Manfaat Penelitian Tujuan dan Manfaat Penelitian .1

lanjut akan menjadi dasar untuk menyusun hipotesis mengenai bunyi-bunyi proto dalam bahasa tua yang menurunkan bahasa-bahasa kerabat Keraf, 1996 : 40.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka dapatlah ditarik rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Bagaimana korespondensi bunyi vokal dan konsonan yang terjadi dari ketiga bahasa yang dibandingkan Melayu Langkat, Melayu Serdang, dan Melayu Panai, dan 2. Bagaimana rekonstruksi Proto Melayu dari ketiga bahasa yang dibandingkan Melayu Langkat, Melayu Serdang, dan Melayu Panai 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk menganalisis korespondensi bunyi vokal dan konsonan yang terjadi dari ketiga bahasa yang dibandingkan Melayu Langkat, Melayu Serdang, dan Melayu Panai, dan 2. Untuk menganalisis rekonstruksi Proto Melayu dari ketiga bahasa yang dibandingkan Melayu Langkat, Melayu Serdang, dan Melayu Panai.

1.3.2 Manfaat Penelitian

Secara teoretis, manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: a. Memperkaya khasanah penelitian kekerabatan bahasa khususnya korespondensi bunyi vokal dan konsonan serta rekonstruksi bahasa Melayu Langkat, bahasa Melayu Serdang, dan bahasa Melayu Panai. b. Sebagai sumber acuan bagi para linguis dan para peneliti dalam penelitian – penelitian bahasa Melayu Langkat, bahasa Melayu Serdang, dan bahasa Melayu Panai. Universitas Sumatera Utara c. Sebagai masukan kepada pemerintah kabupaten Langkat, Serdangbedagai,Labuhan Batu, dan Provinsi Sumatera Utara agar dapat dijadikan dasar bagi kebijakan lokal dala membangun bahasa daerah. Sedangkan manfaat yang diharapkan secara praktis adalah: a. Untuk menggugah minat generasi muda untuk mempelajari bahasa daerah guna pelestarian bahasa tersebut. b. Sebagai bahan perbandingan bagi mahasiswa yang melakukan penelitian yang relevan untuk masa yang akan datang. 1.4.Klarifikasi Istilah Klarifikasi istilah yang digunakan guna mempermudah pemahaman penelitian ini hal ini akan dipaparkan secara singkat yaitu: Variasi dalam bahasa dapat berupa perbedaan ucapan seseorang dari waktu ke waktu, maupun perbedaan dari suatu tempat ke tempat lainnya. Tetapi, di antara variasi-variasi yang tampaknya tidak terbatas ini, diketahui bahwa variasi-variasi itu memperlihatkan pula pola-pola tertentu. Pola-pola itu ada yang dipengaruhi pola-pola sosial, ada pula yang bersifat kedaerahan atau geografis. Keraf, 1996 : 143. Variasi dapat berupa variasi bunyi, variasi leksikal, variasi morfologis, dll. Variasi bahasa diantaranya terdiri atas dialek dan idiolek. Idiolek merupakan ciri khas yang terdapat pada ujaran seseorang, sedangkan dialek adalah ciri khas ujaran pada sekelompok individu yang memiliki cir-ciri ujaran yang sama. Korespondensi bunyi merupakan istilah lain dari hukum bunyi. Hukum bunyi diganti karena istilah ini mengandung tendensi adanya ikatan yang ketat. Keraf, 1996 : 49. Korespondensi bunyi pada hakikatnya adalah suatu metode untuk menemukan hubungan antarbahasa dalam bidang bunyi bahasa. Teknik penetapan korespondensi bunyi antarbahasa lebih lanjut akan menjadi dasar untuk menyusun hipotesis mengenai bunyi-bunyi proto dalam bahasa tua yang menurunkan bahasa-bahasa kerabat. Keraf, 1996 : 40 Misalnya untuk kata ‘bintang’ diperoleh data berikut: Melayu : bintang Batak Toba : bittang Universitas Sumatera Utara Batak Mandailing : bintang Dari data tersebut di atas maka diperoleh perangkat korespondensi berikut: b – b - b i – i - i n – t - n t – t - t a – a - a ŋ – ŋ – ŋ Semakin banyak data yang dibandingkan maka semakin bahnyak pula kemungkinan untuk memeroleh perangkat korespondensinya. Dalam linguistik historis komparatif, inovasi mengandung pengertian bahwa unsur-unsur itu tidak harus merupakan unsur yang sama sekali baru, yang tidak diturunkan dari bahasa purba, tetapi dapat juga berupa unsur pewarisan dari bahasa purba yang telah mengalami perubahan sesuai dengan kaidah perubahan bunyi adaptasi fonologi dalam bahasa turunannya.Mahsun, 1995 : 84 Selanjutnya Mahsun 1995 : 85 menguraikan ciri-ciri inovasi yaitu: 1 Unsur itu merupakan unsur yang sama sekali baru, yang tidak memiliki kognat dalam bahasa lain. 2 Unsur itu memiliki kesamaan dalam bahasa lain, bukan karena pewarisan etimon protobahasa melainkan hasil inovasi internal yang dipinjam oleh bahasa penerima tetapi keberadaan unsur itu tidak sesuai dengan sistem kaidah perubahan bunyi bahasa penerima dan atau distribusi unsur itu terbatas dibandingkan dengan distribusi dalam bahasa lain yang diduga sebagai bahasa sumbernya. 3 Unsur itu memiliki kognat dalam bahasa lain karena pewarisan dari protobahasa yang sama, namun pola pewarisannya kaidahnya memperlihatkan kekhasan, tidak sama dengan bahasa lain yang juga sama-sama mewarisi etimon itu. Retensi merupakan kebertahanan bahasa proto terhadap bahasa yang ada saat ini. Retensi merupakan kebalikan dari inovasi. Universitas Sumatera Utara Macam-macam perubahan bunyi dapat dibedakan berdasarkan tipe berubahan bunyi. Tipe perubahan bunyi lebih meneropong perubahan bunyi secara individual, yaitu semata-mata mempersoalkan bunyi proto itu tanpa mengaitkannya dengan fonem-fonem lain dalam lingkungan yang dimasukinya.sebaliknya macam-macam perubahan bunyi didasarkan atas hubungan bunyi tertentu dengan fonem-fonem lainnya dalam sebuah segmen atau dalam lingkungan yang lebih luas. keraf, 1996: 85. Pola – pola perubahan bunyi yang sering ditemukan menurut Mahsun 1995: 26-28 adalah • peleburan merger, merupakan penggabungan dua fonem atau lebih menjadi satu fonem. • perengkahan split, merupakan gejala perubahan satu fonem membelah menjadi dua fonem atau lebih. • penunggalan monophonemization, • penggugusan diphonization, merupakan suatu perubahan gugus fonem menjadi dua fonem bergugus. • peluluhan bunyi phonemik loss, merupakan perubahan bunyi berupa hilangnya fonem baik pada posisi awal, tengah, maupun akhir. Di samping itu Keraf 1996 : 85-94 mengemukakan macam – macam perubahan bunyi didasarkan pada hubungan bunyi tertentu dengan fonem-fonem lainnya dalam sebuah segmen atau dalam lingkungan yang lebih luas.perubahan tersebut yaitu: • Asimilasi, merupakan suatu proses perubahan bunyi di mana dua fonem yang berbeda dalam bahasa proto mengalami perubahan dalam bahasa sekarang menjadi fonem yang sama. • Disimilasi, merupakan suatu proses perubahan bunyi di mana dua fonem yang sama dalam bahasa proto mengalami perubahan dalam bahasa sekarang menjadi fonem yang berbeda. • Perubahan bunyi berdasarkan tempat, merupakan perubahan yang terjadi akibat perubahan tempat. Macam-macam perubahan ini : metatesis, aferesis, sinkop, apokop, protesis, epentesis, dan paragog. Menurut Sibarani 2004 : 4 leksikon sedikit dibedakan dari perbendaharan kata karena leksikon mencakup komponen yang mengandung segala informasi tentang kata dalam suatu bahasa Universitas Sumatera Utara seperti perilaku semantis, sintaksis, morfologis, dan fonologinya, sedangkan perbendaharaan kata lebih ditekankan pada kekayaan kata yang dimiliki seseorang atau suatu baha Metode rekonstruksi merupakan pemulihan, baik fonem-fonem purba proto maupun morfem-morfem proto, yang dianggap pernah ada dalam bahasa-bahasa purba, yang sama sekali tidak memiliki naskah-naskah tertulis. Keraf, 1996 : 59. Rekonstruksi fonem dan rekonstruksi morfem dimungkinkan karena para ahli menerima suatu asumsi bahwa jika diketahui fonem-fonem kerabat dari suatu fonem proto, maka sebenarnya fonem proto itu dapat ditelusuri kembali bentuk tuanya. Untuk mengadakan rekonstruksi fonem-fonem dan morfem-morfem bahasa kerabat kepada fonem- fonem dan morfem – morfem bahasa proto yang diperkirakan menurunkan bahasa kerabat tersebut maka perlu dikakukan beberapa tahapan, yaitu mencatat semua korespondensi fonemis dalam bahasa- bahasa kerabat yang dibandingkan. Membandingkan unsur-unsur yang menunjukkan kontras itu dalam lingkungan yang lebih luas dengan mencari pasangan-pasangan baru. Mengadakan rekonstruksi tiap fonem yang terkandung dalam pasangan kata-kata yang dibandingkan Keraf, 1996 : 60. Universitas Sumatera Utara

BAB II KERANGKA TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA