panen tanaman yang dikerjakannya, sedangkan rentenir harus menggunakan uang kontan, jelas bang Buyung.
”kalau tengkulak pinjaman yang diberikan nggak mesti uang, tapi bisa kebutuhan-kebutuhan lain yang diperlukan petani dan
pengembaliannya juga bisa pakek hasil panen, kalau rentenir kan hanya meminjamkan uang saja dan pengembaliannya juga harus
dengan uang kontan dan dengan bunga yang sudah ditetapkan sekian persen” Wawancara, Desember 2008.
Menurut pendapat bang Buyung, tengkulak merupakan salah satu faktor pendorong kemajuan pertanian di desa Kampung Mesjid ini karena
tengkulak merupakan salah satu pihak yang mendukung jalannya pertanian dari segi permodalan dan pemasaran.
”kalau tengkulak kan ngasi modal sama petani langganannya yang jual hasil panennya sama dia, jadi menurut aku ya wajar itu terjadi
sebagai bentuk pelayanan dia sama pelanggannya, jadi kan sama- sama menguntungkan” Wawancara, Desember 2008.
3. Suherman
Suherman adalah seorang wiraswasta yang berusia 26 tahun dan masih melajang. Pemuda yang akrab disapa Herman ini memulai usahanya yaitu
membuka sebuah bengkel sepeda motor sejak ia lulus sekolah SMK jurusan otomotif sekitar + 7 tahun yang lalu. Herman adalah seorang muslim yang
memiliki postur tubuh tinggi semampai dan agak kurus, kulit coklat agak hitam dan berambut ikal. Ia sangat dikenal oleh kalangan pemuda di desa Kampung
Mesjid karena keahliannya dalam bidang otomotif yang cukup diakui di desa itu. Herman merupakan penduduk asli yang lahir dan dibesarkan di desa
Universitas Sumatera Utara
Kampung Mesjid pula. Ia tinggal bersama orang tuanya yang rumahnya terletak tidak jauh dari bengkeltempat usahanya berdiri.
Meskipun usianya masih terbilang muda, namun pemikiran Herman dapat dikatakan cukup matang dan dewasa. Ia juga sangat memahami dan
banyak mengetahui kehidupan masyarakat di desa tempat tinggalnya tersebut. Menurut penilaian Herman sebagian masyarakat di desa ini tidak berpikir jauh
kedepan, mereka hanya berpikir bagaimana bisa memenuhi kebutuhan sekarang tanpa memikirkan apa yang akan terjadi dimasa depan. Berikut penjelasannya :
”masyarakat di desa ini punya kebiasaan buruk pada waktu musim panen, dimana mereka bergaya hidup mewah dan bahkan terkesan
hura-hura dan berpoya-poya. Lebih parahnya lagi tidak sedikit dari mereka yang menghabiskanmenghambur-hamburkan uang hasil
panennya untuk berjudi dan mabuk-mabukan, akibatnya bila musim paceklik tiba, nggak ada pilihan selain harus berhutang yang secara
sadar ataupun tidak mereka harus terperangkap dalam sistem tengkulak yang merupakan lingkaran setan yang tak pernah ada
habisnya” Wawancara, Desember 2008.
B. Petugas Penyuluh Pertanian Lapangan PPL
Penyuluhan pertanian dapat juga disebut bentuk pendidikan non-formal. Suatu bentuk pendidikan yang cara, bhan dan sasarannya disesuaikan dengan
keadaan, kepentingan, waktu maupun tempat petani. Tujuan utamanya adalah untuk menambah kesanggupan petani dalam usahataninya. Hal ini berarti melalui
penyuluhan pertanian diharapkan adanya perubahan perilaku petani, sehingga mereka dapat memperbaiki cara bercocok tanam, menggemukkan ternak, agar lebih besar
penghasilannya dan lebih layak hidupnya. Tugas penyuluhan pertanian terutama menyangkut usaha membantu petani agar senantiasa meningkatkan efisiensi
Universitas Sumatera Utara
usahatani. Sedangkan bagi petani, penyuluhan itu adalah suatu kesempatan pendidikan di luar sekolah, di mana mereka dapat belajar sambil berbuar learning by
doing.
1. Gempar Ritonga, SP. 49