BAB III PELAKSANAAN EKSEKUSI TERHADAP OBJEK JAMINAN
FIDUSIA DALAM KEPAILITAN
A. Pelaksanaan Eksekusi Jaminan Fidusia dalam Undang-Undang Jaminan Fidusia
Salah satu ciri dari jaminan hutang kebendaan yang baik adalah manakala hak agunan tersebut dapat dieksekusi secara cepat dengan proses yang sederhana, efisien dan mengandung
kepastian hukum.
114
Misalnya, ketentuan eksekusi fidusia di Amerika Serikat yang memperbolehkan pihak kreditur mengambil sendiri barang objek jaminan fidusia asalkan dapat
menghindarkan pertengkaran atau perkelahian. Barang tersebut dapat dijual di depan umum, atau dijual di bawah tangan, asalkan dilakukan dengan ber itikad baik.
115
Fidusia sebagai salah satu jenis jaminan hutang juga harus memiliki unsur-unsur yang cepat, murah dan pasti. Dalam praktiknya hal tersebut banyak dikeluhkan karena selama belum
keluarnya UUJF tidak ada kejelasan mengenai bagaimana caranya mengeksekusi fidusia, sehingga banyak yang menafsirkan eksekusinya memakai prosedur gugatan biasa lewat pengadilan dengan
prosedur biasa yang panjang, mahal dan melelahkan.
116
Berlakunya Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1985 tentang Rumah Susun UURS, menciptakan prosedur yang lebih muda yaitu lewat eksekusi di bawah tangan, tetapi di samping
syaratnya yang berat, eksekusi jaminan fidusia di bawah tangan versi UURS tentunya hanya berlaku atas fidusia yang berhubungan dengan rumah susun saja. Karena itu dalam praktik,
eksekusi jaminan fidusia di bawah tangan sangat jarang digunakan.
117
Salah satu terobosan yang dilakukan oleh undang-undang tentang jaminan fidusia ini ialah dengan mengambil pola eksekusi
hak tanggungan yang dikembangkan oleh Undang-Undang No. 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan, yaitu dengan mengatur eksekusi jaminan fidusia secara bervariasi, sehingga para
114
Munir Fuady, Op. Cit., hal. 57.
115
Ibid., hal. 27.
116
Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani, Op. Cit., hal. 57.
117
Munir Fuady, Op. Cit., hal. 57.
Anggiat Ferdinan : Kekuatan Eksekutorial Sertifikat Jaminan Fidusia Terhadap Objek Jaminan Dalam Kepailitan, 2009 USU Repository © 2008
pihak dapat memilih model eksekusi yang diinginkan. Model-model eksekusi jaminan fidusia menurut UUJF adalah sebagai berikut :
1. Eksekusi jaminan fidusia dengan titel eksekutorial.
Ada beberapa akta yang mempunyai titel eksekutorial, yakni yang disebut dengan istilah grosse akta, yaitu :
a. Akta Hipotek berdasarkan Pasal 224 HIR ;
b. Akta Pengakuan Hutang berdasarkan Pasal 224 HIR ;
c. Akta Hak Tanggungan berdasarkan Undang-Undang No. 4 Tahun 1996 tentang Hak
Tanggungan ; d.
Akta Fidusia berdasarkan Undang-Undang No. 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia. Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Acara Perdata HIR, setiap akta yang
mempunyai titel eksekutorial dapat dilakukan fiat eksekusi. Pasal 224 HIR tersebut menyatakan bahwa grosse dari akta hipotek dan surat hutang yang dibuat di hadapan Notaris
di Indonesia, yang kepalanya berbunyi ”Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa” berkekuatan sama dengan suatu keputusan Hakim. Jadi berdasarkan titel eksekutorial
ini penerima fidusia dapat langsung melaksanakan eksekusi melalui pelelangan umum atas objek jaminan fidusia tanpa melalui pengadilan. Jika tidak ada jalan damai, maka surat yang
demikian di eksekusi dengan perintah dan di bawah pimpinan Ketua Pengadilan Negeri yang dalam daerah hukumnya tempat tinggal debitur itu atau tempat kedudukan yang dipilihnya,
yaitu menurut cara yang dinyatakan dalam pasal-pasal sebelumnya, tetapi dengan pengertian bahwa paksaan badan hanya boleh dilakukan jika sudah diijinkan dengan keputusan Hakim.
Dengan demikian, akta tersebut tinggal di eksekusi tanpa perlu lagi suatu putusan pengadilan. Yang dimaksud dengan fiat eksekusi adalah eksekusi atas sebuah akta seperti
mengeksekusi suatu putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap, yakni dengan cara menerima fiat dari Ketua Pengadilan, yaitu memohon penetapan untuk melakukan
eksekusi. Ketua Pengadilan akan memimpin eksekusi sebagaimana dimaksud dalam HIR.
118
Anggiat Ferdinan : Kekuatan Eksekutorial Sertifikat Jaminan Fidusia Terhadap Objek Jaminan Dalam Kepailitan, 2009 USU Repository © 2008
2. Eksekusi Jaminan Fidusia secara parate eksekusi lewat pelelangan umum.
Eksekusi jaminan fidusia dapat juga dilakukan dengan jalan melalui lembaga parate eksekusi yaitu melalui lembaga pelelangan umum kantor lelang, dimana hasil pelelangan tersebut
diambil untuk melunasi pembayaran piutang-piutangnya. Pasal 1155 angka 1 KUHPerdata menyatakan bahwa apabila oleh para pihak telah diperjanjikan lain, maka si berpiutang berhak
jika si berutang atau si pemberi gadai cidera janji untuk membayar dan menyuruh menjual barangnya dimuka umum menurut kebiasaan-kebiasaan setempat serta syarat-syarat yang
lazim berlaku, dengan maksud untuk mengambil pelunasan jumlah piutangnya beserta bunga dan biaya dari pendapatan penjualan tersebut.
Parare eksekusi lewat pelelangan umum ini dapat dilakukan tanpa melibatkan pengadilan, seperti yang tercantum pada Pasal 29 ayat 1 huruf b yang menyatakan bahwa
penjualan benda yang menjadi objek jaminan fidusia atas kekuasaan penerima fidusia sendiri melalui pelelangan umum serta mengambil pelunasan piutangnya dari hasil penjualan. Pada
prinsipnya bahwa penjualan benda yang menjadi objek jaminan fidusia harus melalui pelelangan umum, karena dengan cara ini diharapkan dapat diperoleh harga yang paling
tinggi.
3. Eksekusi jaminan fidusia secara parate eksekusi penjualan di bawah tangan.
Jaminan fidusia dapat juga dieksekusi secara parate eksekusi mengeksekusi tanpa lewat pengadilan dengan cara menjual benda objek jaminan fidusia tersebut secara di bawah
tangan, apabila penjualan melalui pelelangan umum diperkirakan tidak akan menghasilkan harga tertinggi yang menguntungkan baik pemberi fidusia maupun penerima fidusia.
Penjualan di bawah tangan dapat dilakukan, asalkan memenuhi syarat-syarat yang terdapat dalam UUJF, yaitu :
a. Dilakukan berdasarkan kesepakatan antara pembeli dengan penerima fidusia ;
b. Jika dengan cara penjualan di bawah tangan tersebut dicapai harga tertinggi yang
menguntungkan para pihak ;
118
Munir Fuady, Op. Cit., hal, 60.
Anggiat Ferdinan : Kekuatan Eksekutorial Sertifikat Jaminan Fidusia Terhadap Objek Jaminan Dalam Kepailitan, 2009 USU Repository © 2008
c. Diberitahukan secara tertulis oleh pemberi dan atau penerima fidusia kepada pihak-pihak
yang berkepentingan ; d.
Diumumkan dalam sedikit-dikitnya dua surat kabar yang beredar di daerah yang bersangkutan ;
e. Pelaksanaan penjualan dilakukan setelah lewat waktu 1 satu bulan sejak diberitahukan
secara tertulis. Pemberi fidusia diwajibkan untuk menyerahkan benda yang menjadi objek jaminan
fidusia dalam rangka pelaksanaan eksekusi jaminan fidusia. Dalam hal pemberi fidusia tidak menyerahkan benda yang menjadi objek jaminan fidusia pada waktu eksekusi dilaksanakan,
penerima fidusia ber hak mengambil benda yang menjadi objek jaminan fidusia dan apabila perlu dapat meminta bantuan pihak yang berwenang.
Ketentuan yang diatur dalam Pasal 29 dan 31 UUJF sifatnya mengikat dan tidak dapat dikesampingkan atas kemauan para pihak. Setiap janji untuk melaksanakan eksekusi
terhadap benda yang menjadi objek jaminan fidusia dengan cara yang bertentangan dengan ketentuan sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 29 dan 31 adalah batal demi hukum.
4. Eksekusi jaminan fidusia secara mendaku.
Istilah mendaku disini dimaksudkan adalah membuat menjadi aku punya, sehingga yang dimaksud dengan eksekusi fidusia secara mendaku adalah eksekusi jaminan fidusia
dengan cara mengambil barang fidusia untuk menjadi milik kreditur secara langsung tanpa lewat suatu transaksi apa pun.
119
Eksekusi jaminan fidusia secara mendaku ini dalam UUJF dengan tegas dilarang. Hal ini tertera dalam Pasal 33 UUJF yang menyatakan bahwa setiap janji yang memberikan
kewenangan kepada penerima fidusia untuk memiliki benda yang menjadi jaminan fidusia apabila debitur cidera janji akan batal demi hukum.
Pengalihan kepemilikan adalah dimaksudkan semata-mata untuk memberi agunan dengan hak yang didahulukan kepada penerima fidusia sesuai dengan ketentuan Pasal 33
Anggiat Ferdinan : Kekuatan Eksekutorial Sertifikat Jaminan Fidusia Terhadap Objek Jaminan Dalam Kepailitan, 2009 USU Repository © 2008
UUJF di atas. Ketentuan tersebut dibuat untuk melindungi pemberi fidusia, terutama jika nilai objek jaminan fidusia melebihi besarnya utang yang dijamin. Dalam hal hasil eksekusi
melebihi nilai penjaminan, penerima fidusia wajib mengembalikan kelebihan tersebut kepada pemberi fidusia, tetapi apabila hasil eksekusi tersebut tidak mencukupi untuk pelunasan utang,
debitur tetap bertanggung jawab atas utang yang belum terbayar. Ketentuan serupa dapat dijumpai dalam Pasal 1154 KUHPerdata untuk gadai yang
menyatakan apabila si berpiutang atau si pemberi gadai tidak memenuhi kewajiban- kewajibanya, maka tidak diperkenankan si berpiutang memiliki barang yang digadaikan,
segala janji yang bertentangan dengan ini adalah batal.
B. Pelaksanaan Eksekusi Harta Pailit Menurut UUK dan PKPU