Gempar Ritonga, SP. 49 Mora Sejahtera Siregar 31

usahatani. Sedangkan bagi petani, penyuluhan itu adalah suatu kesempatan pendidikan di luar sekolah, di mana mereka dapat belajar sambil berbuar learning by doing.

1. Gempar Ritonga, SP. 49

Pak Gempar adalah seorang petugs Penyuluh Pertanian Lapangan PPL yang sudah bertugas selama 28 tahun. Usia pak Gempar sekitar 49 tahun dan sudah bertugas di desa ini selama + 11 tahun sejak tahun 1997. Pak Gempar merupakan bapak dari 4 orang anaknya yaitu 3 orang anak perempuan dan 1 orang anak laki-laki. Sebelum bertugas di desa ini, pak Gempar juga pernah ditugaskan di daerah lain yaitu tepatnya di desa Simandulang Kecamatan Kualuh Leidong. Pak Gempar mengaku kalau sudah sejak lama ia mengenal istilah tengkulak dan sejenisnya seperti pengijon, rentenir dan lain-lain. Ia juga menerangkan kalau di desa tempat ia bertugas sekarang ini yakni desa Kampung Mesjid praktek tengkulak juga terjadi. Ia juga menambahkan bahwa praktek tengkulak itu sangat sulit dipisahkan dari dunia pertanian, hal itu terbukti dari pengalaman selama ia bekerja sebagai penyuluh pertanian dan ia selalu menemui praktek-praktek tengkulak di daerah-daerah pertanian tempat ia bertugas. ”sebenarnya hubungan antara petani dengan tengkulak di desa ini berawal dari hubungan antara penjual pambeli hubungan dagang, namun kemudian menjadi hubungan yang saling membutuhkan meskipun disadari ataupun tidak salah satu pihak dirugikan” Wawancara, Desember 2008. Universitas Sumatera Utara Menurut keterangan pak Gempar di desa ini pernah diadakan program kredit lunak yang diberikan oleh pemerintah untuk membantu para petani dalam hal permodalan yang diberi nama Kredit Usaha Tani KUT. Namun program kredit itu tidak berjalan sesuai dengan harapan dan terbilang macet. Hal itu disebabkan karena krisis kepercayaan dari masyarakat terhadap pihak pemerintah dan mereka mengganggap tidak perlu mengembalikanmembayar kredit yang sudah diberikan tersebut.

2. Mora Sejahtera Siregar 31

Pak Regar, demikian ia akrab disapa oleh masyarakat desa Kampung Mesjid itu. Pria berusia 31 tahun ini merupakan bapak dari 2 orang anaknya dari hasil pernikahannya dengan istrinya sejak 5 tahun yang lalu dan kedua anaknya adalah laki-laki yang masing-masing berumur 4 dan 2 tahun. Pendidikan terakhirnya adalah tamat SPMA Sekolah Pertanian Menengah Atas dan dua tahun belakangan ini pak Regar bekerja sebagai Pegawai Tidak Tetap Penyuluh Pertanian Lapangan di desa Kampung Mesjid. Sebelumnya pak Regar bekerja sebagai petani yang mengerjakan sawah milik orangtuanya di desa tersebut. Ia juga mengakui kalau ia pernah berhubungan dengan tengkulak dan meminjam modal pada tengkulak. ”saya dulu pernah pinjam modal sama tengkulak karena saya nggak punya cukup modal untuk turun tanam, saya cuma dikasi sebidang tanah sekitar 4 ha tapi saya nggak punya modal, jadi terpaksa pinjam sama tengkulak dan pada waktu panen baru saya kembalikan” Wawancara, Desember 2008. Universitas Sumatera Utara Menurut pak Regar, keberadaan tengkulak disatu sisi membantu petani yang sedang membutuhkan modal, amun disisi lain tengkulak juga sangat merugikan petani karena selain bunga pinjaman yang ditetapkan dan harus dikembalikan, petani juga harus menjual hasil panennya kepada tengkulak tempat mereka meminjam modal tersebut. Sebenarnay memnjam modal pada tengkulak itu jelas sangat merugikan para petani, tapi terkadang petani tidak punya pilihan dan tidak menyadari kerugian yang ditimbulkan, kalaupun mereka menyadarinya, mereka tetap tidak punya pilihan kearena kalau pinjam mosal pada pihak pemerintah ataupun bank, terlalu banyak syarat dan prosedur yang menurut petani hal itu sangat menyulitkan. Hal itu disebabkan karena tingkat pengetahuan dan tingkat pendidikan patani yang rata-rata masih sangat rendah. Oleh sebab itu para petani lebih memilih tengkulak untuk meminjam modal dibandingkan pihak bank ataupun pemerintah, hal itulah yang membuat keberadaan tengkulak di desa Kampung Mesjid ini tetap eksis dan makin berkembang. 4.3. Interpretasi Data Penelitian 4.3.1. Pola Hidup Petani dan Pemilik ModalTengkulak

a. Pola Hidup

Pola hidup merupakan seluruh aktifitas sehari-hari yang nampak berulang-ulang secara terus-menerus sehingga menampakkan suatu bentuk yang terpola di kalangan para petani maupun pemilik modaltengkulak. Pola hidup ini dapat dilihat dari aneka ragam dan bentuk-bentuk kegiatan yang Universitas Sumatera Utara