3. E-protein pada envelope, memiliki BM 51.000-60.000 dan dalam virion berada
dalam bentuk homotrimer. Pada serotipe-serotipe virus dengue, 60-74 bagiannya adalah residu asam amino gen E yang merupakan pembeda antara
serotipe yang satu dengan lainnya dan menyebabkan reaksi antibodi. 4.
NS-protein yaitu protein non struktural, terdiri dari NS1, NS2a, NS2b, NS3, NS4a, NS4b, dan NS5 Hutabarat, 2004; Brooks, 2005; Soedarmo, 2005 Massi,
2006. Infeksi salah satu serotipe pada seseorang akan menimbulkan antibodi terhadap
serotipe yang bersangkutan. Hal ini akan menyebabkan orang tersebut kebal terhadap serotipe virus tersebut. Meskipun keempat virus memiliki daya antigenis yang sama
namun mereka berbeda dalam menimbulkan proteksi silang meski baru beberapa bulan terjadi infeksi dengan salah satu serotipe. Keempat serotipe dapat menyebabkan
penyakit berat dan fatal Suroso, 2003.
II.2. Epidemiologi Demam Berdarah Dengue
Virus dengue telah tersebar di seluruh dunia baik di negara tropis dan subtropis. Secara geografis, daerah-daerah di dunia yang terinfeksi virus dengue adalah India,
Asia Tenggara, Cina, Jepang, Kepulauan Pasifik, Karibia, Amerika Tengah dan Selatan, Afrika serta Timur Tengah. Pola penyakit yang berubah mungkin disebabkan
oleh pertumbuhan populasi masyarakat kota yang cepat, kondisi yang berdesak- desakan dan kurangnya usaha-usaha pengendalian nyamuk.
27
Perang Dunia II menyebabkan terjadinya penyebaran dengue dari Asia Tenggara ke Jepang dan Kepulauan Pasifik. Epidemi dengue biasanya terjadi ketika virus baru
masuk ke dalam suatu wilayah atau jika mereka yang mudah terjangkit pindah ke dalam wilayah endemis Brooks, 2005.
Epidemik dengue pertama kali dijumpai di Philadelphia pada tahun 1780 oleh Benjamin Rush, dan transmisinya melalui vektor A. aegypti pertama kali dijelaskan
oleh Bancroft pada tahun 1906. Sampai saat ini diperkirakan terdapat 100 juta kasus penyakit demam dengue dan 250.000 kasus DBD terjadi di seluruh dunia setiap
tahunnya Kusumawati, 2005. Dalam komunitas urban, epidemik dengue bersifat letusan dan melibatkan
sebagian besar populasi. Umumnya infeksi DBD dimulai selama musim hujan, yaitu ketika vektor nyamuk A. aegypti banyak berkembang biak. Setelah periode 8-14 hari,
nyamuk menjadi infektif dan bisa tetap demikian seumur hidupnya 1-3 bulan. Pada daerah tropis, perkembangbiakan nyamuk yang berlangsung sepanjang tahun
menjadikan terpeliharanya penyakit ini. Beberapa faktor yang berkaitan dengan peningkatan transmisi virus dengue yaitu :
a. Vektor ; perkembangbiakan vektor, kebiasaan menggigit, kepadatan vektor di
lingkungan, transportasi vektor dari satu tempat ke tempat lain. b.
Pejamu host ; terdapatnya penderita di lingkungankeluarga, mobilisasi dan paparan terhadap nyamuk, usia dan jenis kelamin.
c. Lingkungan ; curah hujan, suhu, sanitasi dan kepadatan penduduk.
Indonesia merupakan wilayah endemis dengan sebaran di seluruh tanah air.
28
Insiden DBD di Indonesia antara 6 hingga 15 per 100.000 penduduk 1989 sampai 1995 dan pernah meningkat tajam pada tahun 1998 hingga 35 per 100.000
penduduk. Akan tetapi angka mortalitas DBD cenderung menurun hingga mencapai 2 pada tahun 1999 Suhendro, 2006.
Data dalam buku “Profil Indonesia 2000” menunjukkan bahwa di antara negara- negara ASEAN, Indonesia menduduki urutan kedua tertinggi kasus DBD yaitu
sebesar 39.404 kasus setelah Vietnam Sulani, 2004.
II.3. Nyamuk Aedes aegypti sebagai Vektor Virus Dengue