Zulpan Siregar Profil Informan dan Temuan Data 1. Informan Kunci

begitu saya kenal, nanti dulu lah, paling nggak saya minta borro jaminan sama dia. Kalau masalah bunga dan dengan apa mereka bayarnya, tergantung permintaan mereka masing-masing maunya bagaimana..”Wawancara, Desember 2008.

2. Zulpan Siregar

Bapak Zulpan Siregar atau biasa disapa pak Zul adalah seorang pedagang sekaligus pengusaha yang terbilang cukup sukses di daerah Kampung Mesjid dan sekitarnya. Pak Zul adalah seorang penganut agama Islam, memiliki perawakan tubuh semampai, kulit sawo matang dan berambut lurus. Lelaki berusia 51 tahun ini masih kelihatan segar dan awet muda karena ia selalu berpenampilan bersih dan rapi. Ia mempunyai seorang isteri dan 5 orang anak yang terdiri dari 3 orang anak laki-laki dan 2 0rang anak perempuan. Anak pertamanya adalah seorang polisi yang bertugas di daerah Lubuk Pakam, Deli Serdang dan sudah berkeluarga. Anaknya yang kedua sudah bekerja sebagai pengacara muda di Medan dan baru setahun yang lalu menikah dan sekarang tinggal di Medan. Sedangkan anaknya yang ketiga seorang perempuan sedang menjalani kuliah tingkat II bidang keperawatan di salah satu Akademi Keperawatan yang ada di Medan. Sementara dua orang anaknya yang lain yaitu anaknya yang keempat dan kelima masing-masing masih bersekolah pada tingkat SMA dan SMP yang ada di desa Kampung Mesjid itu. Keseharian pak Zul diisinya dengan berjualan kebutuhan pertanian seperti benihbibit tanaman pertanian, pupuk, pestisida dan alat-alat pertanian seperti cangkul, babat dan lain-lain. Ia berjualan di kios yang ia punya yang sudah lama ia bangun sejak ia memulai usahanya tersebut yakni sejak 12 tahun Universitas Sumatera Utara yang lalu dan sekarang telah mengalami beberapa kali renovasi bangunannya. Selain usahanya sebagai seorang pedagang, pak Zul juga memiliki usaha yang lain yang terbilang lebih menjanjikan yakni usaha pertanian dan perkebunan. Ia memiliki tanah seluas 22 Ha yang terdiri dari 12 Ha lahan pertanian dan 10 Ha lahan perkebunan. Belum lagi ditambahkan dengan usaha sampingannya sebagai seorang tengkulak yang memiliki cukup banyak langganan atau nasabah. Menurutnya, usaha sebagai seorang tengkulak merupakan salah satu wujud sumbangsihnya terhadap wargapenduduk setempat yang secara tidak langsung ia dapat menolongmembantu meringankan beban ataupun kesulitan yang dialami oleh para petani di daerah itu. “Alasan saya menjadi seorang yang ngasi pinjaman modal sama petani bukan Cuma mau nyari keuntungan dari bunga pinjaman yang saya kasi sama mereka petani aja, tapi saya juga mau nolong mereka, karena cuma mau cari penghasilan saya rasa penghasilan saya dari jualan dan hasil dari kebun saya saja udah lebih dari cukup..”Wawancara, Desembar 2008. Mengenai tata cara peminjaman, syarat-syarat, besaran bunga dan sanksi atas pelanggaran kesepakatan perjanjian atas pinjaman yang ia berikan ia mengaku tidak terlalu menjelaskannya panjang lebar kepada petani karena menurutnya para petani itu sendiri sudah mengerti dan itu artinya antara mereka sudah saling mengerti. “Saya pikir mereka petani sudah banyak tau soal ini karena mereka juga udah biasa dan rata-rata dari mereka itu langganan saya tiap musim tanam..”Wawancara, Desember 2009. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan pengalaman yang telah ia lewati selama ini sangat jarang ia mengalami pengalaman buruk misalnya nasabah tidak membayar ataupun terlambat membayar karena menurutnya ia sudah menjalin hubungan yang baik dengan para nasabahnya sehingga kemungkinan untuk ia tertipu oleh nasabahnya tidak pernah terjadi. Kalaupun pernah terjadi mereka tidak membayar ataupun terlambat mengembalikan pinjaman, itu disebabkan karena mereka mengalami gagal panen karena musibah ataupun bencana alam seperti banjir dan lain-lain. “Memang pernah mereka itu lambat bayar bahkan ada yang nggak bayar, tapi mereka datangi saya dan jelaskan alasannya karna kena banjir jadi orang itu nggak panen, ya saya mau bilang apalagi kalau alasananya udah kayak gitu, ya saya maklumi sajalah.., mereka juga nggak sengaja dan bukan maunya orang itu kejadiannya kayak gitu..”Wawancara, Desember 2008.

3. P. Sianipar Bang Ucok