2. Mengadakan rekonstruksi bahasa – bahasa yang ada dewasa ini kepada bahasa – bahasa purba
bahasa – bahasa proto atau bahasa – bahasa yang menurunkan bahasa – bahasa kontemporer. Atau dengan kata lain linguistik historis komparatif berusaha menemukan
bahasa proto yang menurunkan bahasa – bahasa moderen.
2.1.2 Metode Rekonstruksi
Metode rekonstruksi merupakan pemulihan, baik fonem-fonem purba proto maupun morfem-morfem proto, yang dianggap pernah ada dalam bahasa-bahasa purba, yang sama sekali tidak
memiliki naskah-naskah tertulis Keraf, 1996 : 59. Rekonstruksi fonem dan rekonstruksi morfem dimungkinkan karena para ahli menerima suatu
asumsi bahwa jika diketahui fonem-fonem kerabat dari suatu fonem proto, maka sebenarnya fonem proto itu dapat ditelusuri kembali bentuk tuanya. Untuk mengadakan rekonstruksi fonem-fonem dan
morfem-morfem bahasa kerabat kepada fonem-fonem dan morfem – morfem bahasa proto yang diperkirakan menurunkan bahasa kerabat tersebut maka perlu dikakukan beberapa tahapan, yaitu
mencatat semua korespondensi fonemis dalam bahasa-bahasa kerabat yang dibandingkan. Membandingkan unsur-unsur yang menunjukkan kontras itu dalam lingkungan yang lebih luas
dengan mencari pasangan-pasangan baru. Mengadakan rekonstruksi tiap fonem yang terkandung dalam pasangan kata-kata yang dibandingkan. Keraf, 1996 : 60. Beberapa hal yang harus
diperhatikan kembali sebelum melakukan rekonstruksi protobahasa, khususnya rekonstruksi tataran fonologi dan leksikon ialah selain menyisihkan kata-kata pinjaman, peneliti harus menemukan kata
dasar atau dasar kata. Mbete, 2002 : 37 Selanjutnya Mbete 2002 : 38 mengatakan bahwa rekonstruksi dapat dilakukan melalui dua
arah yaitu dari bawah ke atas dan dari atas ke bawah. Rekonstruksi dari bawah ke atas bertujuan untuk menentukan bentuk –bentuk proto fonem, dan morfemkata yang dihipotesiskan sebagai asal dari
bentuk-bentuk turunan serta menggambarkan kaidah dan proses perubahannya.Selanjutnya rekonstruksi dari atas ke bawah bertujuan untuk memerikan keterwarisan, baik secara linear maupun
dengan perubahan. Prosedur kerja rekonstruksi sesuai dengan kenyataan korespondensi yang ada pada bahasa Bali, Sasak, dan Sumbawa, Mbete 2002 : 40 menjabarkannya sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
1. Jikalau perangkat kata seasal perangkat kognat dari semua bahasa memperlihatkan
kesepadanan fonem secara teratur, khususnya dari fonem tertentu yang sedang dibandingkan, maka protofonem yang ditetapkan adalah fonem itu juga.
2. Jikalau perangkat kata seasal memperlihatkan kesepadanan fonem dan fonem yang
dibandingkan menunjukkan kebedaan karena perubahan yang teratur pada lingkungan tertentu, dan pada bahasa tertentu pula, maka protofonem yang direkonstruksi dan
ditetapkan itu didasarkan pada kaidah perubahan. 3.
Jikalau dalam bahasa itu ditemukan dua macam kesepadanan atau korespondensi yang teratur maka keduanya harus ditandai dengan tanda yang berbeda.
4. Jikalau perangkat kata seasal memperlihatkan kesepadanan fonem, dan fonem yang
dibandingkan itu menunjukkan perbedaan yang tidak dapat dijelaskan dengan kaidah perubahan sehingga tidak dapat diketahui pula mana fonem yang asli, maka
protofonemnya ditetapkan di antara kedua fonem itu dengan apitan tanda kurung. Ketentuan ini terutama berkaitang dengan perubahan yang tidak tertaur dalam rangka
rekonstruksi leksikon. Selanjutnya menurut Crowley dalam Panggabean, 2013 : 35 rekonstruksi adalah perkiraan
tentang kemungkinan bentuk proto-bahasa dengan menelusuri perubahan – perubahan yang terjadi di antara proto-bahasa dengan bahasa – bahasa berkerabat yang diturunkannya sister languages.
Crowley menjelaskan untuk melakukan rekonstruksi bentuk – bentuk proto-bahasa, dilakukan beberapa hal berikut
1. Langkah pertama adalah memisahkan kata atau kata – kata yang berkerabat dari kata – kata
yang tidak berkerabat. Misalnya, tafuafi ‘membuat api’ harus dikeluarkan dari data b. Tonga
b. Samoa b.Rarotong
b. Hawai Gloss
tafuafi si
Ɂa Ɂika
hi Ɂa
Membuat api
2. Langkah kedua adalah menetukan korespondensi bunyi pada bahasa – bahasa yang berkerabat
seperti pada glos dilarang pada data berikut
Universitas Sumatera Utara
b. Tonga t
a p
u b.Samoa
t a
p u
b. Rarotong t
a p
u b. Hawai
k a
p u
Perangkat korespondensi dalam data di atas adalah t-t-t-k, a-a-a-a, p-p-p-p, u-u-u-u. 3.
Langkah ketiga adalah memeriksa perangkat bunyi berkorespondensi yang mempunyai perbedaan untuk menentukan proto-fonemnya seperti data berikut:
b. Tonga b. Samoa
b. Rarotong b. Hawai
t t
t k
ŋ ŋ
ŋ n
Perbedaan perangkat bunyi pada data pertama adalah t-k dan pada data kedua adalah ŋ-n. Ada
kemungkinan t atau k adalah proto dari t dan k serta ŋ atau n adalah proto dari ŋ
atau n. Namun karena t dan ŋ mempunyai distribusi paling luas atau rekurensi paling luas
pada data yang ada, maka t dan ŋ adalah fonem – fonem proto dalam keempat bahasa
tersebut.
2.2 Tinjauan Pustaka