itu disebut mutlak, lantaran tidak terdapat dalil yang menyatakan benar dan salah.
33
2. Prinsip-Prinsip Ekonomi Syariah
Dalam perekonomian Islam terkandung prinsip bahwa ikatan antara kepentingan pribadi dan kepentingan masyarakat adalah erat, semata-mata
karena fitrah keduanya. Antara keduanya harus ada keselarasan dan keserasian, bukan persaingan. Jika seorang individu mengambil kekayaan
masyarakat untuk dirinya sendiri tanpa mengindahkan hal-hal yang berhubungan dengan kepentingan umum dan tanpa memperhatikan ketika ia
menyimpan dan menyalurkannya kecuali untuk kepentingan pribadinya, maka bahayanya pun tidak hanya menimpa individu sendiri, tetapi pada akhirnya
kembali menimpa masyarakat.
34
Adapun secara rinci dapat dikemukakan beberapa prinsip ekonomi syariah, diantaranya:
a. Prinsip tauhid Ilahiah
Tauhid berarti keesaan, maksud keesaan disini adalah keyakinan akan tunggalnya Allah.
35
Dengan keyakinan aqidah ketuhanan ini manusia dituntut untuk selalu mengarahkan tindakannya agar sesuai dengan tujuan
33
Ibid., h.51
34
Ahmad Dimyati ed., Islam dan Koperasi: Telaah Peran Serta Umat Islam dalam Pengembangan Koperasi,
Jakarta: Koperasi Jasa Informasi, 1989, cet.I, h.50
35
Yusron Asmuni, Ilmu Tauhid, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1994, cet.II, h.1
syari’ah. Artinya, titik tolak dari ekonomi Islam adalah Ilahiah. Ini dapat dipahami karena tujuannya adalah mencari ridha Allah. Dengan demikian
segala kegiatan ekonomi manusia, seperti produksi, distribusi, pertukaran dan konsumsi diikatkan pada prinsip ketuhanan dan pada tujuan Ilahi.
36
Sebagaimana firman Allah:
3 3L\ ﻡ 2 ﻡ - cﻡ - P. dV 0 OS e R c
:
f_
A
Artinya: “Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah disegala penjuru-Nya dan makanlah sebagian dari rizki-Nya.
Dan hanya kepada-Nyalah kamu kembali setelah dibangkitkan”. QS. al- Mulk: 15
Dengan keyakinan yang mendalam seseorang terhadap Tuhannya akan membangun kontrol yang intern dalam diri seseorang dengan hadirnya
“perasaan selalu ada yang mengawasi”. Keimanan seseorang akan pengawasan Tuhannya didunia ini akan berimplikasi terhadap tidak
perlunya kepada semua pengawasan selain-Nya. Dengan prinsip ini kegiatan ekonomi akan selalu produktif dan efisien.
37
b. Prinsip keadilan
Allah adalah Dzat Yang Maha Adil. Dalam banyak ayat, Allah memerintahkan manusia untuk berbuat adil. Islam mendefinisikan adil
sebagai “tidak menzalimi dan tidak dizalimi”. Implikasi ekonomi dari nilai adil ini adalah tidak menzalimi kaum, khususnya yang lemah sebagaimana
36
Sarkaniputra, Pengantar Ekonomi Islam, h.43
37
Qardhawi, Norma dan Etika Ekonomi Islam, h.36
dalam ekonomi kapitalis. Islam juga tidak menzalimi hak individu sebagaimana dalam ekonomi sosialis.
38
Keadilan harus diterapkan dalam setiap aspek ekonomi. Keadilan dalam produksi dan konsumsi adalah cara efesiensi dalam memberantas
keborosan. Adalah suatu kezaliman dan penindasan, apabila seseorang dibiarkan berbuat terhadap hartanya sendiri dengan melampaui batas yang
telah ditetapkan dan bahkan sampai membiarkannya merampas hak orang lain. Keadilan berarti kebijaksaan mengalokasikan sejumlah hasil tertentu
dari kegiatan ekonomi bagi mereka yang tidak mampu memasuki pasar atau tidak mampu membelinya menurut kemampuan pasar. Karakter
pokok dari nilai keadilan diatas menunjukkan bahwa masyarakat ekonomi harus memiliki sifat makmur dalam keadilan dan adil dalam kemakmuran
menurut syari’at Islamiyah.
39
Keadilan merupakan pilar Islam, sebagaimana firman Allah:
. . .
. EF 5KL g [ 0 ﻡ hی . i jB [
ﻡ L ﻥ 6 L R BF B
G . . .
:
;BH
? A
Artinya: “…hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan kebenaran karena Allah menjadi saksi yang adil. Dan janganlah sekali-
kali kebencianmu terhadap sesuatu mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa… QS. al-
Maidah: 8
c. Prinsip khilafah perwakilan
38
Ibid., h.71
39
A.M. Saefudin, Ekonomi dan Masyarakat dalam Perspektif Islam, Jakarta: Rajawali Press, 1987, cet.I, h.66-68
Manusia adalah khalifah Tuhan di muka bumi dan telah dilengkapi dengan perangkat akal dan spiritual yang jauh lebih sempurna dari makhluk yang
lain. Dalam menjalankan tugas sebagai khalifah, ia diberikan kebebasan dengan dapat berfikir dan menalar untuk membedakan haq dan bathil, fair
dan unfair, serta menentukan arah hidup. Secara alami, manusia adalah baik dan terhormat dan mampu berbuat kebaikan, menjaga kehormatan,
mengatasi permasalahan hidup selama ia masih menggunakan anugrah akal dan hati nurani yang diberikan Allah padanya.
40
Konsep khilafah telah menempatkan manusia pada posisi yang mulia dimuka bumi, sebagaimana firman Allah:
PQ+ ﺥ dV - OF S ﻥ Q0HI W L . . .
: ; 2
Uk
A
Artinya: “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman pada para malaikat: sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah dimuka bumi…
QS. al-Baqarah: 30
Dengan demikian kegiatan ekonomi dalam Islam dipandang sebagai salah satu aspek dari pelaksanaan tanggung jawab manusia dibumi khilafah.
Ada tiga nilai dasar kepemilikan manusia terhadap sumber-sumber ekonomi yang ada di muka bumi, antara lain:
1 Manusia sebagai khilafah hanya diperkenankan untuk memiliki dan
memanfaatkan sumber-sumber ekonomi yang ada bukan untuk menguasainya secara mutlak.
40
M. Umer Chapra, Islam dan Tantangan Ekonomi, Islamisasi Ekonomi Kontemporer, terj, Surabaya: Risalah Gusti, 1999, h.218
2 Pemilikan terhadap sumber-sumber ekonomi tersebut hanya terbatas
sepanjang umurnya. 3
Pemilikan secara pribadi tidak dibolehkan terhadap sumber-sumber ekonomi yang menyangkut kepentingan masyarakat banyak.
41
d. Prinsip keseimbangan
Keseimbangan merupakan nilai dasar yang pengaruhnya terlihat dari berbagai aspek ekonomi muslim, misalnya kesederhanaan, berhemat dan
menjauhi pemborosan. Sebagaimana firman Allah:
Pﻡ L ی - ی
+ﻥ j ی :
L +
l
A
Artinya: “Dan orang-orang yang apabila membelanjakan harta, mereka tidak berlebih-lebihan dan tidak pula kikir dan adalah pembelanjaan itu
ditengah-tengah antara yang demikian”. QS. al-Furqan: 67
Konsep keseimbangan ini tidak hanya timbangan kebaikan hasil usaha diarahkan untuk dunia dan akhirat saja, tetapi juga berkaitan dengan
kepentingan atau kebebasan perorangan dengan kepentingan umum yang harus dipelihara dan keseimbangan antara hak dan kewajiban.
e. Prinsip kemanusiaan
Manusia dalam sistem ekonomi Islam adalah sasaran sekaligus sarana. Tujuan dan sasaran utama Islam adalah merealisasikan “kehidupan yang
baik” bagi manusia dengan segala unsur dan pilarnya. Ekonomi Islam juga bertujuan untuk memungkinkan manusia memenuhi kebutuhan hidupnya
41
Saefudin, Ekonomi dan Masyarakat dalam Perspektif Islam, h.65
yang disyari’atkan. Manusia perlu hidup dengan pola kehidupan Rabbani dan sekaligus manusiawi, sehingga ia mampu melaksanakan kewajiban
kepada Tuhan, kepada diri, kepada keluarga dan kepada manusia secara umum.
Nilai kemanusiaan terhimpun dalam ekonomi Islam pada sejumlah nilai yang ditunjukkan Islam didalam al-Qur’an dan as-Sunnah. Misalnya
warisan, sebagai contoh dari nilai tersebut adalah nilai kemerdekaan dan kemuliaan, kemanusiaan, keadilan, persaudaraan, saling mencintai dan
tolong menolong antar sesama manusia.
42
Prinsip persaudaraan atau kekeluargaan juga menjadi tolak ukur. Tujuan ekonomi Islam menciptakan manusia yang aman dan sejahtera. Faktor
kemanusiaan merupakan tujuan utama dalam ekonomi Islam. Ekonomi Islam mengajarkan manusia untuk bekerjasama dan saling tolong
menolong.
43
f. Prinsip kewajiban untuk berusaha ikhtiar
Manusia dengan segala fitrah kenisbiannya memang tidak merata dalam memperoleh karunia Tuhan. Namun Tuhan tetap memberikan
kewenangan yang sama kepada manusia, yakni persamaan dalam kesempatan untuk memperjuangkan hidup dalam mencapai kesejahteraan
42
Syed Nawab Haidar Naqvi, Etika dan Ilmu Ekonomi: Sebuah Sintesa Islam, Husin Amis terj, Bandung: Mizan, 1985, cet.I, h.126-129
43
Djaslim Saladin, Konsep Dasar Ekonomi dan Lembaga Keuangan Islam, Bandung: Linda Karya, t.th., h.8
dan kemakmuran. Islam menghendaki agar tidak ada tradisi-tradisi dalam masyarakat yang menggambarkan perbedaan sosial yang bertujuan
melestarikan keistimewaan kelas sosial, sehingga menghambat seseorang dalam perjuangannya untuk hidup sesuai dengan kemampuan dan
bakatnya. Islam selalu meletakkan prinsip ekonomi atas dasar alamiah, sehingga kesempatan untuk berusaha dan berjuang tetap terbuka bagi
setiap orang dan dengan lugas Islam menghindari pengangguran.
44
g. Prinsip kerjasama ekonomi
Kerjasama merupakan watak masyarakat ekonomi menurut ajaran Islam. Kerja sama itu harus tercermin dalam segala tingkat kerjasama ekonomi,
baik produksi maupun distribusi berupa barang ataupun jasa. Tindakan-tindakan bersama dalam ekonomi harus di ambil untuk
meningkatkan kesejahteraan bersama dan mencegah kesengsaraan sosial, seperti penindasan ekonomi, distribusi yang tidak adil dan merata.
Ekonomi yang berdasarkan saling membantu dan kerjasama ini dengan sendirinya menghendaki adanya organisasi kerjasama dalam aktifitas
ekonomi. Nilai yang ada dalam prinsip ini adalah pengambilan keputusan secara konsensus dimana semua peserta mempertanggungjawabkan
kepentingan bersama.
45
44
Ahmad Dimyati ed., Islam dan Koperasi, h.60
45
Ibid., h.607
B. AKAD WADI’AH DAN MURABAHAH