3. Pembagian dividen interim sebagaimana dimaksud pada ayat 2 tidak
boleh mengganggu atau menyebabkan Perseroan tidak dapat memenuhi kewajibannya pada kreditor atau mengganggu kegiatan Perseroan.
4. Pembagian dividen interim ditetapkan berdasarkan keputusan Direksi
setelah memperoleh persetujuan Dewan Komisaris, dengan memperhatikan ketentuan pada ayat 2 dan ayat 3.
5. Dalam hal setelah tahun buku berakhir ternyata Perseroan menderita
kerugian, dividen interim yang telah dibagikan harus dikembalikan oleh pemegang saham kepada Perseroan.
6. Direksi dan Dewan Komisaris bertanggung jawab secara tanggung renteng
atas kerugian Perseroan, dalam hal pemegang saham tidak dapat mengembalikan dividen interim sebagaimana dimaksud pada ayat 5.
Pasal 73 : 1.
Dividen yang tidak diambil setelah 5 lima tahun terhitung sejak tanggal yang ditetapkan untuk pembayaran dividen lampau, dimasukkan ke dalam
cadangan khusus.
2. RUPS mengatur tata cara pengambilan dividen yang telah dimasukkan ke
dalam cadangan khusus sebagaimana dimaksud pada ayat 1. 3.
Dividen yang telah dimasukkan dalam cadangan khusus sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan tidak diambil dalam jangka waktu 10
sepuluh tahun akan menjadi hak Perseroan.
Jadi, dividen yang diberikan kepada para pemegang saham perusahaan sebanding dengan jumlah saham yang dipegang oleh masing–masing pemilik dengan
tetap menyisihkan jumlah tertentu dari laba bersih setiap tahun buku untuk cadangan dipergunakan untuk menutup kerugian yang tidak dapat dipenuhi oleh cadangan lain.
2. Kebijakan Dividen
Perusahaan yang membayar dividen dalam jumlah yang sama besar dengan laba ditahan yang tersedia secara legal sangat sedikit. Alasan utamanya adalah
Madong Rianto Sitanggang : Analisa Pengenaan Pajak Penghasilan Terhadap Pembagian Dividen, 2009
sebagai berikut : 1.
persetujuan kontrak obligasi dengan kreditor tertentu untuk menahan semua atau sebagian laba, dalam bentuk aktiva, guna membentuk proteksi tambahan
terhadap kemungkinan kerugian. 2.
beberapa hukum perseroan negara mensyaratkan bahwa laba yang ekuivalen dengan biaya saham treasuri yang dibeli untuk diumumkan sebagai dividen.
3. keinginan untuk menahan aktiva yang tidak dibayarkan sebagai dividen guna
membiayai pertumbuhan atau ekspansi. Hal ini kadang–kadang disebut sebagai pembiayaan internal, laba yang direinvestasi, atau “menanamkan” kembali laba
dalam perusahaan. 4.
keinginan untuk memperlancar pembayaran dividen dari tahun ke tahun dengan mengakumulasi laba dalam tahun–tahun yang menghasilkan laba dan
menggunakan akumulasi laba itu sebagai dasar membayar dividen dalam tahun– tahun yang buruk.
5. keinginan untuk membentuk pelindung atau penyangga terhadap kemungkinan
kerugian atau kesalahan dalam kalkulasi laba.
65
Jika seluruh keuntungan yang dihasilkan perusahaan dibayar sebagai dividen kepada para pemegang saham maka perusahaan tidak memiliki cadangan dana
kepentingan akan laba yang ditahan terabaikan untuk melakukan reinvestment, sebaliknya jika seluruh keuntungan yang dihasilkan perusahaan akan tetap
dipertahankan maka kepentingan pemegang saham akan terabaikan sehingga dapat
65
Berita internet, http:elon.bahan ajar.umb.co.id
Madong Rianto Sitanggang : Analisa Pengenaan Pajak Penghasilan Terhadap Pembagian Dividen, 2009
menyebabkan hilangnya kesempatan untuk mendapatkan investor baru dan tidak dapat mengumumkan kenaikan dividen. Oleh karena itu, untuk menjaga dua
kepentingan yang saling berbeda, manajer keuangan harus menjalankan kebijakan dividen secara optimal.
Sebagian besar perusahaan mengijinkan pembagian dividen kepada para pemegang saham selama perusahaan berada dalam keadaan tidak insolven. Insolvensi
didefenisikan sebagai ketidak–mampuan membayar utang pada saat jatuh tempo dalam bisnis yang normal. Umumnya pembagian dividen harus berasal dari laba
ditahan atau laba masa berjalan. Menurut Weston dan Copeland, kebijakan dividen dipengaruhi oleh :
66
a. Undang–Undang Undang–undang menentukan bahwa dividen harus dibayar dari laba, baik laba
tahun berjalan maupun laba tahun lalu yang ada pada pos “laba ditahan retained earning” di neraca. Dividen tidak boleh diambil dari modal.
b. Posisi likuiditas
Angka yang tercantum dalam laporan keuangan untuk pos laba ditahan, belum tentu sama dengan kondisi perusahaan sebenarnya. Hal ini disebabkan oleh adanya
aktiva tetap perusahaan yang berasal dari penggunaan dana tersebut laba tidak disimpan dalam bentuk kas. Jadi, meskipun suatu perusahaan mempunyai catatan
mengenai laba, mungkin saja perusahaan tidak dapat membayar dividen secara tunai
66
Wasana Jaka dan Kirbrandoko, Dasar-Dasar Manjemen Keuangan I, Bandung : Alfabeta, 1993, hal. 147
Madong Rianto Sitanggang : Analisa Pengenaan Pajak Penghasilan Terhadap Pembagian Dividen, 2009
karena posisi likuiditasnya sebenarnya laba tersebut sudah diinvestasikan pada suatu aktiva tetap.
c. Kebutuhan pelunasan utang Apabila perusahaan mengambil utang melakukan pinjaman untuk
membiayai ekspansi atau untuk mengganti jenis pembiayaan yang lain, perusahaan tersebut menghadapi dua pilihan. Perusahaan dapat membayar utang itu pada saat
jatuh tempo dan menggantikannya dengan jenis surat berharga lain atau melunasi utang tersebut. Jika keputusannya membayar dan melunasi utang tersebut maka
biasanya perlu penahanan laba. Oleh karena itu jumlah yang dibayarkan dapat berkurang karena labanya digunakan untuk melunasi utang perusahaan.
d. Tingkat ekspansi aktiva Semakin cepat suatu perusahaan berkembang maka semakin besar pula
kebutuhan untuk membiayai ekspansi perusahaannya. Kalau kebutuhan dana di masa depan semakin besar, perusahaan akan cenderung untuk menahan laba dari pada
membayarkannya sehingga ada kesempatan besar untuk melakukan investasi. Namun jika lebih mementingkan pembagian laba yang dibayarkan sebagai dividen, maka
hanya sebagian saja laba yang tersisa untuk investasi. Jadi semakin tinggi tingkat ekspansi suatu perusahaan maka semakin besar kebutuhannya akan laba yang ditahan
sehingga semakin kecil dividen yang dapat dibayarkan.
Madong Rianto Sitanggang : Analisa Pengenaan Pajak Penghasilan Terhadap Pembagian Dividen, 2009
e. Tingkat laba
Tingkat hasil pengembalian yang diharapkan akan menentukan pilihan relatif untuk membayar laba tersebut dalam bentuk dividen kepada pemegang saham yang
akan menggunakan dana itu pada perusahaan lain atau menggunakannya pada perusahaan tersebut.
f. Stabilitas laba Suatu perusahaan yang mempunyai laba stabil sering kali dapat
memperkirakan berapa besarnya laba di masa yang akan datang. Perusahaan seperti ini biasanya cenderung membayarkan laba dengan persentase yang lebih tinggi dari
pada perusahaan yang labanya berfluktuasi. Perusahaan yang tidak stabil, tidak yakin apakah laba yang diharapkan pada tahun–tahun yang akan datang dapat tercapai
sesuai harapan sehingga perusahaan cenderung untuk menahan sebagian besar laba saat ini. Pada perusahaan yang kondisi labanya belum stabil cenderung membayarkan
dividen dalam jumlah yang relatif lebih rendah dari pada perusahaan yang labanya stabil.
g. Akses ke Pasar Modal Suatu perusahaan yang besar, telah berjalan baik dan mempunyai catatan
profitabilitas dan stabilitas laba akan mempunyai akses yang mudah ke pasar modal. Namum pada perusahaan kecil atau baru, kemampuan untuk menaikkan modalnya
atau dana pinjaman dari pasar modal akan terbatas sehingga perusahaan seperti ini
Madong Rianto Sitanggang : Analisa Pengenaan Pajak Penghasilan Terhadap Pembagian Dividen, 2009
harus menahan lebih banyak laba untuk membiayai operasionalisasi usahanya. Jadi perusahaan yang sudah mapan cenderung untuk memberi tingkat pembayaran dividen
yang lebih tinggi dari pada perusahaan kecil atau baru.
h. Kendali Perusahaan Sebagai suatu kebijakan, beberapa perusahaan melakukan ekspansi hanya
sampai pada tingkat penggunaan laba internal saja. Kebijakan ini didukung oleh pendapat bahwa menghimpun dana melalui penjualan tambahan saham biasa akan
mengurangi utang kekuasaan kelompok dominan dalam perusahaan itu. Pada saat yang sama, mengambil utang akan memperbesar resiko naik turunnya laba yang
dihadapi pemilik perusahaan saat ini. Pentingnya pembiayaan internal dalam usaha untuk mempertahankan kendali perusahaan akan memperkecil pembayaran dividen.
Menurut Suad dan Enny, dalam menentukan kebijakan dividen perlu memperhatikan faktor–faktor sebagai berikut :
67
a. Operating cash flow Jika dana yang diperoleh dari operasi perusahaan dapat dipergunakan dengan
menguntungkan maka dividen tidak perlu dibagikan terlalu besar. Jadi tidak benar bahwa perusahaan harus membagikan dividen sebesar–besarnya.
b. Tingkat laba
Karena ada keengganan untuk menurunkan pembayaran dividen per lembar saham, ada baiknya jika perusahaan menentukan dividen dalam jumlah yang tidak
67
Suad Husnan dan Enny Pudjiastuti, Dasar-dasar Manajemen Keuangan, Yogyakarta:UPP YKPN, 1998, hal. 139
Madong Rianto Sitanggang : Analisa Pengenaan Pajak Penghasilan Terhadap Pembagian Dividen, 2009
terlalu besar. Dengan demikian, memudahkan perusahaan untuk meningkatkan pembayaran dividen jika laba perusahaan meningkat dan tidak perlu segera
menurunkan dividen jika laba menurun. c. Kesempatan investasi
Jika perusahaan menghadapi kesempatan investasi yang menguntungkan, lebih baik perusahaan mengurangi pembayaran dividen daripada menerbitkan saham
baru. Penurunan pembayaran dividen mungkin akan diikuti oleh penurunan harga saham tetapi jika pasar modal efisien maka harga saham akan menyesuaikan kembali
dengan informasi yang sebenarnya. d. Biaya
transakasi Untuk merealisir uang kas, pemegang saham perlu menjual sebagian saham
sedangkan pembayaran dividen berarti menerima uang kas. Namun jika investor menjual saham, maka terkena biaya transaksi. Dengan demikian, jika tidak ada faktor
pajak maka menerima deviden akan lebih menguntungkan daripada memperoleh capital gains sehingga investor cenderung memilih saham yang membagikan dividen
secara teratur. e. Pajak
Penghasilan Karena investor juga membayar pajak penghasilan maka investor yang sudah
berada dalam tax brecket yang tinggi, mungkin akan lebih menyukai untuk tidak menerima dividen karena membayar pajak, dan memilih menikmati capital gains.
Madong Rianto Sitanggang : Analisa Pengenaan Pajak Penghasilan Terhadap Pembagian Dividen, 2009
Jika sebagian besar pemegang saham merupakan investor yang mempunyai tax bracket tinggi, pembagian dividen akan cenderung tidak terlalu besar.
Kelompok lain menganut kriteria: a.
perusahaan harus solven, dan b.
pembagian tidak boleh melebihi nilai wajar aktiva bersih Menurut kriteria ini pembagian tidak dibatasi pada laba ditahan atau laba
masa berjalan yang ditentukan atau tidak dikaitkan dengan nilai buku aktiva, tetapi dikaitkan dengan nilai wajar taksiran aktiva – suatu kriteria baru yang perlu dicatat.
C. Prosedur pembagian Dividen
Keputusan pembayaran dividen pada pemegang saham dilakukan oleh dewan direksi. Dewan direksi secara umum bertemu setiap tiga bulan atau semester untuk
mengevaluasi kinerja keuangan dan memutuskan apakah dan berapa dividen yang akan dibagikan. Pembagian dividen dapat dilakukan secara kuartalan ataupun
tahunan, tergantung kebijaksanaan yang ditetapkan oleh masing–masing perusahaan.
68
Adapun prosedur pembagian dividen yang aktual adalah sebagai berikut : a.
Tanggal pengumuman adalah tanggal pada saat pembayaran dividen diumumkan oleh perusahaan.
b. Tanggal ex–dividend adalah tanggal dimana pembeli saham sebelum tanggal
tersebut berhak atas dividen.
68
Berita internet, hhtp:\\www. pdffactory.com
Madong Rianto Sitanggang : Analisa Pengenaan Pajak Penghasilan Terhadap Pembagian Dividen, 2009
c. Tanggal pencatatan adalah tanggal dimana semua pemegang saham yang terdaftar
pada tanggal tersebut berhak atas dividen. d.
Dividen dibayarkan pada tanggal pembayaran kepada semua pemegang saham yang berhak menurut catatan yang dibuat pada tanggal pencatatan. Meskipun
secara formal tanggal pencatatan merupakan tanggal yang penting, tetapi secara ekonomis, tanggal ex–dividend merupakan tanggal yang penting.
69
Terkait dengan pembagian dividen ini, perlu diperhatikan bahwa laporan keuangan secara berkala penting bagi para pemegang saham, mengingat laporan ini
terdiri dari neraca, laporan laba rugi, laporan saldo, laporan arus kas, catatan–catatan atas laporan keuangan dan lain–lain. Berdasarkan laporan–laporan tersebut dapat
disusun evaluasi untuk cash flow yang akan datang dan selanjutnya membuat estimasi nilai saham. Laporan harus mengandung informasi yang akurat dan dapat
diperkirakan predictability sehingga menjamin uang itu bergerak kepada pemegang saham yang bisa menggunakannya lebih efektif.
70
Jadi, meskipun keputusan untuk membagi dividen berada dalam kuorum kehadiran rapat dan kuorum persetujuan rapat yang boleh dikatakan paling kecil,
namun jika ternyata pembagian dividen tersebut mengakibatkan terjadinya peningkatan modal dasar, modal ditempatkan atau modal dikeluarkan, maka seluruh
proses terkait dengan peningkatan modal tersebut harus dilaksanakan sebagaimana
69
Ibid.
70
Nasution Bismar, Keterbukaan Dalam Pasar Modal, Jakarta: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Program Pasca Sarjana, hal. 152-153
Madong Rianto Sitanggang : Analisa Pengenaan Pajak Penghasilan Terhadap Pembagian Dividen, 2009
mestinya, sebelum pembagian dividen saham yang mengakibatkan peningkatan modal tersebut berlaku efektif.
Jika pembagian dividen saham menyebabkan terjadinya peningkatan modal dasar, maka harus diselenggarakan Rapat Umum Luar Biasa Pemegang Saham yang
khusus diselenggarakan untuk mengubah Anggaran Dasar perseroan. Risalah Rapat Umum Pemegang Saham yang mengubah Anggaran Dasar Perseroan Terbatas
tersebut selanjutnya harus disetujui oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia MenHukHAM, didaftarkan dalam Daftar Perseroan dan diumumkan dalam Berita
Negara. Selanjutnya dalam hal pembagian dividen tersebut hanya meningkatkan modal ditempatkan atau modal dikeluarkan, maka Rapat Umum Luar Biasa
Pemegang Saham yang diselenggarakan adalah rapat dengan kuorum kehadiran biasa, dengan persetujuan sebagaimana halnya pengambilan keputusan Rapat Umum
Pemegang Saham Biasa, sedangkan hasil dari Rapat Umum Pemegang Saham ini cukup disampaikan atau diberitahukan ke Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
MenHukHAM dan selanjutnya didaftarkan dalam Daftar Perseroan.
71
D. Dasar Hukum Pajak Penghasilan atas Pembagian Dividen
Kondisi internal dan eksternal negara kita terus berkembang yang mempengaruhi sendi–sendi perekonomian, politik, sosial, administrasi, manajemen
dan lainnya telah mendorong pemerintah melakukan perubahan atas beberapa
71
Widjaja Gunawan, Op. cit, hal. 13
Madong Rianto Sitanggang : Analisa Pengenaan Pajak Penghasilan Terhadap Pembagian Dividen, 2009
undang–undang perpajakan yang ada. Perubahan itu bertujuan untuk mengakomodir perkembangan yang terjadi dan menyesuaikan aturan perpajakan.
72
1. Dasar Hukum Pajak Penghasilan