebut dalam segala kegiatan manusia di dalam masyarakat, misalnya sosiolinguistik, psikolinguistik, antropolinguistik, neurolinguistik. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, dalam kajian internal bahasa, terdapat empat bidang kajian atau cabang linguistik yaitu fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik. Fonologi on-inron adalah cabang linguistik yang mengkaji tentang lambang bunyi bahasa berdasarkan pada fungsinya. Morfologi keitaron adalah cabang linguistik yang mengkaji tentang kata dan proses pembentukannya. Sintaksis tougoron adalah cabang linguistik yang mengkaji tentang struktur dan unsur-unsur pembentuk kalimat. Dan cabang linguistik internal yang terakhir adalah semantik imiron. Semantik merupakan cabang linguistik yang membahas arti atau makna Verhaar, 2008:13. Makna merupakan pertautan yang ada diantara unsur-unsur bahasa itu sendiri terutama dalam kata-kata Djajasudarma, 1999:5. Palmer dalam Djajasudarma, 1999:5 menyebutkan bahwa makna hanya menyangkut intra bahasa dimana untuk mengkaji atau memberikan makna suatu kata ialah dengan memahami kajian kata tersebut yang berkenaan dengan hubungan-hubungan makna yang membuat kata tersebut berbeda dari kata-kata lain. Sutedi, 2003:114 menyebutkan beberapa jenis makna, diantaranya adalah : makna leksikal, makna gramatikal, makna denotatif, makna konotatif, makna dasar dan makna perluasan. Dari beberapa jenis makna tersebut, ada yang disebut dengan makna leksikal dan makna Universitas Sumatera Utara 12 gramatikal. Djajasudarma, 1999:13 menyebutkan pengertian dari makna gramatikal ialah makna yang menyangkut hubungan intra bahasa atau makna yang muncul akibat berfungsinya sebuah kata di dalam kalimat. Sedangkan makna baik bentuk dasar ataupun turunan yang ada dalam kamus disebut dengan makna leksikal. Bahasa tidak terlepas dari kalimat yang mengandung makna. Setiap bahasa memiliki struktur kalimatnya masing-masing. Semua unsur kalimat tersebut saling dan membentuk sebuah kalimat yang maknanya dapat dipahami oleh pendengar atau lawan bicara. Terlebih lagi bahasa asing seperti bahasa Inggris, bahasa Arab, bahasa Jepang dan lain-lain. Di Indonesia sendiri, bahasa Jepang banyak diminati. Agar kita dapat berkomunikasi dengan orang Jepang dan memahami maksud mereka, maka kita harus mampu menguasai bahasa yang mereka gunakan dalam kehidupan sehari- hari baik lisan maupun tulisan. Struktur kalimat sintaksis bahasa Jepang menggunakan pola Subjek – Objek – Predikat SOP. Sedangkan bahasa Indonesia menggunakan susunan pola Subjek – Predikat – Objek SPO. Ini merupakan kendala dalam memahami makna dari kalimat bahasa Jepang. Selain sintaksis, kendala lainnya adalah makna kalimat semantik. Makna suatu kata biasanya akan berkembang, karena dipengaruhi oleh konteks atau situasi dalam kalimatnya. Makna yang sama namun nuansa yang berbeda dalam kalimat berkaitan dengan relasi makna. Relasi makna adalah hubungan semantik yang terdapat antara satuan bahasa yang satu dengan satuan bahasa yang lainnya Chaer, 1994:297. Dua buah kata atau lebih yang mempunyai makna yang sama, bisa dikatakan sebagai kata yang bersinonim. Sinonim adalah salah satu relasi makna yang terdapat pada semantik dan sinonim merupakan hubungan semantik yang menyatakan kesamaan makna antara satu satuan ujaran dengan satuan ujaran yang lainnya Chaer, 1994:297. Untuk mendefinisikan sinonim, ada tiga batasan yang dapat dikemukakan. Batasan atau definisi itu ialah kata-kata dengan acuan Universitas Sumatera Utara 13 ekstra linguistik yang sama, kata-kata yang mengandung makna yang sama, dan kata-kata yang dapat disubsitusi dalam konteks yang sama. Akan tetapi, dalam semantik dua buah ujaran yang bersinonim tidak akan sama persis. Hal ini terjadi karena berbagai faktor, diantaranya nuansa makna. Baik kata kerja, kata sifat, kata keterangan dalam bahasa Jepang, tentunya berbeda.Walaupun ada kata-kata yang sama, belum tentu maknanya juga sama. Misalnya pada kata benda meishi, yaitu shorai dan mirai. Ada kemiripan makna maka dikatakan sebagai sinonim. Akan tetapi, meskipun bersinonim, hanya pada konteks tertentu saja, karena tidak ada sinonim yang semuanya sama persis, dalam konteks atau situasi tertentu pasti akan ditemukan perbedaannya meskipun perbedaannya kecil. Sinonim dalam bahasa Jepang bisa ditemukan tidak hanya pada verba saja, melainkan juga pada adjektiva dan nomina. Hal ini banyak sekali ditemukan di dalam bahasa Jepang sehingga menjadi salah satu penyebab sulitnya mempelajari bahasa Jepang. Oleh karena itu, penganalisaan terhadap perbedaan dan persamaan makna sinonim dalam bahasa Jepang perlu untuk diperhatikan dan dilakukan. Sebagai contoh, pemakaian nomina shorai dan mirai adalah seperti di bawah ini. 1. この町は将来 Kono machi wa どうなると思いますか。 shourai dou naru to omoimasuka? Akan menjadi bagaimanakah masa depan 2. 地球の kota ini? Yone, 2001 : 62 未来 Chikyuu no はどうなるでしょうか。 mirai wa dou naru deshouka? Akan menjadi bagaimanakah masa depan bumi. Universitas Sumatera Utara 14 Yone, 2001 : 61 3. 昔、東京に出てきたばかりのころ、自分の 将来 Mukashi, Toukyou ni dete kita bakari no koro, jibun no が不安になるとよくアパート のへやで記者会見ごっこをやりました。 shourai ga fuan ni naru to yoku apaato no heya de kishakaiken gokko wo yarimashita. Dahulu, sewaktu saya baru saja datang ke Tokyo, saya selalu gelisah dengan masa depan jadi saya bermain wawancara di kamar 4. また砂時計、現在というものが . Yone, 2001 : 82 未来 Mata sunadokei, genzai to iu mono ga mirai to kako no aida ni aru koto wo tokuchoushiteiru. Dan juga jam pasir, merupakan benda biasa yang memiliki keistimewaan selama masa lalu dan と過去の間にあることを特徴している。 masa depan . http:ja.m.wikipedia.orgwikiE69982E99693 Melihat keempat contoh kalimat tersebut, dapat diketahui bahwa meskipun nomina- nomina tersebut memiliki persamaan makna yaitu sama-sama mengandung makna “masa depan”, namun nuansa makna “masa depan” yang diberikan tiap-tiap nomina di dalam kalimat tersebut berbeda. Setelah melihat uraian di atas, penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian mengenai sinonim kata benda shourai dan mirai yang memiliki pengertian yang sama, yaitu “masa depan”, yang selanjutnya akan penulis tuangkan dalam skripsi yang berjudul “Analisis Fungsi dan Makna Nomina Shorai dan Mirai dalam Kalimat Bahasa Jepang”. Universitas Sumatera Utara 15

1.2 Perumusan Masalah