Studi Semantik dalam Kajian Semantik .1 Defenisi Semantik

55 Berdasarkan pernyataan yang dikemukakan oleh Akiyasu 1972, Izuru 1955:1202 dan dalam buku Ruigo Reikai Jiten mengenai mirai, penulis dapat menyimpulkan bahwa mirai bermakna masa depan, yaitu masa depan yang tenggang waktunya lebih lama dari shourai. Mirai juga dapat mewakili tiga waktu, yaitu masa lalu, saat ini, dan masa depan. Konsep Mirai banyak ditemukan dalam agama Budha. Selain itu mirai dapat menunjukkan masa depan sampai ke kehidupan setelah kematian, yaitu alam baka atau akhirat. Antonimnya adalah kako masa lalu. Sinonimnya adalah shourai. 2.6 Studi Semantik dalam Kajian Semantik 2.6.1 Defenisi Semantik Menurut Chaer 1994:2 kata semantik dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Yunani sema kata benda yang berarti “tanda” atau “lambang”. Kata kerjanya adalah semaino yang berarti “menandai” atau “melambangkan”. Yang dimaksud dengan tanda atau lambang di sini sebagai penanda kata sema itu adalah tanda linguistik, yaitu terdiri dari 1 komponen yang mengartikan, yang berwujud bentuk-bentuk bunyi bahasa dan 2 komponen yang diartikan atau makna dari komponen yang pertama itu. Kedua komponen ini merupakan tanda atau lambang; sedangkan yang ditandai atau dilambanginya adalah sesuatu yang berada di luar bahasa yang lazim disebut referen atau hal yang ditunjuk. Kata semantik ini kemudian disepakati sebagai istilah yang digunakan untuk bidang linguistik yang mempelajari hubungan antara tanda-tanda linguistik dengan hal-hal yang ditandainya. Atau dengan kata lain, bidang studi dalam linguistik yang mempelajari makna atau arti dalam bahasa. Oleh karena itu, kata semantik dapat diartikan sebahai ilmu tentang makna atau tentang arti. Sutedi 2003:111 menjelaskan bahwa semantik atau imiron merupakan salah satu cabang linguistik yang mengkaji tentang makna. Semantik memegang peranan penting, Universitas Sumatera Utara 56 karena bahasa yang digunakan dalam komunikasi tiada lain untuk menyampaikan suatu makna. Misalnya, ketika seseorang menyampaikan ide dan pikiran kepada lawan bicara, lalu lawan bicaranya bisa memahami apa yang dimaksud, karena ia dapat menyerap makna yang disampaikannya. Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa semantik adalah salah satu cabang linguistik yang mempelajari tentang makna.

2.6.2 Kesinoniman

Dalam setiap bahasa, termasuk bahasa Indonesia maupun bahasa Jepang, seringkali kita temui adanya hubungan kemaknaan atau relasi semantik antara sebuah kata dengan kata lainnya. Hal ini berkaitan dengan relasi makna. Relasi makna adalah hubungan semantik yang terdapat antara satuan bahasa yang satu dengan satuan bahasa yang lainnya Chaer, 1994:297. Satuan bahasa disini dapat berupa kata, frase, maupun kalimat. Relasi makna ini salah satunya menyatakan kesamaan makna sinonim. Apabila suatu kata memiliki makna yang hampir sama mirip dengan satu atau lebih kata yang lain, maka dapat dikatakan bahwa kata-kata tersebut memiliki hubungan atau relasi makna yang termasuk ke dalam sinonim. Menurut Chaer 1994:82 secara etimologi kata sinonim berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu onoma yang berarti “nama” dan syn yang bararti “dengan”. Maka secara harfiah kata sinonim berarti ‘nama lain untuk benda atau hal yang sama’. Secara semantik yaitu sebagai ungkapan bisa berupa kata, frase, atau kalimat yang maknanya kurang lebih sama dengan makna ungkapan lain. Misalnya kata buruk dan jelek adalah dua buah kata yang bersinonim; bunga, kembang, dan puspa adalah tiga buah kata yang bersinonim; mati, wafat, meninggal, dan mampus adalah empat buah kata yang bersinonim. Akan tetapi meskipun bersinonim, maknanya tidak akan persis sama. Hal ini dikarenakan tidak ada sinonim yang Universitas Sumatera Utara 57 maknanya akan sama persis. Dalam konteks tertentu, pasti akan ditemukan suatu perbedaannya meskipun kecil. Ketidaksamaan ini terjadi karena berbagai faktor seperti yang dikemukakan oleh Chaer 1994:298-299, antara lain : 1. Faktor waktu, misalnya kata hulubalang bersinonim dengan kata komandan. Namun, kata hulubalang memiliki pengertian klasik sedangkan kata komandan tidak memiliki pengertian klasik. Dengan kata lain, kata hulubalang hanya cocok digunakan pada konteks yang bersifat klasik, sedangkan kata komandan tidak. 2. Faktor tempat atau wilayah, misalnya kata saya dan beta adalah dua buah kata yang bersinonim. Namun, kata saya dapat digunakan di mana saja, sedangkan kata beta hanya cocok untuk wilayah Indonesia bagian timur. 3. Faktor keformalan, misalnya kata uang dan duit adalah dua buah kata yang bersinonim. Namun, kata uang dapat digunakan dalam ragam formal dan tak formal, sedangkan kata duit hanya cocok untuk ragam tak formal. 4. Faktor sosial, misalnya kata saya dan aku adalah dua buah kata yang bersinonim. Namun, kata saya dapat digunakan oleh siapa saja; sedangkan kata aku hanya dapat digunakan terhadap orang yang sebaya, yang dianggap akrab, atau kepada yang lebih muda dan lebih rendah kedudukan sosialnya. 5. Faktor bidang kegiatan, misalnya kata matahari dan surya adalah dua buah kata yang bersinonim. Namun, kata matahari bisa digunakan dalam kegiatan apa saja, atau dapat digunakan secara umum; sedangkan kata surya hanya cocok digunakan pada ragam khusus. Terutama ragam sastra. 6. Faktor nuansa makna, misalnya kata-kata melihat, melirik, menonton, meninjau, dan mengintip adalah sejumlah kata yang bersinonim. Namun, antara yang satu dengan yang lainnya tidak selalu dapat dipertukarkan, karena masing-masing memiliki nuansa makna yang tidak sama. Kata melihat memiliki makna umum; kata melirik memiliki makna Universitas Sumatera Utara 58 melihat dengan sudut mata; kata menonton memiliki makna melihat untuk kesenangan; kata meninjau memiliki makna melihat dari tempat jauh; dan kata mengintip memiliki makna melihat dari atau melalui celah sempit. Dengan demikian, jelas kata menonton tidak dapat diganti dengan kata melirik karena memiliki nuansa makna yang berbeda, meskipun kedua kata tersebut dianggap bersinonim. Dalam bahasa Jepang, sinonim dikenal dengan istilah ruigigo 「類義語」 . Menurut Haruhiko 1978:1375 ruigigo adalah 「 意 味 が よ く 似 て い る 二 つ 以 上 の 単 語 。 類 語 。 」 ‘Imi ga yoku niteiru futatsu ijou no tango. Ruigigo’ Dua kata atau lebih yang memiliki makna yang mirip. Kata yang sejenis. Izuru 1955:2530 juga mengemukakan bahwa ruigigo adalah 「 意 義 の 類 似 す る 言 葉 。 」 ‘Igi no ruiji suru kotoba.’ Kata yang memiliki kemiripan makna. Menurut Sutedi 2003:124, perbedaan dari dua kata atau lebih yang memiliki relasi atau hubungan kesinoniman ruigi kankei 「 類 義 関 係 」 dapat detimukan dengan cara melakukan analisis terhadap nuansa makna dari setiap kata tersebut. Misalnya, kata agaru dan noboru yang kedua-duanya berarti naik dapat ditemukan perbedaannya sebagai berikut. のぼる : 下から上へ或経路に焦点を合わせて移動する Noboru : shita kara ue e wakukeiro ni shouten o awasete idou suru Noboru : berpindah dari bawah ke atas dengan fokus jalan yang dilalui あがる : 下から上へ到達点に焦点を合わせて Jadi, perbedaan verba agaru dan noboru terletak pada fokus 移動する Agaru : shita kara ue e toutatsuten ni shouten o awasete idou suru Agaru : berpindah dari bawah ke atas dengan fokus tempat tujuan 焦点 shouten gerak tersebut. Verba agaru menekankan pada tempat tujuan 到 達 点 toutatsuten dalam arti Universitas Sumatera Utara 59 tibanya di tempat tujuan tersebut hasil, sedangkan noboru menekankan pada jalan yang dilalui 経路 keiro dari gerak tersebut proses.

2.6.3 Pilihan Kata

Kata-kata yang bersinonim ada yang dapat saling menggantikan ada pula yang tidak. Karena itu, harus memilihnya secara tepat dan saksama untuk menghindari kerancuan dalam menginterpretasikan maknanya. Hal ini berkaitan dengan pilihan kata atau diksi.dalam bahasa Indonesia, kata diksi berasal dari kata dictionary bahasa Inggris yang kata dasarnya diction yang berarti perihal pemilihan kata. Menurut Keraf 2006:24 pilihan kata atau diksi adalah kemampuan membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna dari gagasan yang ingin disampaikan, dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai cocok dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki kelompok masyarakat pendengar. Diksi atau pilihan kata harus berdasarkan tiga tolak ukur, yaitu ketepatan, kebenaran, dan kelaziman. Kata yang tepat adalah kata yang mempunyai makna yang dapat mengungkapkan gagasan secara cermat sesuai dengan gagasan pemakai bahasa. Kata yang benar adalah kata yang diucapkan atau ditulis sesuai dengan bentuk yang benar, yaitu sesuai dengan kaidah kebahasaan. Kata yang lazim berarti bahwa kata yang dipakai adalah dalam bentuk yang sudah dibiasakan dan bukan merupakan bentuk yang dibuat-buat. Berdasarkan konsep dari pilihan kata di atas, kata yang maknanya hampir sama atau yang disebut sinonim harus dapat dipilih dengan tepat sesuai dengan situasi dan konteks kalimatnya, agar gagasan yangterkandung di dalam makna kata tersebut dapat tersampaikan dengan baik. Universitas Sumatera Utara 60

BAB III ANALISIS FUNGSI DAN MAKNA NOMINA SHOURAI DAN MIRAI DALAM