24 berbuat jelek atau jahat ia akan dilahirkan kembali sebagai manusia yang
jahat. Karena itu manusia itu perlu dilahirkan kembali berulang kali di dunia supaya perbuatan-perbuatan buruknya dapat tertebus. Hanya atman yang
mulia dan tinggi yang sudah tahu akan maya saja mampu mengatasi hukum karma dan mencapai kebebasan serta lepas dari samsara.
26
Manusia hidup tidak lepas dari kerja. Kerja itu atas dorongan suksma sarira Budi, Manah, Indria, dan Aharalagawa setiap kerja akan berpahala. Kerja
yang baik Subha Karma, akan mandapatkan pahala yang baik pula. Sebaliknya apabila kerja buruk Asubha Karma, maka akan berakibat
keburukan pula. Pahala karma ini akan merupakan beban bagi atman yang akan kembali asalnya. Lebih-lebih karma yang buruk. Ia merupakan beban
atman yang akan menghempaskan ke alam bawah neraka. Oleh Karena itu, manusia perlu membebaskannya. Hal inilah yang menyebabkan perlunya
diadakan upacara Ngaben yang salah satu aspeknya akan menebus dan menyucikan dosa-dosa itu
4. Samsara
Upanishad juga mengajarkan tentang samsara, yaitu bahwa kehidupan bukan saja akan berakhir dengan kematian, tetapi kematian pun akan berakhir dengan
kehidupan. Artinya, yang hidup akan mati dan yang mati akan hidup lagi, demikian seterusnya. Tinggi rendahnya kehidupan yang kemudian tergantung
pada karma. Perbuatan baik yang lebih banyak daripada perbuatan buruk akan
26
Alef Theria Wasim, Agama Hindu dalam Agama-Agama Di Dunia Yogyakarta : IAIN Sunan Kalijaga Press, 1988, h. 75-76.
25 mengakibatkan karma yang baik sehingga kehidupan baru itu pun akan lebih
baik daripada kehidupan yang sebelumnya. Samsara adalah perputaran kelahiran kembali. Hanya manusia yang telah
mencapai Atman yang mulia dan yang tahu akan maya saja yang dapat mengatasi hukum karma dan mencapai moksa. Orang semacam ini akan
terlepas dari keterikatannya dengan proses ulang kelahiran kembali atau samsara. Untuk dapat lepas dari samsara ia harus menghancurkan dan
menumpas keinginan-keinginannya, yaitu dengan mengetahui bahwa Atman dan Brahman sehingga dapat sampai pada pengetahuan yang sejati jnana.
Barang siapa mencapai tingkatan ini ia akan mencapai moksa, yaitu kelepasan, dan sadar bahwa segala sesuatu adalah satu. Ia akan mencapai kesatuan
dengan Brahman, dan berhak disebut sebagai jiwanmukti.
27
Samsara artinya penderitaan. Atman lahir berulang-ulang ke dunia ini. Syukur kalau lahirnya menjadi manusia utama, atau setidak-tidaknya menjadi
manusia. Akan menjadi sangat menderita kalau lahir menjadi binatang. Oleh karena itu perlu dilaksanakan upacara Ngaben, yang salah satu tujuannya
adalah untuk melepaskan atman supaya dapat kembali ke asalnya.
5. Moksa
Moksa merupakan tujuan ahkhir dari agama Hindu atau bisa dikatakan bahwa moksa ini adalah kebahagiaan abadi yang menjadi tumpuan harapan semua
umat Hindu. Moksa diartikan sebagai suatu istilah untuk menyebutkan kalau
27
Alef Theria Wasim, Agama Hindu dalam Agama-Agama di Dunia, h. 75.
26 roh manusia telah kembali dan menjadi satu dengan tuhan.
28
Jadi, Atman rindu kembali kepada Brahman atau bisa dikatakan manusia itu selalu rindu
dan ingin kembali kepada asalnya, yaitu Tuhan. Di mana roh tidak mengalami kelahiran kembali, artinya bebas dari inkarnasi serta mencapai kebahagiaan
yang tertinggi, yaitu kebahagiaan tanpa wali duka. Demi tercapainya moksa itu, maka atman harus disucikan. Dosa-dosanya harus dibebaskan
keterikatannya dengan duniawi harus diputus, kemudian terakhir ia harus dipersatukan dengan sumbernya. Inilah yang menjadi konsep dasar upacara
Ngaben, memukur dan terakhir ngalinggihing dewa hyang sanggah kamulan atau ibu dengen. Hal ini mengandung arti Atman bersatu dengan sumbernya
kamulan kawitan atau dengan kata lain mencapai moksa. selain itu juga Ngaben ini merupakan langkah untuk mempercepat proses moksa.
Meskipun adanya, namun moksa belum tentu bisa dicapai dengan Ngaben. Hal ini sesuai dengan penjelasan Bapak Dewa Ketut Suratnaya:
“kalau berbicara moksa tanpa dibakar pun orang akan bisa moksa. Moksa itu kan kembali dikaitkan dengan karma dan kemudian ini juga
kalau kita membicarakan moksa maka kaitannya dengan reinkarnasi. Reinkarnasi itu katakanlah orang jawa mengatakan itu menitis, penitisan
orang Bali bilang mesurye, meteje kemudian reinkarnasi purnabawa seolah-olah kalau orang itu mati sebetulnya dia justru pada saat mati.
Setelah mati ia mulai kehidupan baru hanya dia akan ganti badan sesuai dengan karmanya gitu. Kalau dia masih punya katakanlah karma baiknya
masih karma buruknya lebih besar daripada karma baiknya maka dia harus menuntaskan dengan kehidupan yang berikutnya dan karma-karma
ini hanya bisa diselesaikan kalau dia hidup lagi dia punya badan baru lagi dimulai lagi dari nol dia seperti itu.
Nah, kalau moksa ini kan pelepasan artinya kalau orang udah nol karmanya maka dia tidak ada alasan untuk lahir lagi. Maka dia di sana ia
akan berada di alam Tuhan moksa itu sebetulnya. Tidak bisa diartikan
28
Cudamani, Pengantar Agama Hindu: Untuk Perguruan Tinggi Jakarta: Yayasan Wisma Karya, 1987, h. 99.
27 sebagai penyatuan seperti air dengan api seperti kita misalnya 2 atau 3
orang menyatu blek. Kita bayangkan moksa seperti air sungai yang mengalir ke laut ketika mengalir di laut kita tidak akan bisa memisahkan
lagi tapi ada di sana seperti itu.
Dan orang yang diaben itu belum tentu semua moksa. Tergantung karmanya dan pengabenan itu tidak mutlak bisa membebaskan semua roh-
roh itu menjadi moksa. Tidak bisa Belum tentu, tergantung karma yang menentukan dan upacara itu kan sekedar sebuah upaya dan dianggap
sebagai kewajiban dari keturunannya untuk menyelesaikan membantu. Karena bagiamana pun juga roh itu bodoh dia membutuhkan tuntunan
butuh seperti itu.
Jadi, moksa sebetulnya bukan karena diaben, tidak bisa kita katakan bahwa orang yang di aben pasti moksa walaupun tujuan agama Hindu
akhirnya adalah moksa. Ya moksa itu artinya kita tidak terbatas ruang dan waktu dan kita tidak kena proses di alam manapun artinya kita tidak kena
proses misalkan kalau panas tidak kepanasan, dingin tidak kedinginan dan kita bisa berada di mana saja si roh ini jadi tidak ada lagi ruang dan waktu
yang membatasi dia, itu yang kita maksudkan dengan moksa. Walaupun istilahnya roh penyatuan dengan Tuhan.
Demikian juga konsep moksa ini penyatuan atman dengan Brahman, atman dengan Tuhan jangan diartikan lalu luluh lebur menyatu bisa saja
kita menyatu. bisa saja kita menemukan sesuatu kebesaran pelepasan itu juga sudah termasuk moksa.
Dan bahkan dalam Hindu dikenal moksa sewaktu masih hidup. Ketika orang ini tidak terikat lagi dengan dunia, alam dunia kebutuhan dunia
walaupun dia masih hidup. Masih makan masih minun tapi kalau dia mampu melepaskan ikatan-ikatan duniawi ini keterikatan duniawi ini dia
termasuk moksa di dunia namanya Diwan Mukti, nah ini juga moksa. Kalau di Hindu itu konsep diwan mukti ini umumnya ada pada orang-
orang yang sudah memiliki tingkat kesucian yang tinggi seperti misalnya para Bhiku, para Rsi kemudian para Pandita-pandita karena mereka waktu
menapak dari orang biasa menjadi orang suci ini mereka sudah harus mampu melepaskan ikatan-ikatan duniawi ini. Ya termasuk hubungan
dengan istri, hubungan dengan keluarga, hubungan dengan anak cucu itu gak ada. Secara spiritual nah ini diwan mukti mereka ini, sehingga waktu
prosesi dari orang biasa menjadi orang suci mereka sama seperti orang menaik haji mereka itu tidak pakai pakaian dalem jadi pundala namanya
hanya dipakai baju putih dilipatkan kedalem tubuh seperti itu. Ada proses seperti itu. Ya ini diwan mukti sewaktu masih hidup nah ini juga moksa
namanya. Tidak ada jaminan setiap upacara dalam Hindu itu hanya merupakan sebuah upaya dan pelaksanaan sebuah kewajiban, karena
kewajiban moral tadi orang mengatakan hutang kepada leluhurnya utang
28 kepada wujud kuasa Tuhan atau dewa-dewa dan hutang kepada Tuhan itu
sendiri. Jadi ga menjamin itu hanya sebuah upaya.”
29
C. Landasan Khusus