dengan Peraturan Menteri Keuangan, sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan di antara pihak-
pihak yang bersangkutan; dan
5. keuntungan karena penjualan atau pengalihan sebagian atau seluruh hak
penambangan, tanda turut serta dalam pembiayaan, atau permodalan dalam perusahaan pertambangan;
e. penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya
dan pembayaran tambahan pengembalian pajak; f.
bunga termasuk premium, dikonto, dan imbalan karena jaminan pengembalian utang;
g. dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen dari
perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha koperasi;
h. royalti atau imbalan atas penggunaan hak;
i. sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta;
j. penerimaan atau perolehan pembayaran berkala;
k. keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah tertentu
yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah; l.
keuntungan selisih kurs mata uang asing; m.
selisih lebih karena penilaian kembali aktiva; n.
premi asuransi; o.
iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang terdiri dari Wajib Pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas;
p. tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum dikenakan
pajak; q.
penghasilan dari usaha berbasis syariah; r.
imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam undang–undang yang mengatur mengenai ketentuan umum dan tata cara perpajakan; dan
s. surplus Bank Indonesia.”
2. Dasar Hukum Pajak Penghasilan terhadap Pembagian Dividen
Adapun yang menjadi dasar hukum pengenaan pajak penghasilan atas pembagian dividen oleh perusahaan perseroan adalah Undang–Undang Nomor 36
Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat atas Undang–Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan :
1 Pasal 17 ayat 2c yang menyatakan :
Madong Rianto Sitanggang : Analisa Pengenaan Pajak Penghasilan Terhadap Pembagian Dividen, 2009
Tarif yang dikenakan atas penghasilan berupa dividen yang dibagikan kepada Wajib pajak Orang pribadi dalam negeri adalah 10 sepuluh persen dan
bersifat final;
2 Pasal 23 ayat 1 huruf a angka 1 yang menyatakan :
Atas penghasilan tersebut di bawah ini dengan dan dalam bentuk apa pun yang dibayarkan, disediakan untuk dibayarkan, atau telah jatuh tempo
pembayarannya oleh badan pemerintah, subyek pajak badan dalam negeri, penyelenggaraan kegiatan, bentuk usaha tetap, atau perwakilan perusahaan
luar negeri lainnya kepada Wajib Pajak dalam negeri atau bentuk usaha tetap, dipotong pajak oleh pihak yang wajib membayarnya :
a. sebesar 15 lima belas persen dari jumlah bruto atas :
1. dividen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat 1 huruf g;
3 Pasal 26 ayat 1 yang menyatakan :
Atas penghasilan tersebut di bawah ini dengan dan dalam bentuk apa pun yang dibayarkan, disediakan untuk dibayarkan, atau telah jatuh tempo
pembayarannya oleh badan pemerintah, subyek pajak badan dalam negeri, penyelenggaraan kegiatan, bentuk usaha tetap, atau perwakilan perusahaan
luar negeri lainnya kepada Wajib Pajak luar negeri selain bentuk usaha tetap di Indonesia dipotong pajak sebesar 20 dua puluh persen dari jumlah bruto
oleh pihak yang wajib membayarkan : dividen;
Terdapat juga perlakuan pajak penghasilan dari pembagian dividen yang dikecualikan dari objek pajak penghasilan. Dasar hukum ini ditegaskan dalam
Undang–Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat atas Undang– Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan :
1 Pasal 4 ayat 3 huruf f, yang menyatakan :
“dividen atau pembagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas sebagai Wajib Pajak dalam negeri, koperasi, badan usaha milik negara, atau
badan usaha milik daerah, dari penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia dengan syarat :
1.
dividen berasal dari calangan laba ditahan ; dan
Madong Rianto Sitanggang : Analisa Pengenaan Pajak Penghasilan Terhadap Pembagian Dividen, 2009
2. bagi perseroan terbatas, badan usaha milik negara dan badan usaha milik
daerah yang menerima dividen, kepemilikan saham pada badan yang memberikan dividen paling rendah 25 dua puluh lima persen dari
jumlah modal yang disetor.”
2 Pasal 4 ayat 3 huruf i, yang menyatakan :
“bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan komanditer yang modalna tidak terbagi atas saham–saham, persekutuan, perkumpulan,
firma, dan kongsi, termasuk pemegang unit penyertaan kontrak investasi kolektif”
3 Pasal 4 ayat 3 huruf k, yang menyatakan :
“penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura berupa bagian laba dari badan pasangan usaha yang didirikan dan menjalankan usaha
atau kegiatan di Indonesia, dengan syarat badan psangan usaha tersebut : a.
merupakan perusahaan mikro, kecil, menengah, atau yang menjalanakan kegiatan dalam sektor–sektor usaha yang diatur dengan atau Peraturan
Menteri Keuangan; dan
b. sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek di Indonesia.”
Dengan memahami dasar hukum perpajakan atas dividen maka dapat dihindari kesalahan pemotongan pajak atas pembayaran penghasilan berupa dividen.
Berikut adalah penjelasan singkat perlakuan pengenaan pajak penghasilan atas dividen :
Madong Rianto Sitanggang : Analisa Pengenaan Pajak Penghasilan Terhadap Pembagian Dividen, 2009
Bukan Objek
Pajak
Objek Pajak
PPh Ps 17 2c
PPh Ps 26 PPh Ps 23
Wajib Pajak Luar Negeri
20 Final
Wajib Pajak Orang Pribadi
Dalam Negeri Final
Wajib Pajak Dalam Negeri
Dividen
Pasal 4 Ayat 3 : Dividen yang diterima
PT, Koperasi, BUMND dengan syarat tertentu
Skema 1. Perlakuan pengenaan pajak penghasilan atas dividen
Madong Rianto Sitanggang : Analisa Pengenaan Pajak Penghasilan Terhadap Pembagian Dividen, 2009
BAB III METODE PENGENAAN PAJAK PENGHASILAN TERHADAP DIVIDEN
[
A. Metode Pemajakan atas Penghasilan
Metode atau cara bagaimana mengelola utang pajak yang terutang oleh Wajib pajak dapat mengalir ke Kas Negara? Untuk meningkatkan penerimaan negara dari
sektor pajak, pemerintah secara bertahap dan berkelanjutan melakukan reformasi terhadap sistem perpajakan di Indonesia dengan cara melakukan revisi, perbaikan dan
penyempurnaan terhadap undang–undang perpajakan.
73
Perlakuan pajak penghasilan atas dividen yang diterima atau diperoleh oleh Wajib Pajak Orang Pribadi WP OP dalam negeri mengacu pada metode one tier dan
pengenaan pajaknya bersifat final, maksudnya adalah untuk mendorong perusahaan
membagikan dividen kepada pemegang sahamnya sehingga hal tersebut akan menstimulasi bertumbuhnya kegiatan perekonomian dan investasi di Indonesia dan
juga untuk menyederhanakan administrasi perpajakan bagi Wajib pajak maupun Direktorat Jenderal Pajak Ditjen Pajak.
74
73
Irfan Mutyara, Makalah Pajak yang Disampaikan dalam Seminar Sehari Undang-Undang No. 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, Balai Raya-Tiara Convention
Centre, Medan, 2007.
74
Majalah Berita Pajak, Vol. XLI No. 1622, 1 November 2008, hal. 12
Madong Rianto Sitanggang : Analisa Pengenaan Pajak Penghasilan Terhadap Pembagian Dividen, 2009
Menurut Hector S. de Leon, terdapat 3 tiga prinsip dasar dari suatu sistem perpajakan yaitu :
75
a. Kecukupan pajak fiscal adequacy
Menurut prinsip ini, sumber penghasilan secara keseluruhan harus memadai sebagai sumber bagi anggaran negara. Hal ini berarti penghasilan harus elastis atau mampu
berkontraksi setiap tahunnya untuk menjawab keperluan pengeluaran negara. Sebagai alternatifnya adalah :
51
1 adanya resiko dari defisit atau surplus anggaran karena ketidak-elastisan
penghasilan; atau 2
menyesuaikan jumlah pengeluaran negara terhadap aliran arus dana yang ada dengan membatasi atau mengurangi kegiatan tertentu, sehingga anggaran
yang ada dapat secara optimal dimanfaatkan. Elastisitas diperoleh tanpa membuat pengenaan pajak baru setiap tahun, tetapi
dengan mengubah tarif yang dapat diterapkan atas pajak yang telah ada. b.
Kesamaan atau teori keadilan equiality or theoretical justice Dengan prinsip ini, suatu beban pajak harus proporsional dengan kemampuan
yang dimiliki wajib pajak untuk membayar pajak. Prinsip ini akan menciptakan kondisi dimana kewajiban setiap orang terhadap pemenuhan anggaran negara
dibagi secara adil. c.
Kelayakan administrasi adminitrative feasibility
75
Pandiangan Liberty, Op.cit; hal. 23
Madong Rianto Sitanggang : Analisa Pengenaan Pajak Penghasilan Terhadap Pembagian Dividen, 2009
Menurut prinsip kelayakan administrasi, setiap peraturan harus mampu menciptakan adminitrasi yang mudah, adil, dan efektif. Dalam hal ini, setiap
sistem perpajakan harus jelas dan mudah dilaksanakan oleh Wajib pajak maupun petugas fiscus, harus memiliki keserasian antara waktu pembayaran, tempat, dan
cara pembayaran, serta tidak terlalu membebankan atau menghambat kegiatan usaha.
1. Teori Pemungutan Pajak
Mengapakah rakyat harus dipaksa memberikan uang kepada negara dalam bentuk pajak? Jawabannya ada di beberapa teori terhadap pembenaran dari segi
hukum rechtvaardiging terhadap pemungutan pajak. Teori–teori tersebut adalah sebagai berikut :
76
a. Teori Asuransi, merupakan teori tertua tentang pembenaran pemungutan
pajak. Teori ini mengajarkan bahwa pembayaran pajak sama dengan pembayaran premi dalam asuransi. Inti dari teori ini adalah bahwa negara
menjamin dan melindungi jiwa raga dan harta dari rakyat, dan karenanya rakyat harus membayar premi berupa pajak kepada negara.
b. Teori Daya Pikul draagkrecht, merupakan teori yang mengajarkan bahwa
besarnya pajak yang dipungut dari seorang wajib pajak haruslah sesuai dengan kemampuan pembayaran daya pikul dari wajib pajak. Yang
dimaksud dengan daya pikul di sini adalah kekuatan seseorang untuk memikul
76
Munir Fuady, Op.cit.,hal. 275
Madong Rianto Sitanggang : Analisa Pengenaan Pajak Penghasilan Terhadap Pembagian Dividen, 2009
beban dari apa yang tersisa setelah seluruh penghasilannya dikurangi dengan pengeluaran–pengeluaran yang mutlak untuk kehidupan primer dirinya dan
keluarga yang ditanggungnya. c.
Teori Keseimbangan equivalentie, disebut juga dengan teori kepentingan belangen theorie mengajarkan bahwa seorang individu mempunyai
kepentingan atas pekerjaan negara. Semakin banyak seseorang mengenyam kepentingannya dari negara, semakin besar pula pajak yang harus dibayarnya.
d. Teori Daya Beli, mengajarkan bahwa pemungutan pajak akan menyedot daya
beli masyarakat, tetapi dapat dibenarkan karena hasil pajak tersebut akan dikembalikan juga kepada masyarakat dalam bentuk yang lain.
e. Teori Kewajiban Pajak Mutlak absolute belastingplicht, atau sering juga
disebut “teori pengorbanan” ini mengajarkan bahwa negara mempunyai hak mutlak untuk memungut pajak dari warganya, sementara rakyat wajib patuh
dan melakukan pengorbanan untuk membayar pajak tersebut.
2. Asas Pemungutan pajak