Imam Santoso mas Imam

4.2.2. Informan Biasa A. Warga Biasa

1. Imam Santoso mas Imam

Mas Imam adalah seorang Pegawai Negeri Sipil PNS yang bekerja sebagai seorang guru disebuah Sekolah Dasar SD Negeri yang ada di Desa Kampung Mesjid dan telah mengabdi selama lebih kurang 10 tahun. Lelaki berusia 35 tahun ini adalah seorang muslim dan sudah berkeluarga selama 12 tahun serta telah dikaruniai 3 orang anak yang terdiri dari 2 orang laki-laki dan 1 orang perempuan. Anaknya yang pertama adalah laki-laki berusia 11 tahun dan sedang duduk di kelas V lima SD dang yang kedua juga laki-laki berusia 8 tahun yang duduk di kelas III tiga SD. Anaknya yang ketiga seorang perempuan yang masih belum bersekolah dan berusia 4 tahun. Mas Imam yang berpendidikan Sekolah Pendidikan Guru SPG ini merupakan penduduk asli Desa Kampung Mesjid. Sejak ia Kecil, ia tinggal dan bersekolah di Desa tersebut hingga tingkat menengah SMP, kemudian ia melanjutkan pendidikan SPG. Sebelum menjadi seorang PNS, mas Imam juga telah mengabdi sebagai seorang tnaga guru honor di tempat ia bekerja sekarang selama 4 tahun. Mas Imam berasal dari keluarga petani, ia dilahirkan, dibesarkan dan tumbuh berkembang hingga menjadi seorang guru dari hasil jerih payah orang tuanya sebagai petani, oleh karena itu sedikit benyaknya duna pertanian sudah mendarah daging dalam hidupnya. Meskipun sekarang mas Imam bekerja sebagai seorang guru, namun ia tetap bertani sebagai usaha sampingan yang ia kerjakan disela-sela waktunya sebagai seorang guru. Universitas Sumatera Utara ”sejak kecil saya sudah bertani, jadi bertani merupakan kebiasaan yang menjadi hoby dalam hidup saya” Wawancara, Desember 2008. Berdasarkan penjelasan yang diberikan oleh mas Imam kepada penulis pada waktu wawancara, sudah sejak lama istilah tengkulak ada di Desa Kampung Mesji itu. Menurutnya keberadaan tengkulak di desa tersebut sudah sangat sulit dihilangkan karena sudah menjadi kebiasaan para petani di desa tersebut untuk meminjam modal kepada tengkulak yang tanpa mereka sadari hal itu menjadi suatu ketergantungan bagi mereka terhadap para tengkulak. Secara ekonomi sangat jelas petani dirugikan dalam sistem tengkulak tersebut karena selain harus membayar bunga pinjaman mereka juga tidak dapat secara bebas memilih kemana mereka harus menjual hasil panennya. Namun secara sosial budaya, petani tidak merasa dirugikan dan menganggap bahwa hubungan antara petani dengan tengkulak tersebut adalah hubungan yang saling menguntungkan bagi kedua belah pihak. Hal itu terjadi akibat dari pengetahuan dan tingkat pendidikan para petani di desa tersebut masih sangat rendah. Oleh karena itu para petani lebih memilih meminjam modal kepada tengkulak dibandingkan pihak Bank maupun Pemerintah melalui kredit lunak yaitu program kredit usaha tani KUT yang perneh ada di desa itu. Alasannya tak lain adalah masalah prosedur dan sistem yang mereka anggap berbeblit dan menyulitkan. Sedangkan kalau mereka meminjam kepada tengkulak tidak harus menggunakan syarat-syarat dan prosedur yang sulit, cukup dengan lisan dan saling percaya saja. Universitas Sumatera Utara

2. Buyung Hasibuan