campur tangan kantor lelang akan menghasilkan yang lebih baik, antara lain karena menghemat biaya. Sedangkan bagi benda-benda yang tidak dapat secepatnya atau sama sekali tidak dapat
dibereskan, maka kurator atas ijin Hakim Pengawas wajib menentukan sikap atas kebendaan tersebut. Khusus bagi kebendaan yang berada dalam kewenangan hak retensi oleh kreditur,
kurator diwajibkan untuk mengembalikan kebendaan tersebut kedalam harta pailit, dengan membayar piutang-piutang yang bersangkutan, jika hal itu menguntungkan harta pailit.
Setelah harta pailit berada dalam keadaan tak mampu membayar, Hakim Pengawas boleh mengadakan suatu rapat pada hari, jam dan tempat yang ditentukannya untuk mendengar
mereka seperlunya tentang cara pemberesan harta pailit, dan jika perlu mengadakan pencocokan akan utang piutang yang dimasukkan setelah berakhirnya tenggang waktu yang ditentukan dalam
Pasal 113 ayat 1 huruf a UUK dan PKPU,
123
namun yang belum juga dicocokkan menurut pasal 133 UUK dan PKPU.
124
Terhadap piutang-piutang ini, kurator harus bertindak sebagimana ditentukan dalam Pasal 116 sampai dengan Pasal 119 UUK dan PKPU, kurator harus memanggil
kreditur tersebut dengan surat-surat yang menyebutkan hal-hal yang akan dibicarakan dalam rapat, serta mengingatkan mereka akan ketentuan Pasal 119 UUK dan PKPU. Apabila menurut Hakim
Pengawas terdapat cukup uang tunai, Hakim Pengawas dapat memerintahkan pembagiannya kepada kreditur yang telah dicocokkan.
C. Pelaksanaan Eksekusi Harta Pailit dan Perlindungan Hukum Terhadap Kreditur
Pemegang Hak Jaminan Fidusia Salah satu karakter perjanjian jaminan kebendaan adalah hak preferen, sedangkan
jaminan fidusia adalah salah satu hak jaminan kebendaan. Maka hak preferen merupakan sifat yang melekat pada jaminan fidusia. Hak preferen bukanlah hak kebendaan melainkan hak
123
Pasal 113 ayat 1 huruf a menyatakan paling lambat 14 empat belas hari setelah putusan pernyataan pailit diucapkan, Hakim Pengawas harus menetapkan batas akhir pengajuan
tagihan.
124
Pasal 133 UUK dan PKPU menyatakan piutang yang dimasukkan pada kurator setelah jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 113 ayat 1 dengan syarat dimasukkan paling
lambat 2 dua hari sebelum hari diadakannya rapat pencocokan piutang, wajib dicocokkan apabila ada permintaan yang diajukan dalam rapat dan tidak ada keberatan, baik yang diajukan oleh
kurator maupun oleh salah seorang kreditur yang hadir dalam rapat.
Anggiat Ferdinan : Kekuatan Eksekutorial Sertifikat Jaminan Fidusia Terhadap Objek Jaminan Dalam Kepailitan, 2009 USU Repository © 2008
terhadap benda, dan hak tersebut tidak timbul karena undang – undang , tetapi diperjanjikan. Dalam UUJF hak preferen itu disamakan
artinya dengan memberikan hak yang didahulukan. Hak preferen adalah hak penerima fidusia untuk mengambil pelunasan piutangnya atas hasil eksekusi benda yang menjadi objek jaminan
fidusia. Hak preferen lahir pada saat pendaftaran jaminan fidusia. Jadi selama jaminan fidusia tidak didaftarkan pada Kantor Pendaftaran Fidusia, kreditur penerima fidusia tidak memiliki hak
preferen melainkan hak konkuren. Hak didahulukan dari penerima fidusia ini tidak hapus karena kepailitan dan atau likuidasi pemberi fidusia.
Hak preferen dari kreditur pemegang hak jaminan fidusia ini dalam hukum kepailitan diakui, hal ini dapat dilihat dalam Pasal 55 UUK dan PKPU yang menyatakan bahwa setiap
kreditur pemegang gadai, jaminan fidusia, hak tanggungan, hipotek atau hak agunan atas kebendaan lainnya dapat mengeksekusi hak nya seolah-olah tidak terjadi kepailitan. UU
Kepalilitan mengakui adanya hak preferen dari kreditur pemegang hak jaminan fidusia, tetapi walaupun undang-undang kepailitan mengakui hak dari kreditur pemegang hak jaminan fidusia ini
pada Pasal 56 UUK dan PKPU, hak kreditur dan pihak ketiga untuk menuntut hartanya yang berada dalam penguasaan debitur pailit atau kurator, ditangguhkan untuk jangka waktu paling
lama 90 sembilan puluh hari sejak tanggal putusan pernyataan pailit diucapkan. Penangguhan hak eksekusi yang terdapat pada Pasal 56 ini bertentangan dengan Pasal 55
UUK dan PKPU, karena pada Pasal 55 kreditur tersebut ber hak mengeksekusi benda jaminannya dan undang-undang tersebut menggunakan kata-kata seolah-olah tidak terjadi kepailitan. Ini dapat
menimbulkan pengertian bahwa walaupun terjadi kepailitan kepada debitur, kreditur separatis yang mempunyai hak preferen yang memegang hak jaminan fidusia dapat atau diperbolehkan
mengeksekusi secara langsung benda jaminannya. Ketentuan Pasal 56 ini juga bertentangan dengan asas dalam UUJF yang dalam Pasal 27 ayat 3 UUJF menyatakan bahwa hak yang
didahulukan dari penerima fidusia tidak hapus karena kepailitan dan atau likuidasi pemberi fidusia. Pelaksanaan eksekusi adalah kewenangan dari pada Ketua Pengadilan Negeri, karena itu
eksekusi terhadap objek jaminan fidusia tidak harus disertai dengan penundaan dan penangguhan eksekusi sebagaimana tersebut dalam Pasal 56 angka 1 UUK dan PKPU. Berarti bahwa adanya
Anggiat Ferdinan : Kekuatan Eksekutorial Sertifikat Jaminan Fidusia Terhadap Objek Jaminan Dalam Kepailitan, 2009 USU Repository © 2008
putusan pernyataan pailit terhadap debitur pemberi hak jaminan fidusia tidak mengakibatkan ditangguhkannya kewenangan kreditur pemegang hak jaminan fidusia tersebut untuk melakukan
eksekusi terhadap objek jaminan fidusia dengan penetapan Hakim. Di satu pihak ketentuan Pasal 56 ayat 1 UUK dan PKPU dapat dikategorikan hak separatis dari kreditur preferen, tetapi dipihak
lain ketentuan tersebut justru mengingkari hak separatis tersebut karena menentukan bahwa barang yang dibebani dengan hak jaminan fidusia merupakan harta pailit.
Makna yang terkandung dalam ketentuan Pasal 56 ayat 3 UUK dan PKPU adalah bahwa undang-undang kepailitan tidak memisahkan benda-benda yang dibebani hak jaminan
sebagai benda-benda yang bukan merupakan harta pailit, dan juga Pasal 1 ayat 1 UUK dan PKPU dinyatakan bahwa kepailitan adalah sita umum atas semua kekayaan debitur pailit yang
pengurusan dan pemberesannya dilakukan oleh kurator dibawah pengawasan Hakim Pengawas. Sedangkan asas didalam hukum jaminan bahwa benda jaminan fidusia berada diluar boedel pailit.
Sikap ini menunjukkan bahwa UU Kepailitan yang tidak menempatkan harta debitur yang telah dibebani dengan hak jaminan fidusia diluar harta pailit merupakan sikap yang meruntuhkan sendi-
sendi sistem hukum jaminan, tidak menghormati hak separatis dari kreditur pemegang hak jaminan fidusia dan juga tidak menghormati lembaga jaminan.
Penjelasan Pasal 56 UUK dan PKPU menyatakan bahwa maksud dari diadakannya penangguhan selama 90 sembilan puluh hari tersebut adalah untuk mencapai suatu perdamaian,
mengoptimalkan harta pailit, mengoptimalkan tugas dari kurator. Penangguhan juga berfungsi untuk memperlancar jalannya administrasi kepailitan sehingga perlu dilakukan keadaan diam
secara otomatis oleh karena para kreditur akan menerima pembayaran melalui proses kepailitan sehingga perlu dicegah perbuatan para kreditur yang akan melakukan tindakan terhadap debitur,
terhadap kekayaan debitur ataupun terhadap harta pailit dalam rangka upaya para kreditur tersebut memperoleh tagihan-tagihannya ataupun untuk mengeksekusi jaminannya.
Selama jangka waktu penangguhan, kurator dapat menggunakan harta pailit berupa benda tidak bergerak maupun benda bergerak atau menjual harta pailit yang berupa benda bergerak yang
berada dalam penguasaan kurator dalam rangka kelangsungan usaha debitur. Dalam hal ini dapat
Anggiat Ferdinan : Kekuatan Eksekutorial Sertifikat Jaminan Fidusia Terhadap Objek Jaminan Dalam Kepailitan, 2009 USU Repository © 2008
dilakukan setelah kurator memberikan perlindungan yang wajar bagi kepentingan kreditur atau pihak ketiga.
Perlindungan yang wajar dimaksud di sini adalah perlindungan yang perlu diberikan untuk melindungi kepentingan kreditur atau pihak ketiga yang haknya ditangguhkan, bentuk
perlindungan yang diberikan dapat berupa : 1.
Ganti rugi atas terjadinya penurunan nilai harta pailit ; 2.
Hasil penjualan bersih ; 3.
Hak kebendaan pengganti ; 4.
Imbalan yang wajar dan adil serta pembayaran tunai utang yang dijamin lainnya. Sutan Remy Sjahdeini menanggapi masa stay selama 90 sembilan puluh hari ini dengan
menyatakan bahwa keadaan stay bagi kreditur dan debitur ini biasanya diberikan oleh undang- undang bukan setelah debitur dinyatakan pailit oleh pengadilan, tetapi justru selama
berlangsungnya pemeriksaan pailit oleh pengadilan, setelah debitur dinyatakan pailit yang terjadi hanyalah berupa likuidasi terhadap harta pailit si debitur
125
. Kreditur pemegang hak jaminan fidusia yang haknya ditangguhkan, oleh undang-undang
diberikan kesempatan untuk melakukan perlawanan terhadap ketentuan penangguhan tersebut. Kreditur separatis tersebut dapat mengajukan permohonan kepada kurator untuk mengangkat
penangguhan atau mengubah syarat-syarat penangguhan tersebut. Apabila kurator menolak permohonan dari kreditur tersebut, maka kreditur separatis dapat menolak permohonan kepada
Hakim Pengawas, apabila Hakim Pengawas menolak untuk mengangkat atau mengubah persyaratan pengangguhan tersebut, kreditur separatis tersebut dapat mengajukan perlawanan
kepada pengadilan, dan hasil putusan pengadilan tersebut bersifat final dan mengikat bagi kreditur tersebut dan tidak dapat diajukan kasasi atau peninjauan kembali.
Berdasarkan keterangan Hakim Pengawas dari Pengadilan Niaga Medan bahwa untuk kasus kepailitan di Medan, Hakim Pengawas hampir selalu memberikan kesempatan bagi kreditur
separatis pada saat masa stay untuk mengeksekusi benda jaminannya dalam waktu selama 2 dua
125
Rudy A. Lontoh, Penyelesaian Utang-Piutang Melalui Kewajiban Pembayaran Utang, Bandung : Alumni, 2001, hal. 589.
Anggiat Ferdinan : Kekuatan Eksekutorial Sertifikat Jaminan Fidusia Terhadap Objek Jaminan Dalam Kepailitan, 2009 USU Repository © 2008
bulan setelah dilakukannya pencocokan utang sebelumnya, dan diadakannya rapat kreditur. Pada saat rapat kreditur inilah diberikan kesempatan kepada kreditur pemegang hak jaminan fidusia
untuk mengeksekusi benda jaminannya, pemberian kesempatan oleh Hakim Pengawas ini dilakukan setelah berkoordinasi dengan kurator
126
. Dalam Pasal 59 UUK dan PKPU, kurator setiap waktu dapat membebaskan benda yang menjadi agunan dengan membayar jumlah terkecil
antara harga pasar benda agunan dan jumlah uang yang dijamin dengan benda agunan tersebut kepada kreditur yang bersangkutan, yang dimaksud dengan jumlah terkecil di sini adalah jumlah
terkecil antara harga pasar benda agunan dibandingkan dengan besarnya jumlah utang yang dijamin dengan benda agunan, tetapi dalam kenyataannya di lapangan ketentuan ini jarang
digunakan oleh kurator khususnya kurator pemerintah yaitu Balai Harta Penginggalan BHP, dikarenakan berkaitan dengan biaya yang dimiliki oleh BHP. BHP hanya memperoleh biaya dari
penjualan asset harta si pailit.
127
Apabila masa stay 90 sembilan puluh hari tersebut telah lewat dan dalam rapat pencocokan piutang tidak dapat ditawarkan rencana perdamaian, rencana perdamaian yang
ditawarkan tidak diterima, atau pengesahan perdamaian ditolak berdasarkan putusan yang telah memperoleh keuatan hukum tetap, maka pada saat ini debitur masuk kedalam masa insolvensi atau
dalam masa keadaan tidak mampu membayar. Setelah debitur masuk kedalam masa insolvensi, undang-undang memberikan kesempatan kepada kreditur pemegang hak jaminan fidusia untuk
mempergunakan haknya dalam mengeksekusi benda jaminannya. Kreditur pemegang hak jaminan fidusia ini diberikan jangka waktu paling lambat 2 dua bulan setelah dimulainya keadaan
insolvensi. Setelah jangka waktu 2 dua bulan tersebut lewat, kurator harus menuntut diserahkannya benda yang menjadi agunan untuk selanjutnya dijual dengan cara dijual di muka
umum yaitu melalui pelelangan. Apabila penjualan di muka umum tidak tercapai, maka dilakukan dengan penjualan di bawah tangan dengan ijin dari Hakim Pengawas, dan kurator berkewajiban
126
Hasil wawancara pada tanggal 3 Pebruari 2009 dengan Dewa Putu Yusmai Mardika, Hakim Pengawas Pengadilan Niaga Medan.
127
Hasil wawancara pada tanggal 12 Januari 2009 dengan Amri Marjunin, Ketua Balai Harta Peninggalan Medan BHP Medan.
Anggiat Ferdinan : Kekuatan Eksekutorial Sertifikat Jaminan Fidusia Terhadap Objek Jaminan Dalam Kepailitan, 2009 USU Repository © 2008
membayar piutang kepada kreditur yang mempunyai hak untuk menahan suatu benda, sehingga benda itu masuk kembali dan menguntungkan harta pailit.
Kenyataan dalam praktiknya sangat sulit bagi seorang kreditur untuk dapat melakukan eksekusi hak-hak jaminannya dalam jangka waktu hanya 2 dua bulan saja. Banyak faktor di luar
kendali kreditur pemegang hak jaminan fidusia yang membuat berlarut-larutnya eksekusi hak jaminan fidusia tersebut, sehingga jangka waktu 2 dua bulan terasa sangat singkat untuk bisa
melaksanakan eksekusi terhadap objek hak jaminan fidusia. Sutan Remy Sjahdeini memberikan contoh atas kesulitan tersebut sebagai berikut : ”Mungkinkah bagi suatu bank untuk menjual
mesin-mesin pabrik yang merupakan agunan bagi bank berdasarkan pembebanan hak fidusia hanya dalam waktu 2 dua bulan saja ?”. Masa persiapan ditambah masa untuk mendapatkan
pembeli sampai penerimaan uang penjualan mesin-mesin pabrik tersebut dapat memakan waktu antara 1 satu sampai 2 dua tahun bahkan lebih dari 2 dua tahun.
128
Terhadap pelaksanaan eksekusi jaminan fidusia yang dilakukan secara lelang atau penjualan di muka umum harus dilakukan melalui prosedur yang telah ditentukan oleh undang-
undang, dan setiap prosedur yang harus dijalani membutuhkan waktu baik itu telah ditentukan oleh ketentuan perundang-undangan ataupun tidak ditentukan dalam ketentuan perundang-undangan.
Di samping itu untuk menjual objek jaminan fidusia yang memiliki nilai jual tinggi atau asset dalam skala besar tidaklah mudah, disamping penentuan harga pasar objek jaminan fidusia
tersebut harus ditentukan oleh perusahaan penilai yang independen juga membutuhkan waktu untuk mendapatkan pembeli yang berminat untuk menjadi peserta lelang.
Untuk memberikan gambaran sulitnya melakukan eksekusi jaminan fidusia, Pengadilan Niaga telah memeriksa dan mengadili perkara permohonan pailit pada peradilan tingkat pertama.
Dalam perkara permohonan pailit yang diajukan oleh CV. WIDYA MANDIRI berkedudukan di Medan, diwakili oleh Sdr. Petrus Hendra Suyono sebagai Direktur yang mengajukan permohonan
kepailitan ini telah diwakili oleh kuasanya Sdr. Adner Sirait, Advokat selanjutnya disebut sebagai Pemohon.
128
Rudy A Lontoh, Op. Cit., hal. 587.
Anggiat Ferdinan : Kekuatan Eksekutorial Sertifikat Jaminan Fidusia Terhadap Objek Jaminan Dalam Kepailitan, 2009 USU Repository © 2008
Duduk perkara permohonan mengajukan pailit yang dilakukan oleh pemohon sebagaimana didaftarkan dan tercatat dalam register perkara permohonan kepailitan di PN. Niaga
Medan dengan Nomor 01PAILIT2006PN. Niaga Mdn Tanggal 19 Juni 2006, dengan dalil-dalil bahwa pemohon pailit adalah sebuah Perusahaan Komanditer dengan nama CV. WIDYA
MANDIRI yang sudah tidak beroperasi sejak tahun 2005 dikarenakan kerugian yang dialami pemohon pailit akibat krisis ekonomi dan peristiwa tsunami sehingga pemohon tidak mampu lagi
meneruskan kegiatan usaha yang mengalami kerugian besar. Pemohon dalam transaksi jual produk hasil-hasil bumi antara lain : pinang, gambir, damar
dan kopi dengan pihak supplier kreditur, akibat kerugian yang sangat besar tidak mampu memenuhi kewajibannya kepada pihak ketiga dan mengakibatkan pemohon mempunyai utang
sebesar Rp. 2.459.243.369 dua miliar empat ratus lima puluh sembilan juta dua ratus empat puluh tiga ribu tiga ratus enam puluh sembilan rupiah.
Pemohon sampai pada saat permohonan pernyataan pailit diajukan tidak dapat direalisasikan pembayaran utangnya kepada kreditur dan utang-utang tersebut telah jatuh tempo
sejak tanggal 30 Agustus 2005. Selain utang kepada pihak kreditur yang jumlah utangnya telah disebutkan diatas, pemohon juga mempunyai utang kepada kreditur lainnya yaitu PT. BANK
MANDIRI Persero Tbk., Commercial Banking Center Medan dengan jumlah utangnya sebesar Rp. 4.400.000.000,- empat miliar empat ratus juta rupiah berdasarkan :
1. Surat Pemberitahuan Persetujuan Kredit SPPK Nomor CBC.MDN009SPPK2005
Tanggal 6 Januari 2005 ; 2.
Surat Pemberitahuan Persetujuan Kredit SPPK Nomor CBC.MDN1902005 Tanggal 20 Juni 2005.
Pada putusan Pengadilan Niaga ini tidak disebutkan apakah PT. BANK MANDIRI ini statusnya kreditur pemegang hak jaminan fidusia atau hanya kreditur konkuren, status PT. BANK
MANDIRI ini diketahui setelah putusan pailit dijatuhkan dan kurator melakukan penyitaan asset dari debitur, maka diketahuilah bahwa PT. BANK MANDIRI tersebut merupakan kreditur
pemegang hak jaminan fidusia yang dibuktikan dengan sertifikat jaminan fidusia. Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, maka pemohon mengajukan kepada Ketua Pengadilan Niaga Medan agar
Anggiat Ferdinan : Kekuatan Eksekutorial Sertifikat Jaminan Fidusia Terhadap Objek Jaminan Dalam Kepailitan, 2009 USU Repository © 2008
berkenan memberikan putusan menerima dan mengabulkan permohonan pernyataan pailit pemohon, menyatakan pemohon dalam keadaan pailit dengan segala akibat hukumnya.
Terhadap permohonan pailit oleh pemohon tersebut, maka Hakim memberikan pendapat hukumnya sebagai berikut :
1. Bahwa sebuah Perseroan Komanditer yang sejak tahun 2005 dikarenakan kerugian yang
dialami pemohon pailit akibat krisis ekonomi dan peristiwa tsunami, pemohon tidak mampu lagi meneruskan kegiatan usaha karena mengalami kerugian besar ;
2. Pemohon dalam transaksi jual produk hasil-hasil bumi antara lain : pinang, gambir, damar dan kopi bersama dengan beberapa pihak supplier kreditur, akibat kerugian yang sangat
besar tidak mampu memenuhi kewajiban kepada pihak ketiga dan atas transaksi tersebut pemohon mempunyai utang kepada kreditur sebesar Rp. 2.459.243.369 dua miliar empat
ratus lima puluh sembilan juta dua ratus empat puluh tiga ribu tiga ratus enam puluh sembilan rupiah ;
3. Bahwa selain utang kepada beberapa pihak kreditur tersebut, pemohon juga mempunyai utang kepada kreditur lainnya, yakni PT. BANK MANDIRI Persero Tbk., Commercial
Banking Center Medan sebesar Rp. 4.400.000.000,- empat miliar empat ratus juta rupiah ;
4. Bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 8 ayat 4 UU No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, apabila dapat dibuktikan fakta atau
keadaan yang terbukti secara sederhana bahwa persyaratan untuk dinyatakan pailit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat 1 telah dipenuhi, dengan syarat-syarat yaitu
mempunyai dua atau lebih kreditur dan tidak membayar lunas sedikitnya satu utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih, dinyatakan pailit dengan putusan pengadilan, baik
atas permohonannya sendiri maupun atas permohonan satu atau lebih krediturnya ; 5. Bahwa menurut pemohon, utang tersebut tidak dapat dilunasinya karena pemohon kesulitan
likuiditas finansial sejak tahun 2005, disebabkan adanya krsisis ekonomi dan bencana tsunami dan kini pemohon menyatakan tidak sanggup lagi membayar utang-utangnya ;
Anggiat Ferdinan : Kekuatan Eksekutorial Sertifikat Jaminan Fidusia Terhadap Objek Jaminan Dalam Kepailitan, 2009 USU Repository © 2008
6. Bahwa berdasarkan keseluruhan pertimbangan hukum tersebut diatas, maka permohonan pailit dari pemohon patut dan layak untuk dikabulkan, sehingga pemohon haruslah
dinyatakan pailit dengan segala akibat hukumnya. Berdasarkan keterangan dari pihak Balai Harta Peninggalan bahwa pemohon
melakukan peminjaman kredit kepada PT. BANK MANDIRI Persero Tbk., Commercial Banking Center Medan, dengan jaminan dalam bentuk jaminan fidusia, maka dalam hal ini
PT. BANK MANDIRI tersebut merupakan kreditur separatis. Benda jaminan yang dijadikan pemohon dalam melakukan peminjaman kredit kepada PT. BANK MANDIRI tersebut berupa
: 1.
Stock barang-barang dagangan milik pemberi fidusia, yaitu : pinang bulat, pinang belah, pinang nol bulat, pinang nol belah, pinang rebus, gambir halaban, gambir kuning, gambir
coin, gambir lumpang, kayu manis, daun nilam, gagang cengkeh, goni dalam dan goni luar ;
2. Berupa mesin-mesin yaitu : Sulzar – Karachi, Afzal – Karachi, Imco – Singapura, Desai –
Singapura, dan Fajestable – Singapura. Pada kasus ini PT. BANK MANDIRI ini diberikan kesempatan untuk menjual benda-
benda jaminan fidusianya dalam waktu 2 dua bulan, tetapi dalam waktu tersebut PT. BANK MANDIRI tidak mampu menjualnya karena waktu tersebut terlalu singkat waktunya untuk
mencari pembeli benda jaminan fidusia tersebut, sehingga PT. BANK MANDIRI tersebut menyerahkan kembali benda jaminan fidusia tersebut kepada kurator untuk menjualnya.
Kasus di atas menunjukkan waktu 2 dua bulan yang diberikan undang-undang kepada kreditur pemegang hak jaminan fidusia untuk mengeksekusi benda jaminannya sangatlah tidak
mungkin dilakukan, apalagi bila sudah berhubungan dengan benda yang nilainya tinggi dan manfaat dari benda tersebut tidak bisa dimulti fungsikan, misalnya mesin-mesin pabrik yang
dijaminkan dengan jaminan fidusia terutama apabila pabrik tersebut pabrik kayu. Jika perusahaan tersebut pailit, untuk mencari pembeli dari mesin-mesin tersebut sangat sulit karena pembeli tidak
akan mau membelinya sebab mesin tersebut tidak dapat digunakan untuk hal lainnya, dan juga mesin tersebut berfungsi hanya bila bahan baku berupa kayunya itu ada, dan pada saat ini bahan
Anggiat Ferdinan : Kekuatan Eksekutorial Sertifikat Jaminan Fidusia Terhadap Objek Jaminan Dalam Kepailitan, 2009 USU Repository © 2008
baku kayu sangat sulit dicari, sehingga untuk mencari pembeli mesin tersebut akan sangat sulit, dan apabila benda jaminan tersebut terjual akan mengakibatkan nilai benda jaminan tersebut akan
jatuh dan merugikan kreditur pemegang hak jaminan fidusia tersebut. Misalnya dapat dilihat pada perusahaan PT. Barakas di Tapanuli yang bergerak di bidang perkayuan. Perusahaan tersebut
pailit dan menjaminkan mesin-mesinnya kedalam jaminan fidusia kepada PT. BANK BNI Tbk, mesin-mesin tersebut tidak dapat dijual karena tidak ada pembeli yang mau membelinya.
Bank sebagai kreditur pemegang hak jaminan fidusia dalam hal ini selalu memilih jalan tengah atau dengan perdamaian. Bank akan selalu membantu debiturnya apabila debiturnya
mengalami kesulitan. Ini menyebabkan jarang bank memohonkan pailit terhadap debiturnya selain bank mempunyai hak benda jaminannya, dan juga tergantung benda yang dijaminkan. Apabila
benda yang dijaminkan tersebut sulit untuk dijual, dan jika dijual hanya akan merugikan pihak bank, selain nilai benda jaminan yang jatuh dan juga apabila bank ingin mendapat sisa dari utang
debitur tersebut maka bank harus melepaskan hak nya sebagai kreditur separatis dan berubah menjadi kreditur konkuren dimana dalam kreditur konkuren ini maka bank akan berbagi dengan
kreditur konkuren lainnya atas asset debitur tersebut. Apabila bank mengetahui debitur tersebut mengalami kemunduran dalam usahanya maka
pihak bank akan segera membantu debitur tersebut dengan masuk kedalam perusahaan tersebut dan melihat dimana letak kemunduran dari debitur tersebut. Dalam hal benda jaminannya berupa
benda yang dengan cepat dijual misalnya mobil, maka sebelum usaha dari debitur semakin mundur, bank akan menyarankan agar menjual mobil tersebut sehingga debitur terbantu dan bank
mendapat kembali pinjaman yang telah dia berikan kepada debitur. Misalnya pinjaman yang diberikan kepada debitur sebesar Rp. 80.000.000,- delapan puluh juta rupiah dan agunan
yang diberikan kepada bank berupa mobil yang harganya Rp. 200.000.000,- dua ratus juta rupiah, maka debitur terbantu dengan mendapat dana segar sebesar Rp. 120.000.000,- seratus dua
puluh juta rupiah. Pada dasarnya bank selalu berpinsip sama-sama untung.
129
129
Hasil wawancara pada tanggal 19 Januari 2009 dengan Linda, Bank Artha Graha Cabang Medan.
Anggiat Ferdinan : Kekuatan Eksekutorial Sertifikat Jaminan Fidusia Terhadap Objek Jaminan Dalam Kepailitan, 2009 USU Repository © 2008
Sehubungan dengan adanya ketidak serasian antara berbagai undang-undang yang mengatur mengenai hak jaminan dalam UUK dan PKPU, maka akan timbul masalah hukum
mengenai undang-undang mana yang harus diberlakukan. Dalam hal ini bank sebagai pemegang hak jaminan fidusia dalam melihat pilihan hukum ini, bank mengikuti ketentuan kepailitan
walaupun bank mempunyai hak benda jaminan fidusia, bank beralasan memilih ketentuan kepailitan karena peristiwanya terjadi di ruang lingkup kepailitan, oleh karena itu bank ikut dalam
ketentuan pailit.
130
Apabila kreditur pemegang hak jaminan tersebut melaksanakan haknya yaitu mengeksekusi benda jaminannya, wajib memberikan pertanggungjawaban kepada kurator tentang
hasil penjualan benda yang menjadi agunan dan menyerahkan sisa hasil penjualan setelah dikurangi jumlah utang, bunga, dan biaya kepada kurator. Dalam hal hasil penjualan benda
jaminan tersebut tidak cukup untuk melunasi piutang yang bersangkutan, kreditur pemegang hak tersebut dapat mengajukan tagihan pelunasan atas kekurangan tersebut dari harta pailit sebagai
kreditur konkuren setelah mengajukan permintaan pencocokan piutang. Kreditur separatis pemegang hak jaminan fidusia yang merasa bahwa nilai objek jaminan
fidusianya setelah dijual lebih kecil dibanding dengan piutangnya diberikan kesempatan untuk dapat mengambil kembali seluruh dari jumlah piutang yang dijamin dengan jaminan fidusia
tersebut. Pasal 138 UUK dan PKPU memberikan peluang tersebut kepada kreditur yang
piutangnya dijamin dengan gadai, jaminan fidusia, hak tanggungan, hipotek, hak agunan atas kebendaan lainnya, atau yang mempunyai hak yang diistimewakan atas suatu benda tertentu dalam
harta pailit. Peluang tersebut diberikan apabila dapat membuktikan bahwa sebagian piutang tersebut kemungkinan tidak akan dapat dilunasi dari hasil penjualan benda yang menjadi agunan
dan dapat meminta diberikan hak-hak yang dimiliki kreditur konkuren atas bagian piutang tersebut tanpa mengurangi hak untuk didahulukan atas benda yang menjadi agunan atas piutangnya. Hak-
hak tersebut diakui setelah kreditur mengajukan permintaan pencocokan utang ataupun mendaftarkan dirinya sebagai kreditur konkuren dalam rapat verifikasi. Ketentuan hukum telah
130
Ibid.
Anggiat Ferdinan : Kekuatan Eksekutorial Sertifikat Jaminan Fidusia Terhadap Objek Jaminan Dalam Kepailitan, 2009 USU Repository © 2008
memberikan hak untuk didahulukan kepada kreditur separatis yang telah merubah statusnya menjadi kreditur konkuren dengan alasan demi kepastian hukum. Selanjutnya bahwa dalam hal
hasil penjualan objek eksekusi tidak mencukupi untuk pelunasan utang, maka debitur tetap bertanggung jawab atas utang yang belum terbayar.
131
Pemenuhan kepastian hukum dalam konteks tersebut tidak lebih dari kepastian pemenuhan hak kreditur separatis, akan tetapi kepastian hukum yang diberikan oleh ketentuan
jaminan fidusia kepada kreditur separatis untuk melaksanakan eksekusi atas kekuasaannya sendiri. Kreditur separatis itu adalah kreditur yang mempunyai hak hipotek dengan disertai dengan janji
bedingen van eigenmachtige verkoop diberi kuasa untuk secara sendiri melakukan eksekusi atau penjualan dari benda yang menjadi jaminan itu sesuai dengan Pasal 1178 KUHPerdata, juga
pemegang gadai dapat melaksanakan hak-hak mereka seolah-olah tidak terjadi pailisment. Berarti dalam hal ini yang dimaksud dengan kewenangan dari pemegang hak jaminan fidusia yang
diberikan oleh Pasal 27 UUJF adalah penerima fidusia memiliki hak yang didahulukan atau hak penerima fidusia untuk mengambil pelunasan piutangnya atas hasil eksekusi benda yang menjadi
objek jaminan fidusia, hak yang didahulukan dari penerima fidusia tidak hapus karena kepailitan dan atau likuidasi pemberi fidusia.
Terhadap penjualan seluruh harta kekayaan debitur tersebut, yang kemudian hasil penjualan tersebut dibagikan secara proporsional kepada para kreditur, hanya terjadi dalam hal ada
kepailitan debitur atau dalam hal debitur dinyatakan pailit oleh Pengadilan Niaga. Ketentuan Pasal 1132 KUHPerdata memberi arti bahwa adanya persamaan hak,
persamaan kedudukan para kreditur, tidak ada yang diistimewakan, sekalipun diantara mereka mungkin ada piutangnya lebih tua, lebih dulu adanya daripada yang lain. Seorang kreditur pada
asasnya tidak ber hak untuk menuntut pelunasan piutangnya lebih dahulu atas dasar bahwa piutangnya ada lebih dahulu daripada piutang kreditur lainnya.
Berdasarkan ketentuan tersebut di atas, bahwa semua kreditur dalam pemenuhan piutangnya mempunyai kedudukan yang sama. Lahirnya hak tagihan lebih dahulu pada asasnya
tidak memberikan suatu kedudukan yang lebih baik kepada kreditur yang bersangkutan. Dalam
131
Pasal 34 ayat 2 UUJF.
Anggiat Ferdinan : Kekuatan Eksekutorial Sertifikat Jaminan Fidusia Terhadap Objek Jaminan Dalam Kepailitan, 2009 USU Repository © 2008
hal tertentu, ada kalanya seorang kreditur menginginkan untuk tidak berkedudukan sama dengan kreditur-kreditur lain. Karena kedudukan yang sama dengan kreditur-kreditur lain berarti
mendapat hak yang berimbang dengan kreditur-kreditur lain dari hasil penjualan harta kekayaan debitur apabila debitur cidera janji.
Ketentuan Pasal 14 ayat 3 UUJF telah dinyatakan bahwa jaminan fidusia baru lahir pada saat jaminan fidusia tersebut terdaftar pada tanggal yang sama dengan tanggal dicatatnya jaminan
fidusia tersebut dalam buku daftar fidusia, akan tetapi tidak tertutup kemungkinan jaminan fidusia tersebut tidak terdaftar pada buku daftar fidusia. Sementara itu jika si pemberi jaminan fidusia
jatuh pailit, akibatnya objek jaminan tersebut menjadi masuk ke dalam boedel pailit karena belum menjadi jaminan fidusia, sehingga bagi kreditur yang seharusnya menjadi kreditur separatis
menjadi kreditur konkuren dan tidak mempunyai peluang menjadi kreditur separatis. Akan tetapi dalam hal tersebut kedudukannya tetap didahulukan pelunasan piutangnya dari kreditur konkuren
lainnya untuk mengambil uang hasil pelelangan umum hak atas tanah yang menjadi objek hak tanggungan tersebut.
Setelah kreditur separatis tersebut tidak dapat menjual benda jaminannya, lalu benda tersebut harus dikembalikan kepada kurator untuk dijual dimuka umum, setelah seluruh asset si
debitur sudah terjual maka kurator diwajibkan menyusun suatu daftar pembagian melalui persetujuan Hakim Pengawas. Daftar tersebut memuat suatu pertelaan tentang penerimaan-
penerimaan dan pengeluaran-pengeluaran, nama-nama kreditur, jumlah yang dicocokkan dari tiap- tiap piutang, begitu pula pembagian yang harus diterima oleh kreditur untuk tiap-tiap piutang
tersebut. Pembagian untuk kreditur konkuren harus ditetapkan secara prorata, sedangkan bagi
kreditur yang mempunyai hak istimewa termasuk di dalamnya mereka yang hak istimewanya dibantah, serta kreditur pemegang gadai maupun pemegang hipotek, mereka dibayar menurut
ketentuan Pasal 55 UUK dan PKPU diberikan jumlah agar dapat ditetapkan bermanfaat dari penjualan barang-barang yang bersangkutan dengan hak istimewa mereka atau yang telah
diperikatkan kepada mereka.
Anggiat Ferdinan : Kekuatan Eksekutorial Sertifikat Jaminan Fidusia Terhadap Objek Jaminan Dalam Kepailitan, 2009 USU Repository © 2008
Jika jumlah ini kurang dari seluruh jumlah piutang-piutang mereka, maka untuk kekurangannya dalam hal barang-barang yang dibebani dengan hak istimewa tersebut atau yang
diperikatkan kepada mereka belum terjual, maka untuk seluruh jumlah piutang mereka harus diberikan bagian prorata yang sama seperti kreditur konkuren. Hal yang sama berlaku juga bagi
pemegang ikatan panen, sekedar piutang yang belum dibayar dari panenan yang diikatkan kepadanya. Untuk piutang-piutang yang diterima dengan syarat, dalam daftar pembagian tersebut
maka bagian prorata tadi harus diberikan dengan memperhitungkan seluruh jumlah piutang- piutang itu.
Daftar pembagian yang telah disetujui oleh Hakim Pengawas harus diletakkan di Kepaniteraan Pengadilan, dan satu salinan dari daftar tersebut harus diletakkan di kantor kurator
agar dapat dilihat oleh kreditur selama suatu tenggang waktu yang ditetapkan oleh Hakim Pengawas pada waktu daftar tersebut disetujui. Dalam tenggang waktu tersebut tiap-tiap kreditur
dapat mengajukan perlawanan daftar pembagian tersebut dengan memasukkan surat keberatan yang disertai dengan alasan-alasan di Kepaniteraan Pengadilan.
Segera setelah berakhirnya tenggang waktu dimana setiap orang diperbolehkan melihat surat-surat tersebut diatas, Hakim Pengawas akan menetapkan hari untuk memeriksa perlawanan
itu dimuka sidang umum. Pada hari sidang yang telah ditetapkan dalam sidang terbuka untuk umum diberikan laporan tertulis oleh Hakim Pengawas, sedangkan kurator dan masing-masing
kreditur baik sendiri-sendiri maupun dengan perantaraan wakil atau kuasanya diperbolehkan membentangkan alasan-alasannya guna membela dan membantah daftar pembagian tersebut.
Pengadilan selanjutnya harus segera memberikan ketetapan atas hal tersebut disertai dengan alasan-alasannya. Atas ketetapan tersebut, baik kurator maupun kreditur dapat mengajukan
kasasi. Pada tingkatan kasasi ini telah mendapat putusan dari Mahkamah Agung maka keputusan Mahkamah Agung tersebut demi hukum mengikat semua pihak yang terkait.
Setelah daftar pembagian yang didalamnya pendapatan penjualan barang tersebut yang telah dipertanggungjawabkan menjadi kuat, Hakim Pengawas harus memerintahkan pencoretan-
pencoretan pembukuan-pembukan hipotek yang membebani barang termasuk harta pailit. Jika ada
Anggiat Ferdinan : Kekuatan Eksekutorial Sertifikat Jaminan Fidusia Terhadap Objek Jaminan Dalam Kepailitan, 2009 USU Repository © 2008
suatu pembukuan hipotek yang membebani kapal tersebut, Hakim Pengawas harus memerintahkan pencoretan pembukuannya.
Pembagian yang diperuntukkan bagi seorang kreditur yang telah diterima dengan syarat, tidak akan diberikan selama belum ada keputusan yang pasti mengenai sifat piutangnya. Apabila
akhirnya ternyata ia tidak mempunyai suatu penagihan ataupun piutangnya kurang dari yang telah diterima, maka uang yang tadinya diperuntukkan baginya seluruh atau sebagian akan menjadi
keuntungan kreditur lainnya. Pembagian-pembagian yang diperuntukkan bagi piutang-piutang yang hak untuk didahulukannya dibantah, jika pembagian-pembagian itu melebihi bagian prorata
yang harus diberikan kepada piutang-piutang yang bersaingan harus sementara dicadangkan sampai ada keputusan tentang haknya untuk didahulukan.
Jika atas suatu kebendaan yang di atasnya terletak suatu hak istimewa tertentu hipotek, gadai, atau ikatan panenan dijual, setelah kreditur yang diistimewakan tersebut diberikan
pembagian menurut ketentuan Pasal 157 UUK dan PKPU jo Pasal 189 UUK dan PKPU, maka mereka tidak berhak lagi atas jumlah pada waktu diadakannya pembagian lagi, kecuali jika jumlah
tersebut melebihi nilai penjualan yang telah mereka terima. Setelah berakhirnya tenggang waktu untuk melihat surat-surat atau telah dilakukannya
atau dimajukannya perlawanan, atau setelah diucapkannya putusan tentang perlawanan itu, maka kurator diwajibkan untuk segera melaksanakan pembagian yang sudah ditetapkan itu. Segera
setelah kepada para kreditur yang telah dicocokkan piutangnya, dibayarkan jumlah penuh piutang- piutang mereka, atau segera setelah daftar pembagian penutup memperoleh kekuatan hukum tetap
maka berakhirlah kepailitan. Dengan tidak mengurangi berlakunya ketentuan Pasal 203 UUK dan PKPU yang menyatakan bahwa dalam hal sesudah diadakan pembagian penutup, ada pembagian
yang tadinya dicadangkan jatuh kembali dalam harta pailit, atau apabila ternyata masih terdapat bagian harta pailit, yang sewaktu diadakan pemberesan tidak diketahui maka atas perintah
pengadilan, kurator membereskan dan membaginya berdasarkan daftar pembagian yang dahulu. Kurator wajib mengumumkan hal tersebut dalam media cetak. Setelah lewat jangka
waktu 1 satu bulan, kurator harus memberikan perhitungan tanggung jawab tentang pengurusan yang telah dilakukannya kepada Hakim Pengawas. Buku-buku dan surat-surat yang ditemukan
Anggiat Ferdinan : Kekuatan Eksekutorial Sertifikat Jaminan Fidusia Terhadap Objek Jaminan Dalam Kepailitan, 2009 USU Repository © 2008
kurator dalam harta pailit harus diserahkan kepada debitur dengan tanda bukti penerimaan yang sepatutnya.
Berkenaan dengan berlakunya Pasal 55 UUK dan PKPU, menurut Pasal 60 ayat 1 UUK dan PKPU, pemegang hak jaminan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 UUK dan PKPU, yang
melaksanakan haknya wajib memberikan pertanggungjawaban kepada kurator tentang hasil penjualan barang yang menjadi agunan dan menyerahkan kepada kurator swasta sisa hasil
penjualan setelah dikurangi jumlah utang, bunga dan biaya. Berkaitan dengan ketentuan Pasal 60 ayat 1 UUK dan PKPU tersebut sudah barang
tentu harus diberlakukan dalam kaitannya dengan ketentuan Pasal 56 ayat 1 UUK dan PKPU mengenai keharusan bagi pemegang hak jaminan fidusia tersebut untuk menunggu 90 sembilan
puluh hari terlebih dahulu sebelum dapat melaksanakan haknya untuk menjual agunan tersebut. Pasal 60 angka 2 UUK dan PKPU menentukan bahwa atas tuntutan kurator atau kreditur yang
diistimewakan, yang kedudukannya lebih tinggi daripada kreditur pemegang hak jaminan fidusia, maka kreditur pemegang hak tersebut wajib menyerahkan bagian dari hasil penjualan tersebut
untuk jumlah yang sama dengan jumlah tagihan yang diistimewakan. Berdasarkan penjelasan Pasal 60 ayat 2 UUK dan PKPU, yang dimaksudkan dengan
kreditur yang diistimewakan adalah kreditur pemegang hak sebagaimana dimaksudkan dalam Pasal 1139 dan 1149 KUHPerdata. Undang-Undang Kepailitan menyikapi dalam hal terdapat
seorang kreditur pemegang hak jaminan fidusia yang pelunasan utangnya tidak dapat tertutup seluruhnya dari hasil eksekusi atau penjualan agunan yang dibebani dengan hak jaminan fidusia
tersebut, misalnya ada seorang kreditur pemegang hak jaminan mempunyai piutang kepada debitur yang jumlah keseluruhannya sebesar Rp. 1.000.000.000,- satu miliar rupiah dan oleh debitur
dijamin dengan mobil-mobil yang dibebani dengan jaminan fidusia sebesar Rp. 300.000.000,- tiga ratus juta rupiah. Pada saat agunan tersebut dijual dalam rangka eksekusi jaminan fidusia
tersebut, dapat terjadi kemungkinan yang tergantung kepada nilai jual agunan tersebut.
132
132
Hasil wawancara dengan Bapak H. Bambang Suheri, Advokat, pada tanggal 23 Pebruari 2009, di Medan
Anggiat Ferdinan : Kekuatan Eksekutorial Sertifikat Jaminan Fidusia Terhadap Objek Jaminan Dalam Kepailitan, 2009 USU Repository © 2008
Nilai jual agunan melebihi nilai jaminan fidusia, dengan kata lain agunan tersebut berhasil dijual dengan nilai diatas Rp. 300.000.000,- tiga ratus juta rupiah, harga jual yang terjadi
dapat di bawah nilai piutang kreditur, misalnya berhasil dijual dengan harga Rp. 400.000.000,- empat ratus juta rupiah.
Nilai jual agunan bukan saja melebihi nilai jaminan fidusianya tetapi bahkan berada di atas nilai piutangya misalnya berhasil dijual dengan harga Rp. 1.200.000.000,- satu
miliar dua ratus juta rupiah. Nilai jual agunan kurang dari nilai jaminan fidusia, dengan kata lain hasil penjualan agunan itu kurang dari Rp. 300.000.000,- tiga ratus juta rupiah, misalnya
hanya laku dijual seharga Rp. 250.000.000,- dua ratus lima puluh juta rupiah saja.
133
Sikap undang-undang kepailitan dapat dilihat dari ketentuan Pasal 60 ayat 3 UUK dan PKPU. Menurut pasal ini apabila hasil penjualan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60 ayat 1
UUK dan PKPU tidak cukup melunasi piutang yang bersangkutan yaitu piutang pemegang hak jaminan fidusia tersebut, maka pemegang hak tersebut dapat mengajukan tagihan pelunasan atas
kekurangan tersebut dari harta pailit sebagai kreditur konkuren setelah mengajukan permintaan pencocokan utang.
Ketentuan Pasal 60 ayat 3 ini dapat diterapkan dalam kedua kasus penjualan agunan diatas. Dalam kasus yang pertama dan kedua, kreditur separatis yang bersangkutan berhak
memperoleh pelunasan dari hasil penjualan agunan itu hanya sampai senilai Rp. 300.000.000,- tiga ratus juta rupiah saja, sedangkan selisih harga penjualan setelah dikurangi nilai jaminan
fidusia tersebut yaitu sisanya sebesar Rp. 100.000.000,- seratus juta rupiah untuk kasus yang pertama atau sisanya sebesar Rp. 900.000.000,- sembilan ratus juta rupiah untuk kasus yang
kedua, tidak berhak dipakai untuk melunasi sisa piutangnya. Sisa harga penjualan itu harus dimasukkan dan merupakan bagian dari harta pailit yang
merupakan hak dari para kreditur konkuren. Untuk sisa piutangnya sebesar Rp. 700.000.000,- tujuh ratus juta rupiah pada kasus yang pertama, yaitu setelah dikurangi pelunasan sebesar Rp.
300.000.000,- tiga ratus juta rupiah menjadi piutang konkuren yang dilunasi dari harta pailit.
133
Ibid.
Anggiat Ferdinan : Kekuatan Eksekutorial Sertifikat Jaminan Fidusia Terhadap Objek Jaminan Dalam Kepailitan, 2009 USU Repository © 2008
Termasuk dari bagian Rp. 100.000.000,- seratus juta rupiah pada kasus yang pertama atau Rp. 900.000.000,- sembilan ratus juta rupiah pada kasus yang kedua yang merupakan sisa
hasil penjualan agunan yang diserahkan ke dalam harta pailit tersebut. Dengan kata lain untuk sisa piutangnya yang belum lunas, kreditur tadi berkedudukan sebagai kreditur konkuren yang harus
berbagi secara pari passui atau secara proporsional dengan perbandingan besarnya piutang masing-masing kreditur konkuren tersebut.
Berdasarkan penjelasan tersebut diatas, berarti dalam kasus pertama dan kedua, kreditur tersebut berkedudukan sebagai kreditur separatis hanya sampai sebesar nilai jaminan fidusianya
saja yaitu sampai nilai Rp. 300.000.000,- tiga ratus juta rupiah, sedangkan untuk nilai piutangnya diatas nilai jaminan fidusia itu yaitu untuk nilai piutang sebesar Rp. 700.000.000,- tujuh ratus juta
rupiah, kreditur berkedudukan sebagai kreditur konkuren. Kasus yang ketiga, kreditur berhak mengambil seluruh hasil penjualan agunan
tersebut, sedangkan sisa piutangnya yang belum lunas yaitu sebesar Rp. 800.000.000,- delapan ratus juta rupiah ditagih dari hasil likuidasi harta pailit sebagai kreditur konkuren dengan
berbagi secara proporsional dengan para kreditur konkuren lainnya menurut perbandingan besarnya piutang masing-masing kreditur konkuren.
Anggiat Ferdinan : Kekuatan Eksekutorial Sertifikat Jaminan Fidusia Terhadap Objek Jaminan Dalam Kepailitan, 2009 USU Repository © 2008
BAB IV KENDALA-KENDALA YANG MENGHAMBAT PROSES