Kerangka Teori dan Konsepsional 1. Kerangka

2. Secara praktek sangat bermanfaat dan membantu bagi semua pihak, baik itu wajib pajak orang pribadi WP OP, wajib pajak badan WP Badan maupun fiscus serta masyarakat yang melaksanakan kewajiban perpajakan.

E. Keaslian Penelitian

Berdasarkan pemeriksaan dan hasil–hasil penelitian yang ada pada perpustakaan Universitas Sumatera Utara Medan, penelitian dengan judul “Analisa Pengenaan Pajak Penghasilan Terhadap Pembagian Dividen” belum pernah ada yang melakukan penelitian sebelumnya, sehingga penelitian ini dapat dijamin keasliannya dan dapat dipertanggung-jawabkan dari segi isinya.

F. Kerangka Teori dan Konsepsional 1. Kerangka

Teori Melakukan suatu penelitian diperlukan adanya kerangka teoritis sebagaimana yang dikemukakan oleh Ronny H. Soemitro, bahwa untuk memberikan landasan yang mantap pada umumnya setiap penelitian harus selalu disertai dengan pemikiran teoritis. 31 Secara teori, kehadiran hukum dalam masyarakat di antaranya adalah untuk mengintegrasikan dan mengkoordinasikan kepentingan–kepentingan yang dapat bertubrukan satu sama lain, sehingga sedemikian rupa tubrukan–tubrukan itu dapat ditekan seminimal mungkin. Hukum melindungi kepentingan seseorang dengan cara mengalokasikan suatu kekuasaan kepadanya untuk bertindak dalam rangka 31 Soemitro, Ronny H, Metodologi Penelitian Hukum, Jakarta: Ghalia, 1982, hal. 37 Madong Rianto Sitanggang : Analisa Pengenaan Pajak Penghasilan Terhadap Pembagian Dividen, 2009 kepentingannya tersebut. Pengalokasian kekuasaan ini dilakukan secara terukur, dalam arti ditentukan keluasan dan kedalamannya. Kekuasaan yang demikian itulah yang disebut sebagai hak. Konsep memahami hak dan kewajiban dalam hukum berarti memahami manusia. Cicero, seorang sosiolog mikro mengatakan bahwa ada masyarakat ada hukum, maka yang dimaksudkannya adalah hukum hidup di tengah–tengah masyarakat manusia. Hukum dan manusia memiliki kedekatan yang khas dan tidak dapat dipisahkan. Artinya tanpa manusia tidak dapat disebut sebagai hukum. 32 Agar tercapai ketertiban hukum dalam masyarakat, diusahakanlah untuk mengadakan kepastian. Kepastian yang disebutkan dalam hal ini diartikan sebagai kepastian dalam hukum dan kepastian oleh karena hukum. Hal ini disebabkan karena pengertian hukum mempunyai dua segi, yaitu : a. pertama, bahwa ada hukum yang pasti bagi peristiwa yang konkret, b. kedua, adanya suatu perlindungan hukum terhadap kesewenang–wenangan. 33 Cara pandang demikian itu yang membuat orang terhindar dari penafsiran hukum secara black letter rules atau penafsiran ‘legalistik’. Apakah hukum itu dan bagaimana hukum itu semestinya haruslah dirumuskan dengan tingkat keakuratan yang maksimal sehingga dapat digunakan sebagai landasan pembangunan hukum dan atau pembangunan di bidang lainnya. Namun demikian, untuk dapat memahami hakekat hukum dibutuhkan alat penafsiran yang menggunakan metode ilmiah 32 H.R. Otje Salman, S., Op.cit, hal. 14 33 Soekanto Soerjono, Penegakan Hukum, Jakarta: Binacipta, 1983, hal. 42 Madong Rianto Sitanggang : Analisa Pengenaan Pajak Penghasilan Terhadap Pembagian Dividen, 2009 scientific method. Menurut Richard Posner, dari seluruh ilmu sosial yang metodenya pernah digunakan untuk menjelaskan hukum, ilmu ekonomi-lah yang paling menjanjikan, pertama, karena universalitas, dan kedua, karena ketepatannya. Dengan hakekat interdisipliner, mengorelasikan disiplin ekonomi dan disiplin hukum, maka penafsiran konsep-konsep hukum dapat dijelaskan secara kualitatif sehingga memiliki akurasi lebih maksimal. 34 Dengan demikian, ini kepastian hukum bukanlah terletak pada batas daya berlakunya menurut wilayah atau golongan tertentu. Hakekatnya adalah suatu kepastian tentang bagaimana masyarakat mentaati hukum, bagaimana peranan dan kegunaan aparat penegak hukum bagi masyarakat, apakah hak dan kewajiban masyarakat, bagaimanakah peranan hukum berkenaan dengan sistem ekonomi, dan seterusnya. 35 Pandangan hukum yang bermuatan moral ini terasa tidak terbantah dan tidak boleh diabaikan demi tegaknya hukum. Mengapa tidak, oleh karena sudah sejak lama dikenal oleh kerajaan–kerajaan masa lalu, pada masa kekaisaran Roma telah terdapat pepatah “ Quid leges sine moribus ?” “Apa artinya undang–undang kalau tidak disertai moralitas?” 36 Demikian juga halnya dengan kehadiran hukum dan peraturan perpajakan. Seperti yang telah dijelaskan di awal bahwa karena membayar pajak merupakan kesepakatan bersama di antara warga negara seperti yang dituangkan di dalam 34 Nasution Bismar, Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi, Op. cit, hal. 14-15 35 Soekanto Soerjono, Op.cit. hal. 43 36 Nasution Bismar, Kumpulan Makalah Privatisasi BUMN dan Good Corporate Governance, Op.cit, hal. 64 Madong Rianto Sitanggang : Analisa Pengenaan Pajak Penghasilan Terhadap Pembagian Dividen, 2009 Undang–Undang Dasar UUD 1945 dan Amandemennya, dengan demikian membayar pajak adalah memenuhi kewajiban yang tertera di dalam UUD 1945 dan Amandemennya serta melaksanakan amanat rakyat itu sendiri. Agar tercapai ketertiban dan memberikan rasa kepastian hukum bermasyarakat dan bernegara, serta untuk meningkatkan pembangunan bangsa dan negara, maka secara bertahap dan berkelanjutan, dimulai dengan reformasi perpajakan pada tahun 1983, pemerintah melakukan perubahan secara mendasar sistem pemungutan pajak, menjadi self assessment, yaitu negara memberikan tanggung jawab dan kewajiban kepada Wajib pajak untuk menghitung, membayar dan melaporkan pajak–pajak yang menjadi kewajiban sendiri. Sistem pemungutan ini, sesuai dengan semangat demokrasi lebih mengedepankan pemahaman serta partisipasi masyarakat dalam setiap proses bernegara termasuk penyediaan dana pembangunan melalui penerimaan pajak. 37 Terkait dengan pembagian dividen, perlu diperhatikan bahwa meskipun keputusan untuk membagi dividen berada dalam kuorum kehadiran rapat dan kuorum persetujuan rapat, namun jika ternyata pembagian dividen tersebut mengakibatkan terjadinya peningkatan modal dasar, modal ditempatkan atau modal dikeluarkan, maka seluruh proses terkait dengan hal tersebut harus dilaksanakan sesuai dengan ketentuan–ketentuan yang berhubungan dengan hal tersebut dan berlaku yang juga bertujuan untuk menciptakan ketertiban dan kepastian hukum. 38 37 Tjiptardjo. M, Op.cit, hal. 1 38 Widjaja Gunawan ,Op.cit, hal. 13 Madong Rianto Sitanggang : Analisa Pengenaan Pajak Penghasilan Terhadap Pembagian Dividen, 2009 Berdasarkan teori dan semua pemikiran yang telah dikemukakan, hasil pembahasan dalam penelitian ini akan diarahkan untuk menciptakan suatu prinsip keterbukaan transparancy dan kesadaran hukum serta peduli pajak sebagai peranan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Menurut Immanuel Kant 1734-1804, kemauan baik adalah syarat mutlak untuk bertindak secara moral. Karena itu, kemauan baik menjadi suatu kondisi yang mau tidak mau harus dipenuhi agar manusia dapat bertindak secara baik, sekaligus membenarkan tindakannya itu. Maksudnya, bisa saja akibat dari suatu tindakan memang baik, tetapi kalau tindakan itu tidak dilakukan berdasarkan kemauan baik untuk mentaati hukum moral yang merupakan kewajiban seseorang, tindakan itu tidak bisa dinilai baik, karena, akibat baik tadi bisa saja hanya merupakan hal yang kebetulan. 39

2. Konsepsional

Bagian landasan konsepsional ini akan menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan konsep yang digunakan oleh Peneliti, antara lain : a. Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang–undang, dengan tidak mendapat imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar–besarnya kemakmuran rakyat. 40 39 Keraf , A. Sonny, Etika Bisnis, Yogyakarta: Kanisisu, 1998, hal. 23 40 Pasal 1 angka 1 Undang-Undang No. 28 Tahun 2007 Madong Rianto Sitanggang : Analisa Pengenaan Pajak Penghasilan Terhadap Pembagian Dividen, 2009