modaltengkulak sebagai pihak pembeli. Posisi petani sebagai pihak pembeli dan pemilik modaltengkulak sebagai penjual adalah pada waktu musim tanam tiba
sampai menjelang panen, dimana para petani membeli peralatan dan kebutuhan pertanian lainnya seperti benih, pestisidaobat-obatan dan lain-lain yang tersedia dan
dijual di kiostoko yang dimiliki oleh para pemilik modaltengkulak. Sedangkan posisi petani sebagai penjual dan pemilik modaltengkulak sebagai pembeli adalah
pada waktu panen tiba, dimana para petani menjual hasil panennya kepada para pemilik modaltengkulak.
Adapun pola hubungan yang terjadi antara petani dengan pemilik modaltengkulak memiliki latar belakang kebiasaan dikalangan petani, dimana petani
menjadi terbiasa meminjam modal kepada pemilik modaltengkulak dan canderung tidak mau melepaskan diri dari pola-pola lama yang tanpa mereka sadari menjadikan
mereka malas. Akibatnya pola-pola lama tersebut menimbulkan pola ketergantungan terhadap modal pinjaman yang diberikan pemilik modaltengkulak kepada mereka
tanpa peduli konsekunsi dari apa yang menjadi kebiasaan mereka tersebut. Berikut ini adalah penjelasan dari beberapa pola yang melatarbelakangi terjadinya pola hubungan
petani dengan pemilik modaltengkulak.
a. Pola Pertukaran sosial
Dalam teori pertukaran social yang dikemukakan oleh Turner, terdapat beberapa pokok pikiran diantaranya manusia selalu mencari keuntungan dalam
transaksi sosialnya dengan orang lain dan mereka selalu melakukan perhitungan untung ruginya. Dalam kaitannya dengan hubungan tengkulak dengan petani, tampak
jelas kedua hal tersebut terjadi di dalamnya, dimana kedua belah pihak khususnya
Universitas Sumatera Utara
tengkulak selalu berusaha mencari keuntungan dari hubungannya dengan petani. Tengkulak memberikan modal pinjaman kepada petani tentu saja karena ia
mengharapkan keuntungan melalui bunga yang diberlakukan atas pinjaman yang ia diberikan dan ia juga berharap memperoleh keuntungan dari monopoli perdagangan
hasil panen padi dari para petani yang merupakan nasabahnya yang diwajibkan oleh tengkulak untuk menjual hasil panen mereka petani kepadanya.
Sedangkan bagi pihak petani, keuntungan yang mereka peroleh adalah kemudahan dalam memperoleh pinjaman modal atau akses serta proses injaman
modal yang mudah dan cepat. Tanpa harus melalui prosedur dan persyaratan tetentu, para petani bias memperoleh modal pinjaman yang mereka butuhkan, bahkan tanpa
menunggu waktu yang lama atau dengan kata lain kapan saja mereka petani membutuhkannya, maka para tengkulakpun bersedia memberikannya.
Dalam hubungan tengkulak dengan petani yang terjadi di desa Kampung Mesjid ini, pertukaran secara umum antar individu berlangsung dalam hamper semua
konteks social. Tidak hanya pertukaran komoditas yang berwujud saja yang terjadi misalnya modal tanah, uang, banih, pupuk, pestisida, dan lain-lain, ditukarkan
dengan hasil panen padi petani, namun juga pertukaran berbagai komoditas tak terwujud seperti perasaan dan jasa juga terjadi. Hubungan timbale balik yang terjadi
terus menerus dengan lancer akan menimbulkan rasa simpati antar kedua belah pihak, yang selanjutnya membangkitkan rasa saling percaya dan rasa dekat. Tak jarang dari
mereka petani menganggap tengkulak adalah mitra yang baik bagi mereka bahkan banyak dari mereka yang menganggapnya sebagai saudara ataupun keluaraga yang
selalu dapat membantu mereka. Demikian juga sebaliknya, tangkulak menganggap
Universitas Sumatera Utara
petani sebagai asset yang penting dan harus dijaga dengan baik karena mereka petani dapat mandatangkan keuntungan bagi para tengkulak.
b. Pola Tidakan Sosial