Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN
yang menunjukan bahwa explanatory power regresi monoton disebabkan oleh frekuensi perdagangan saham, walaupun ukuran perusahaan berpengaruh
namun secara ekonomi signifikansinya sangat kecil. Namun hal berbeda ditunjukkan oleh Agustinus dkk. 2013 yang menyatakan bahwa frekuensi
perdagangan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap volatilitas harga saham.
Dalam teori hubungan volume volatilitas yang dikemukakan oleh Chan dan Fong 2000 menyatakan bahwa volume perdagangan dan frekuensi
perdagangan berpengaruh terhadap volatilitas harga saham karena volume dan frekuensi perdagangan tersebut mencerminkan informasi yang diterima
oleh investor, tetapi terdapat masalah di lapangan dimana pada faktanya peningkatan volume perdagangan ataupun frekuensi perdagangan tidak
menjamin peningkatan volatilitas harga saham, hal ini dapat ditunjukan dengan tabel volume dan volatilitas beberapa saham perusahaan yang
terdaftar dalam indeks LQ45 berikuti ini:
Tabel 1. Data Volume dan Volatilitas
Emiten Tahun
Volume lembar
Frekuensi Volatilitas
BBCA 2012
3.777.609.898 240.955
0,10 2013
3.958.469.269 370.064
0,17 2014
4.513.951.598 651.272
0,09 2015
4.568.251.072 881.030
0,12 UNTR
2012 1.711.111.083
446.345 0,18
2013 1.119.981.962
329.726 0,16
2014 1.004.616.404
671.942 0,12
2015 879.489.780
807.749 0,19
Pada tabel 1. di atas dapat dilihat bahwa volume dan frekuensi perdagangan saham BCA selalu meningkat dari tahun 2012-2015 tetapi
volatilitas harga sahamnya mengalami penurunan di tahun 2014. Dilain pihak, volume perdagangan saham United Tractors selalu mengalami
penurunan dari tahun 2012-2015 tetapi terjadi peningkatan volatilitas di tahun 2015. Sementara itu frekuensi perdagangan saham United Tractors
mengalami peningkatan di tahun 2014 tetapi volatilitasnya justru mengalami penurunan. Hal ini berarti volume dan frekuensi perdagangan yang tinggi
tidak menjamin volatilitas yang tinggi pula ataupun sebaliknya. Selain volume perdagangan dan frekuensi perdagangan, order imbalance
atau net order inflow juga memungkinkan berpengaruh terhadap volatilitas harga sahm. Volatilitas dipengaruhi oleh net order inflow, karena pelaku
pasar tidak dapat membedakan order penawaran atau order permintaaan berasal dari informed atau liquidity trader sehingga akan menginterpretasikan
informasi dari net order inflow Admati dan Pfleiderer, 1988. Harga akan naik apabila terjadi kelebihan permintaan dan akan turun apabila terjadi
kelebihan penawaran Madhavan dan Richardson, 1997. Hal ini serupa dengan penelitian Chan dan Fong 2000 serta penelitian Chordia dan
Subrahmanyam 2004 yang menyatakan order imbalance berpengaruh positif terhadap perubahan harga
,
namun hal berbeda ditunjukan oleh Sandrasari 2010 dan Agustinus dkk., 2013 yang menunjukan bahwa order
imbalance tidak berpengaruh terhadap volatilitas harga saham.
Penelitian tentang analisis faktor-faktor yang memengaruhi volatilitas harga saham telah banyak dilakukan baik di dalam negeri maupun di luar
negeri, tetapi penelitian-penelitian tersebut masih belum menunjukkan hasil yang konsisten. Beberapa penelitian di berbagai negara tersebut dilakukan
karena masih adanya perdebatan mengenai faktor-faktor apa saja yang berpengaruh terhadap volatilitas harga saham. Penelitian dengan sampel pada
pasar yang berbeda tentunya akan menunjukkan hubungan yang berbeda karena mikrostruktur dari tiap pasar juga berbeda. Penelitian Chan dan Fong
2000, dilakukan pada New York Stock Exchange serta Nasdaq, sementara itu penelitian Chordia dan Subrahmanyam 2004 dilakukan di pasar modal
Amerika Serikat. Demikian pula halnya dengan Bursa Efek Indonesia, tentunya memiliki struktur pasar yang berbeda dengan struktur pasar NYSE
maupun Nasdaq. Berdasarkan fenomena dan teori yang diungkapkan di atas, maka penulis
tertarik untuk melakukan penelitian tentang volatilitas harga saham. Penelitian ini membatasi penelitian terhadap faktor yang memengaruhi
Volatilitas Harga
Saham, yaitu
Volume Perdagangan,
Frekuensi Perdagangan, dan Order Imbalance. Lebih lanjut, penelitian ini akan
menggunakan saham-saham yang aktif sebagai sampel penelitian yaitu mengambil sampel dari perusahaan yang terdaftar dalam Indeks LQ 45
periode tahun 2012-2015. Alasan digunakannya saham aktif yang masuk dalam perhitungan LQ45 adalah guna menghindari pengambilan sampel yang
berpotensi mengikutsertakan saham tidurtidak aktif dalam analisis, serta
karena saham perusahaan yang masuk perhitungan indeks LQ45 merupakan saham-saham dari berbagai sektor industri dengan kapitalisasi besar, sehingga
dapat mewakili saham-saham yang tercatat di Bursa Efek Indonesia. Selanjutnya penelitian ini diberi judul
“Analisis Determinan Volatilitas Harga Saham Studi pada Perusahaan yang Terdaftar dalam Indeks LQ 45
”.