42
1. Upakara
Peralatan yang diperlukan dalam Ngaben Sarat terdiri dari peralatan inti dan
peralatan penunjang. Peralatan inti adalah: Pepaga adalah jenis Bale yang dipakai
untuk memandikan Sawa yang baru meninggal;
55
Pengulungan dibuat dengan
tikar dan kain putih kasa kain putih bertuliskan Padma dengan aksara Walung
Kapala; Lante atau Rante Dibuat dari sebitan serpihan penjalinan atau rotan.
Penjalin ini digulungkan dengan tali ketikung yang dibuat dari penjalin atau bambu;
56
Salepa Adalah jenis peti mati tahap pertama; Bandusa peti mati tahap
kedua, menyerupai perahu bercadik. Bentuk menyerupai perahu simbol
kendaraan penyeberangan dari alam nyata ke alam tidak nyata; Tumpang Salu
tempat dimana Sawa yang ada dalam peti Bandusa mendapatkan Samskara Penyucian;
57
Tatindih adalah penutup Bandusa; Wukur wukur dibuat dari
uang kepeng.
58
Peralatan inti lainnya termasuk Sawa Karsian pengganti sawa yang pernah dipendam, simbolik dari badan manusia Sawa; Pangrekan adalah kumpulan
kwangen sebagai simbol Padma; Kreb Sinom artinya kerudung muda atau kerudung bunga; Kajang artinya selimut; Adegan Pisang Jati artinya
perwujudan atau simbolik dari swadharma manusia utama; Angenan adalah
55
Bale ini dibuat dari bambu dengan mempergunakan sedikit kawat emas, perak dan tembaga untuk mengikat alasnya. Kawat emas, perak, dan tembaga adalah Tri datu yang
merupakan elemen penting ini bumi kita ini. Bisa juga dilihat dalam Drs. I Ketut Wiana, Makna Upacara Yajna dalam Agama Hindu, Surabaya: Paramita, 2004, h. 78.
56
Ketekung adalah perubahan dari ulat menjadi kupu-kupu. Demikianlah diibaratkan manusia mati, yang merupakan proses untuk lahir kembali menjadi manusia.
57
I Gusti Ketut Kaler, Ngaben: Mengapa Mayat Dibakar? Denpasar: Yayasan Dharma Naradha, 1993, h. 53 dan 55.
58
Drs. I Nyoman Singgin Wikarman, Ngaben: Upacara Dari Tingkat Sederhana Sampai Utama Surabaya: Paramita, 2002, h. 96-145 atau juga bisa dilihat dalam I Gusti Ketut Kaler,
Ngaben: Mengapa Mayat Dibakar? Denpasar: Yayasan Dharma Naradha, 1993.
43 simbol jantung manusia;
59
Sok Bekel adalah merupakan bekal bagi orang yang akan kembali kepada asalnya; Lis Pering adalah sepasang lis yang dibuat dari
ron jaka; Kesi-Kesi DelingJemek adalah simbol dari Atma Preta dan diletakkan dilepitan bagian hulu tempat Sawa; Iber-Iber berupa ayam atau
burung;
60
Tah Mabakang-Bakang sabit yang berfungsi untuk merabas apa saja yang merintangi perjalanan Atma untuk kembali ke asalnya; Gender adalah
gamelan yang memakai laras salendra; Penuntun berfungsi untuk menuntun roh orang yang sudah meninggal agar kembali ke asalnya; Sanggah Cucuk dan
Damar Kurung jenis Sanggah yang dipakai untuk persembahan kepada
bhutakala; Kaki Patuk dan Dadong Sempret adalah orang-orangan yang
berwujud laki dan perempuan, yang disebut kaki patuk dan dadong sempret.
Selanjutnya, peralatan inti juga termasuk Wadah atau Bade
61
pengusungan
Sawa untuk pergi ke setra; Tragtag adalah wadah untuk menyelesaikan sawa ke wadah. tangga ini melambangkan undangan yang menuju sorga; Ubes-ubes
adalah sejenis papecut yang mempergunakan bulu merak pada ujungnya;
Pemanjangan adalah sekarura, yakni bunga kwangen bercampur uang kepeng,
yang ditaburkan sepanjang jalan; Cegceg adalah berupa butir padi yang dimasuki uang kepeng; Bale Gumi adalah Bale yang berundag tiga dengan lantainya tanah.
Bale Gumi adalah tempat Sawa yang akan dibakar; Bale lunjuk atau Bale
59
I Gusti Ketut Kaler, Ngaben: Mengapa Mayat Dibakar?, h. 61-62.
60
Binatang ini diterbangkan ketika Sawa mulai dibakar sebagai simbol perginya Atma dari badan kembali ke asalnya. I Gusti Ketut Kaler, Ngaben: Mengapa Mayat Dibakar?, h. 107-108.
61
Menurut perlengkapannya wadah ini dibagi tiga; Wadah dengan dasar babogeman; Wadah dengan dasar bade; Bade wadah dengan papalihan lengkap, serta atapnya bertingkat-
tingkat yang disebut tumpang. Bilangan tumpang umumnya ganjil, yakni 11, 9, 7, 5, dan 3. Bilangan tumpang melambangkan kekuasaan. Makin besar kekuasaan seseorang atau leluhurnya,
maka tumpangnya akan lebih tinggi. Mengenai Bade atau pengusung jenazah ini bisa diperjelas dalam I Gusti Ketut Kaler, Ngaben: Mengapa Mayat Dibakar?, h. 81-97.
44
Salunglung artinya Bale keindahan atau keasrian. Di bawah bale inilah Sawa itu
dibakar; Patulangan adalah tempat untuk membakar Sawa; Bale Pering ini
berfungsi sebagai tempat menghaluskan abu tulang yang telah dibakar Asti
Widhana; Jempana adalah wahana untuk menghanyut atau melarung sekah atau tulang yang telah dihaluskan; Bale Pawedaan adalah bale tempat Pendheta
memuja; Sanggar Surya adalah sanggar untuk mempersembahkan banten
upasaki kepada Surya. Disamping peralatan dan sarana yang diperlukan demikian banyaknya
dalam upacara Ngaben Sarat, juga jenis upakara bebanten. Upakara bebanten juga banyak sekali diperlukan, namun secara garis besarnya dapat digolongkan
menjadi: bebanten untuk upasaki di Sanggah Surya dengan ayaban sornya, unit banten pamlaspas, banten ayaban, banten yang berfungsi sebagai pebersihan,
banten yang berfungsi sebagai oleh-oleh, banten yang merupakan simbol-simbol dari bagian-bagian badan, banten pamerasan dan pengampin, banten-banten
upasaki Piuning.
62
Kemudian masih ada banten lain lagi, yang sangat penting yaitu: Bebangkit Pengiriman. Bebangkit ini berfungsi untuk ―ngirim‖ Sang Pitra dan sisa-sisa
galihnya tulangnya ke laut. Demikianlah beberapa unit jenis bebanten serta arti simboliknya, yang dipergunakan dalam upacara Ngaben Sarat itu.
2. Upacara