d. Proses disenterik
Pada proses ini terjadi peradangan pada mukosa dari ileum terminal dan usus besar. Peradangan ini terjadi akibat invasi bakteri patogen, terjadi edema mukosa,
perdarahan, dan infiltrasi lekosit. Absorbsi cairan, yang merupakan fungsi utama usus besar dapat menurun. Iritasi pada usus besar dapat menyebabkan peningkatan
frekuensi defekasi dan sering disertai tenesmus. Bakteri yang sering menjadi penyebab adalah Shigella sp, Salmonella sp, Campylobacter jejuni, dan beberapa
jenis E.coli EIEC. Garnadi Y dkk, 2000
e. Defek sistem pertukaran aniontransport elektrolit aktif di enterosit.
Diare tipe ini disebabkan adanya hambatan mekanisme transport aktif natrium Na
+
, kalium K
+
, adenosine triphosphate-ase ATP-ase di enterosit dan absorbsi Na
+
dan air yang abnormal. Dalam keadaan normal transpor aktif Na
+
K
+
ATP- ase berfungsi antara lain untuk penyerapan glukosa, asam amino dan ion Cl
-
. Bentuk diare ini antara lain berupa diare klorida kongenital dan kelainan transpor Na
+
usus. Behrman R, Kliegman R, Jenson H, 2004; Sudoyo AW, 2009
f. Motilitas dan waktu transit usus abnormal.
Diare tipe ini disebabkan hipermotilitas dan iregularitas motilitas usus sehingga menyebabkan absorpsi yang abnormal di usus halus. Akibatnya tidak semua jumlah
nutrien dapat dicerna atau diserap dengan baik di usus halus. Penyebab gangguan motilitas antara lain diabetes melitus, pasca reseksi lambung, vagotomi, dan
hipertiroid. Behrman R, Kliegman R, Jenson H, 2004; Sudoyo AW, 2009
g. Gangguan permeabilitas usus
Diare tipe ini disebabkan permeabilitas usus yang abnormal yang disebabkan adanya kelainan morfologi membran epitel spesifik pada usus halus. Dapat
disebabkan antara lain oleh infeksi dan penyakit seliaka. Pada penyakit seliaka, pasien memiliki kepekaan terhadap glutengliadin komponen gandumpadi-padian
sehingga apabila usus terpajan gluten akan memicu respons imun antara lain datangnya sel B dan sel plasma di usus halus dan sel limfosit di lambung. Akibatnya
terjadi kerusakan enterosit yang mengakibatkan pendataran vilusberkurangnya luas permukaan penyerapan
.
Sudoyo AW, 2009
2.6. Manifestasi klinis
Diare akut karena infeksi dapat disertai muntah, demam, tenesmus, hematokezia, nyeri perut, dan kejang perut. Mula-mula bayi anak menjadi cengeng,
gelisah, suhu badan mungkin meningkat, nafsu makan berkurang. Tinja makin cair, mungkin mengandung darah dan atau lendir, warna tinja berubah menjadi kehijau-
hijauan karena tercampur empedu. Karena seringnya defekasi, anus dan sekitarnya lecet karena tinja makin lama menjadi asam akibat banyaknya asam laktat, yang
terjadi dari pemecahan laktosa yang tidak dapat diabsorpsi oleh usus. Asnil P dkk, 2003
2.7. Faktor risiko diare
Beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan enteropatogen: a. Tidak memberikan ASI secara penuh pada bayi sejak lahir sampai usia 4-6 bulan.
b. Tidak cukup tersedianya air bersih. c. Tercemarnya air oleh tinja.
d. Tidak ada kurangnya sarana MCK mandi, cuci, kakus. e. Kebersihan perorangan dan lingkungan yang buruk.
f. Cara penyimpanan dan penyediaan makan yang tidak higienis. g. Menggunakan botol susu yang kurang bersih. Markum AH, 1997; Garnadi Y dkk,
2000 Beberapa faktor risiko pejamu yang dapat meningkatkan kerentanan pejamu
terhadap enteropatogen diantaranya malnutrisi, imunodefisiensi, imunodepresi,
rendahnya kadar asam lambung, peningkatan motilitas usus, serta faktor genetik. Markum AH, 1997; Garnadi Y dkk, 2000
2.8. Diagnosis diare